Bab 8

2.5K 269 8
                                    

"Udah kamu beresin semua?" tanya Aarav kepada istrinya.

Olla mengangguk, dengan tangan yang masih sibuk mengambil beberapa pakaian nya.

"Jangan ada yang tertinggal, saya tunggu di lobby." setelah mengatakan itu Aarav pergi keluar dari kamar meninggalkan Olla sendirian.

Olla melongo, ia tidak habis pikir kalau suaminya itu tidak peka. Dirinya kesusahan membawa barang-barang ini tapi malah di tinggal begitu saja.

"Mas!" sebal Olla dengan menghentakan kakinya di atas lantai.

Dengan sabar dan teliti Olla melanjutkan kegiatan nya tadi yaitu membereskan beberapa barang bawaan nya agar bisa tertata rapi di dalam koper.

Hari ini mereka akan ke rumah keluarga Tirta. Olla akan tinggal di sana mulai hari ini. Menjadi bagian dari keluarga Tirta.

Setelah di rasa semua sudah tertata rapi dan tidak ada yang tertinggal, Olla berjalan keluar dari pintu dengan menarik 3 koper di tangan nya.

Olla sengaja menunggu di depan pintu kamar agar nanti jika ada pegawai hotel ia bisa meminta tolong.

"Ada yang bisa saya bantu Kak?" tanya pegawai hotel itu yang sengaja melewati beberapa kamar jika nanti ada yang memerlukan bantuan.

"Ah iya, bantuin saya bawa ini ke lobby."

Pegawai wanita itu mengangguk, dengan tangan nya meraih 2 koper milik Olla dan mengikuti langkah Olla untuk menuju ke lift.

"Terima kasih ya, ini buat kamu." Olla mengeluarkan selembar uang berwarna biru untuk pegawai wanita tadi.

Dengan senyum yang semakin mengembang menerima dengan senang hati.

"Terima kasih Kak." pegawai itu senang karena pemberian Olla yang tidak terduga itu.

Bagi Olla memang sedikit nominal nya tapi tidak bagi pegawai itu. Ia seperti mendapat rejeki nomplok.

Pegawai itu undur diri, Olla celingak celinguk mencari keberadaan suaminya. Hingga tatapan nya bertemu dengan orang yang ia cari.

"Lama." ketus Aarav saat Olla sudah berada di depan nya.

Olla mengenyitkan dahinya, sedikit kesal dengan suaminya.

"Bantuin!" sentak Olla ketika Aarav ingin berjalan lebih dulu menuju mobil yang sudah berada di depan pintu hotel.

Aarav menghembuskan nafas panjangnya, menatap sinis istrinya sebelum menarik koper milik istrinya.

"Makanya kalau bawa koper jangan sebanyak ini." peringat Aarav ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil dengan sopir pribadi keluarga Tirta.

"Aku bawa semua kan karena sekalian pindah, ini aja masih belum semua." jawab Olla tidak mau di salahkan.

"Kan bisa minta tolong asisten rumah tangga." jawab Aarav.

Olla mengerucutkan bibirnya lucu, kesal dengan jawaban suaminya.

"Aku enggak suka repotin orang!" ketus Olla.

Aarav menoleh, ia menaikan satu alisnya menatap istrinya.

"Ini namanya apa? Kamu repotin saya." jawab Aarav lagi.

Dengan menggebu gebu Olla menggemelatukan giginya menatap tajam suaminya.

"Baru di mintain tolong buat bawa aja udah nyebelin gini. Kalau enggak ikhlas gak usah bantu bawa." cerca Olla, setelahnya ia menghadap ke jendela mobil di sampingnya.

Aarav menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya. Ia harus sabar.

Di dalam mobil hanya di isi keheningan tidak ada yang ingin memulai pembicaraan dari keduanya, sedangkan sopir pribadi mereka sedari perdebatan tadi melirik dari kaca di depan.

"Sudah sampai Pak." ujar sopir pribadi itu menyandarkan Aarav yang tengah melamun.

Berbeda dengan Olla yang tertidur di kursi dengan nyenyak. Padahal perjalanan mereka tidak begitu jauh hanya memerlukan waktu 30 menit.

Aarav keluar lebih dulu dari mobil, meninggalkan Olla. Tidak mengetahui jika istrinya tertidur.

Sopir pribadi tadi mengeluarkan koper yang ada dibagasi mobil dan langsung di bawa oleh beberapa asisten rumah tangga keluarga Tirta.

"Pak.. " panggil sopir pribadi itu yang bernama Teguh.

Aarav menghentikan langkahnya menuju ke lift rumah. Berbalik menatap sopirnya dengan alis terangkat.

"Bu.. Eh-maksut saya istri bapak masih di mobil."

Aarav mengalihkan tatapan nya ke arah mobil yang masih berada di depan pintu utama.

"Suruh turun." perintah Aarav kepada Teguh.

"Istri bapak tidur." jawab Teguh sontak membuat Aarav menahan amarahnya.

"Menyusahkan!" dumel Aarav setelahnya berjalan melewati Teguh.

Dengan langkah besarnya Aarav sudah berada tepat di samping pintu mobil.

Ia membuka dengan kasar pintu itu, menyebabkan Olla yang bersandar di sana terkejut dan membuka matanya.

Untung saja Olla tidak terjerembab jatuh.

"Turun!" sentak Aarav.

Olla yang masih mengumpulkan nyawa itu terkejut.

Dengan menatap suaminya yang berjalan menjauh, Olla mengusap wajahnya berusaha menguatkan hatinya agar tidak terbawa perasaan dan suasana.

"Sabar Olla.. " dengan mengelus dadanya.

Olla turun dari mobil, segera menyusul suaminya yang sudah berada di dalam lift.

Dengan berlari Olla mampu mencegah lift itu tertutup. Mereka berdua saat ini tengah berada di dalam lift.

Tidak ada yang berbicara di sana. Hening.

Aarav yang kesal akan istrinya dan Olla yang juga kesal akan suaminya.

"Ini kamar Mas Aarav?" tanya Olla ketika mereka sudah masuk ke suatu ruangan yang ternyata adalah kamar.

Kamar dengan desain mewah dan penataan yang sangat apik.

"Kenapa? Enggak suka?" tanya Aarav sarkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa? Enggak suka?" tanya Aarav sarkas.

Olla menggeleng, ia tidak bermaksud begitu.

"Enggak bukan begi--"

Perkataan Olla terpotong oleh Aarav.

"Kalau kamu enggak suka saya enggak akan ganti konsep kamar saya hanya karena kamu." sinis Aarav.

Olla memutar bola matanya malas, entah ada apa dengan mereka berdua yang sepertinya tidak mau akur barang sebentar.

"Lagi pms?" tanya Olla tepat di depan Aarav.

Aarav mengernyit, tidak mengerti dengan perkataan istrinya barusan.

"Datang bulan, soalnya sensi mulu dari tadi." di iringi kekehan nya.

Olla mundur selangkah, berjalan mengelilingi kamar ini mengamati semuanya tanpa terkecuali ia juga sudah melihat kamar mandi dan walk in closet.

Sedangkan Aarav duduk di atas ranjang dengan mengamati istrinya yang berjalan dengan pelan melihat seluruh isi kamarnya.

Aarav tersenyum sinis, ia tidak menyadari jika dirinya tadi sensi terhadap istrinya.






Wauuu!

Jangan lupa tinggalkan jejakk

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang