12

2.1K 276 62
                                    

Mobil yang dikendarai Sasuke sedikit oleng. Padahal, ia sudah menurunkan kecepatannya dan berjalan pelan.

Menghentikan roda mesinnya di tepi jalan yang memang sepi, ia pun keluar dan mengumpat keras saat melihat ban kirinya yang kempes. Melihat hal itu, ia berkacak pinggang karena ingat bahwa ia tak membawa ban cadangan. Si-al.

"Ada apa?"

Sakura menurunkan kaca mobilnya dan melengok ke bawah. Ia juga ikut mendesah saat menatap objek yang sama seperti yang ditatap oleh Sasuke.

"Kamu ngga punya ban serep?"

Sakura masih di dalam mobil. Cuaca yang terik membuatnya malas untuk sekedar turun. Sengaja, ia menaikkan suhu AC saat kulitnya mulai merasakan panas matahari yang menyengat.

"Bawa kamu sial ternyata."

Sasuke mendecak di akhir ucapannya. Maniknya mendelik saat menemukan layar ponselnya yang menghitam. Double sial memang. Menoleh ke sekeliling pun tak ada bengkel maupun seseorang untuk dimintai tolong. Maklum saja, jalan yang ia lewati ini memang sepi pengendara.

"Ponselmu mana?"

Sakura merogoh ranselnya namun nihil. Benda yang disebutkan Sasuke sama sekali tak berada di dalam tasnya.

"Ngga ada. Ketinggalan kayaknya."

Sakura meringis lebar saat mendapatkan tatapan tajam dari onyx hitam itu. Dapat ia lihat, pemuda itu mendesis lirih lantas mengumpat ke arahnya.

"Bodoh! Benda penting seperti itu kenapa bisa ketinggalan, coba?"

Sasuke mengacak rambutnya frustasi. Maniknya melirik ke kanan-kiri guna mencari solusi untuk memecahkan masalah mereka hingga maniknya menemukan tempat yang sekiranya dapat membantunya keluar dari keadaan ini.

"Ikut atau aku tinggal?"

Sasuke mengendikkan dagu pada Sakura yang menatapnya polos. Gadis itu mengernyit, sejenak menatap matahari yang masih tersenyum cerah. Terpaksa, ia segera turun saat Sasuke mulai berjalan meninggalkannya.

"Tunggu, Sasuke."

Pria yang berjalan dua langkah itu memperlambat laju kakinya hingga Sakura berhasil menyamakan langkah.

"Mau apa kita ke sini?"

Mengipasi wajahnya yang terasa panas, ia mendesah saat tak didapatinya kendaraan yang berlalu lalang. Sekali lagi, ia tatap wajah Sasuke untuk meminta jawaban namun pemuda itu tetap saja mengunci mulutnya.

"Panas."

Sakura merajuk. Dahinya mulai mengeluarkan keringat. Gadis itu lantas duduk lunglai di bangku panjang hingga tarikan di lengannya membuatnya membuka mata lebar.
Kedua pandangan itu menoleh ke arah kanan saat bunyi kendaraan mulai terlihat mendekat. Untung saja, bus yang setiap satu jam sekali lewat itu tak perlu mereka tunggu lama.

Bus putih itu berhenti tepat di hadapan mereka. Pintu bus karatan itu terbuka--- menampilkan wajah ramah sang petugas yang menyapa mereka sopan.

"Aku tak ingin naik ini!"

Sakura berteriak keras. Hal itu, berhasil mengundang beberapa pasang mata penumpang yang sontak saja menatapnya dengan tampang aneh. Namun, Sakura tetap bersikeras. Ia mendongakkan dagunya ke arah Sasuke, menatapnya tajam.

Melihat banyaknya orang-orang yang berdesakan, mau tak mau hal itu membuat perutnya melilit pun saat melihat keringat sebiji jagung yang hampir memenuhi wajah hingga leher orang-orang yang berada di dalamnya. Sakura berdecak ngilu. Ringisan jijik tak luput dari pendengaran Sasuke.

Back to the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang