11

2.2K 285 48
                                    

Sasuke menoleh--- menatap pintu atap yang terbuka lebar. Senyum tipis yang melengkung di sudut bibirnya harus luntur saat bukan Hinatalah yang berdiri di sana. Berdecak lirih dengan mata melirik sinis, ia kembali fokus pada layar ponsel.

"Kau kecewa?"

Suara nyaring sarat ejekan yang membuatnya mendesah kesal mengudara. Suara itu milik Shimura Sai. Untuk apa pemuda itu ke sini?

Mengabaikan dengusan kasar Sasuke, Sai lantas duduk tak jauh dari posisi pemuda itu.

"Kenapa kau datang kesini?"

Sai menghembuskan asap rokok yang entah sejak kapan telah ia sesap. Kepalanya bersandar di kepala kursi yang mau tak mau membuat Sasuke meliriknya karena belum ada jawaban yang terlontar. Hingga keheningan sempat melingkupi, suara berat itu akhirnya terbuka.

"Dia sangat menarik," ucapnya disertai dengan keluarnya nikotin dari dalam mulut.

Sasuke mendengus. Ia tentu tahu siapa yang dimaksud oleh pemuda pucat itu. Siapa lagi kalau bukan si bar-bar Haruno Sakura. Ngomong-ngomong, dia kesini hanya untuk membicarakan gadis itu? Ck, menggelikan. Jika ia tak ada janji dengan Hinata, tentu ia akan segera beranjak dari sini.

"Aku ingin menjadikannya milikku. Bisakah kau segera melepaskannya?"

Sasuke mengeratkan pegangannya pada ponsel. Matanya menyipit, mengarah tajam ke arah Sai yang tampak santai namun ada sepercik keyakinan di sana.

"Tidak segampang itu."

Sai mendecih. Untuk alasan yang sepele, kenapa pemuda itu tak mau melepaskannya? Dia tidak cinta, bukan?

"Kenapa? Kau mulai menyukainya?"

Dia menyukainya? Menyukai Haruno Sakura? Gadis yang levelnya bahkan di bawah pesona Hinata? Ck, menggelikan. Bukan masalah itu, tapi ini lebih ke masalah orang tuanya. Ia tak ingin mengambil tindakan yang merugikan dirinya sendiri. Jika ingin memutuskan, Sakuralah yang pantas untuk mengajukannya terlebih dahulu. Tapi, mengingat hal itu rasanya mustahil jika perempuan itu akan melakukannya.

Ck, Sasuke kau terlalu percaya diri. Bukankah sekarang perempuan itu sudah menjauhimu, heh? Jadi, bukankah gampang memintanya untuk melepaskan ikatan pertunangan itu?

Sasuke yang termenung membuat Sai yang berada di sebrangnya berdecak malas.

"Apakah pertanyaanku adalah sebuah pernyataan?"

Sasuke menggebrak meja kasar. Entah kenapa ia muak mendengar Sai yang terus-terusan bicara omong kosong. Tatapan tajam terus ia layangkan kepada sosok Shimura Sai yang tetap tenang dengan selinting rokoknya yang tersisa separuh.

"Ck, pertanyaanmu menggelikan. Jika kau mau, mintalah pada gadismu itu untuk melakukannya."

Sai terkekeh. Ia beranjak berdiri--- membelakangi Sasuke yang entah kenapa semakin terasa panas.

"Baiklah. Jangan menangis jika nanti dia bersamaku."

"Keparat," desisnya lirih. Mengumpat karena ucapan Sai atau selintas perasaan tidak suka akan tindakan gegabah pria itu. Entahlah.

Sai meninggalkan Sasuke yang masih berusaha mengontrol emosinya. Sedetik kemudian, tubuhnya berjengit saat pemuda itu kembali mengudarakan ucapannya. Kali ini, bukan untuknya. Tapi---






"Kuharap kau bahagia, Hinata."

Ia menoleh. Di sana, Hinata berdiri dengan wajah kakunya. Apakah gadis itu melihat dan mendengar semuanya?

°°°

Sasuke tak menyangka, dia yang dulunya akrab dengan Shimura Sai kini harus terpisah dan berjalan tak searah. Ya, dulu mereka adalah sahabat. Dia, Hinata, dan Sai. Mereka bertiga selalu bersama-sama sejak pertemuan pertama sebagai murid baru. Bahkan, mereka selalu mendukung satu sama lain dalam hal prestasi.

Back to the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang