Menjemput Impian

1 0 0
                                    

Nay bergeming dengan telapak tangan masih menempel di dahinya. Mulut yang tadinya menganga, sekarang meringis hingga mata nyaris terpejam. Nadine membiarkan sampai gadis
itu kemudian memeluk erat tubuhnya yang terpaku.

“Nad, maaf ….” pinta Nay memelas. Gadis itu lantas melepaskan pelukannya setelah mendapat anggukan dari Nadine, beberapa
kali.

“Maaf juga ya, tadi aku sampai nyubit kamu.” Nadine mengusap bahu kiri Nay yang tadi dicubitnya sewaktu di mobil.  Sementara Nay hanya meringis.

“Emang, seberapa ngototnya, sih, papamu, Nad?” Nadine menarik napas, lalu membuangnya kasar.

“Evans tuh, orangnya, pinter ngerayu, Nay. Dia akan ngelakuin cara apapun buat ngedapetin apa yang dia inginkan. Sementara itu, papaku adalah tipe orang yang kalo udah merasa cocok sama seseorang, dia bakal mendukung apapun yang dilakukan orang
tersebut,” papar Nadine, membuat Nay manggut-manggut sambil memonyongkan bibirnya. 

“Pantes, si Evans sampe bela-belain kasih hadiah mahal buat kalian, ya. Eh, tapi ….” Nay mengerutkan dahinya. 

“Dari mana dia tau kalau papamu, maaf, bisa ditaklukkan dengan hadiah macam itu? Kamu udah pernah cerita semua tentang papamu, ke Evans?” sambung Nay sembari menatap serius
ke Nadine. Nadine menggeleng cepat. “Enggak! Aku enggak pernah cerita sejauh itu ke dia. Makanya, aku agak curiga sama seseorang.” 

“Oh, iya, iya.” Nay manggut-manggut, bibirnya terkatup rapat dengan kedua sudutnya ditarik ke samping hingga serupa garis tipis.

***

Kurang dari satu minggu setelah interview, Nadine mendapat pemberitahuan melalui email dan WA bahwa dirinya diterima kerja di hotel Citra Raya. Lusa, tepatnya hari Senin, minggu kedua di bulan Agustus, dia sudah bisa masuk kerja.

“Alhamdulillah, selamat ya, Sayang.” Danita mengusap kepala Nadine yang duduk di sampingnya, usai Nadine berkabar tentang perihal lamaran kerjanya yang diterima.

Razan yang sedang menikmati makan siang, tidak bereaksi apapun. Meskipun, sudah pasti dia mendengar apa yang Nadine katakan karena mereka berada pada satu meja makan. Nadine sengaja hanya menyapa mamanya saat menyampaikan kabar
tersebut. Ekor matanya saja yang memindai papanya saat dia
bicara.

“Pa, kasih selamat, dong, buat anak kita yang hebat ini,” pinta Danita dengan nada lembut sembari tersenyum pada suaminya. 

Beberapa detik kemudian, Razan bergumam, “baguslah, buat mengurangi jatah bulanan kamu, kan.” 

Danita melirik ke arah Nadine yang melirik ke papanya sembari meminum habis air di gelasnya. Kemudian, Danita buruburu membenahi posisi duduknya sambil berujar, “O iya, jadi, kapan kamu mulai kerja, Nak?”

“Lusa, Ma. Hari Senin,” jawab Nadine singkat. Tampak gadis itu berusaha tersenyum pada Danita.

Nadine menunggu mama dan papanya selesai makan, lalu membawa semua piring dan kotor ke belakang. Meski bude Sum berkali-berkali melarangnya, tapi Nadibe tetap saja melakukan hal
itu setiap kali mereka makan bersama.

“Enggak apa-apa lho, Bude. Nadine juga punya kewajiban untuk berbakti kepada orang tua Nadine, kan?” jawab Nadine saat Bude Sum mengatakan dirinya tidak enak rasa kalau
Nadine membereskan piring-piring kotor itu.

Bude tersenyum, lalu mengangguk. Kemudian, perempuan bertubuh gemuk itu menggeleng beberapa kali saat menatap punggung Nadine yang
melaluinya. Tidak jarang, matanya memerah setelah beberapa saat
terpaku sambil memandang gadis itu dari kejauhan.

Nadine pamit kepada Danita untuk ke kamarnya, setelah ingat ada satu novel yang menunggu untuk dibaca. Dia sudah bikin target untuk selesai baca novel itu sebelum masuk kerja. Sudah
lebih dari tiga kali terakhir ke toko buku, gadis berusia 21 tahun ini
memilih novel untuk menggantikan kebiasaannya membaca buku motivasi. Novel keluarga dan romance, menjadi pilihannya. 

Dua hari yang lalu, usai dari supermarket, Nadine sengaja
mampir ke toko buku. Dia memilih karya Cecelia Ahern, The Year
I Met You. Buku edisi Indonesia terbarunya telah diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama. Tidak seperti judulnya yang so sweet abis, ternyata novel ini tidak melulu bicara hal-hal yang romantis.

Dalam novel setebal 456 halaman yang sudah terbit sejak Oktober 2017 ini, Cecelia Ahern mengangkat topik tentang pekerjaan dan persahabatan.

“Kamu bisa belajar bahwa hidup itu bukan sulap. Selalu ada proses panjang dan berliku. Semua orang mengalaminya, kok. Jangan menyerah!”  Nadine bergeming menatap lembaran putih bertulis yang ada di tangannya, hingga getaran si pipih menghentikan tangan gadis yang hendak menyingkap lembaran
berikutnya.

Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselnya.  [Congrat ya,
Nad. Jangan lupa, traktir aku kalo udah gajian, ya.] Emot tertawa.

Sebuah senyum mengembang di bibir gadis itu, tetapi senyuman itu segera berganti kerutan di dahinya.

[Eh, tau dari mana?] Tangan Nadine bergerak cepat di atas layar. Ceklis dua langsung berubah warna biru, tetapi beberapa detik tidak ada balasan.

[O iya, thank’s, ya.] Send. Nadine baru ingat akan mengetik kalimat itu, tadi. Ceklis dua abu-abu.

Nadine menarik tangannya yang hendak meletakkan ponselnya di nakas, saat benda itu kembali bergetar dalam genggamannya.

[Taulah ..., tau aja. Pokoknya selamat, ya. Good luck.]  jawab Brian.

Nadine bergeming hingga layar ponselnya mengedip, lalu berubah hitam. Kening gadis itu berkerut. Layar kembali menyala, tangan gadis itu mengusap untuk membukanya. 

[Nad, hello ….] Rupanya, Brian sedang menunggu balasan dari Nadine.

[Emang, tau dari siapa? Aku baru tadi pagi lo, dapet kabar itu.] Ceklis dua biru. Mengetik ….

[Dari temen yang kerja di sana. Aku tanya dia, tadi. Pengen tau aja, kamu diterima apa enggak.] emot senyum.

[O iya? Emang, kenapa?]

[Kan, kalo kamu diterima kerja, aku bisa minta traktir, kalo kamu udah gajian.] Emot tertawa. 

Nadine mengirimkan emot tertawa. Kening gadis itu berkerut, lalu sebuah senyum mengembang di bibirnya. Matanya menerawang keluar, lalu terpejam saat semilir angin berembus
masuk melalui jendela.

Dua hari yang dinanti, akhirnya sampai juga. Pukul 06.00, Nadine sudah siap dengan memakai seragam kombinasi kain warna peach polos dan kain bercorak batik dengan kerah model shanghai. Bawahannya menggunakan celana panjang berwarna hitam yang senada dengan kerudungnya. Gadis itu sudah mendapat izin dari mamanya untuk berangkat sendiri dengan Beat-nya. Papanya juga tidak melarang meskipun tidak juga memberi izin secara langsung.

Sekitar tiga puluh menit, Nadine sudah sampai dan siap untuk tugas di hari pertamanya.

Sebelumnya, Nadine sudah mendapat pemberitahuan dari pihak HRD mengenai tugasnya di hari pertama kerja, yaitu product knowledge¹, showing room², dan realta system³, kemudian dilanjutkan dengan memulai tugas resepsionis lainnya seperti
check in⁴, check out⁵, reservasi⁶, operator telepon, dan kasir. 

Untuk jam kerja, di hotel ini ada 3 shift, yaitu dari pukul 07.00-15.00, pukul 15.00-23.00 dan pukul 23.00-07.00. Namun, untuk karyawan perempuan hanya berlaku 2 shift, yaitu shift pertama dan kedua.

D

alam pelaksanaan tugasnya, Nadine masih mendapatkan bimbingan dari Bu Meta, salah seorang HRD, untuk beberapa hari ke depan. Karena sudah lebih dulu mempelajari tentang apa-apa yang akan menjadi tugasnya, hari pertama kerja, bagi Nadine,
tidak terlalu sulit, kecuali harus selalu tersenyum dan bersikap ramah kepada setiap tamu yang datang. Namun, Bu Meta bilang, bekerja sebagai resepsionis harus selalu terlihat ramah, dan ceria. 

Pukul 15.10, Nadine sudah bersiap untuk meninggalkan tempat kerjanya saat sebuah suara tiba-tiba menghentikan langkahnya yang sudah berada di dekat pintu utama hotel. “Nad, tunggu.”

Seketika, Nadine menahan langkah kakinya dan menoleh ke
arah suara.

***

----------------------------------------------------------
¹ Informasi detail tentang produk yang dijual dan harus dipahami
oleh setiap karyawan di hotel, baik tenaga kontrak maupun pekerja
tetap.
² Melihat kamar atau room tempat yang akan dipergunakan oleh
tamu
³ Membantu operator hotel untuk sanggup memproses perhitungan invoice ratusan hotel setiap bulan secara akurat dan tepat
waktu, sesuai dengan termin dan kondisi masing-masing hotel yang
berbeda-beda.
⁴ Kedatangan tamu untuk menginap di hotel.
⁵ Keberangkatan tamu setelah menginap di hotel
⁶ Pemesanan kamar hotel sebelum tamu menginap , baik melalui
telepon maupun internet.

NADINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang