7. NASI GORENG

29 8 5
                                    

Menyeret-nyeret kaki usai turun dari motor matic, berdiri setengah terkantuk-kantuk didepan pintu rumah berbahan kayu dengan cat cokelat putih. Gagang terlihat sudah tua terbukti beberapa bagiannya sudah mengelupas. Tangan membuka pelan pintu usai kuncinya di buka, berucap salam lalu melenggang masuk kedalam.

Seperti biasa keadaan cenderung sepi. Mungkin sang Ibu belum pulang, wanita paruh baya kesayangannya memunculkan kehadiran paling cepat pukul sepuluh malam. Dikarenakan harus menjaga kantin khusus karyawan hotel Dreams. Sedangkan sang Kakak tengah berkunjung ke rumah mertuanya. Ya, cowok 25 tahun itu sudah menikah, dia di karuniai Tuhan anak berjenis kelamin lelaki dengan mata sangat indah dan pipi berlemak bayi.

Membuang nafas kasar, memulai bersih-bersih make up hariannya. Melepas pakaian lalu mengambil handuk yang bertengger pada gantungan, menggulung rambut agar tak basah. Kini, Anastasia siap mandi sebelum makan dan tidur. Dia lelah sekali usai bekerja dari sore hingga malam sebagai kasir di Toko Roti Dreams.

***

Sudah berpakaian piayama tidur, Anastasia menguap beberapa kali. Pundak itu seperti ada beban berat, pinggang nya sakit. Mungkin encok. Dasar remaja jompo, gampang lelah.

Bergemuruh. Perut rata itu meminta makanan yang hampir seharian tidak masuk kesana. Repot sekali. Anastasia memeriksa kulkas. Mata sayu melebar. Sebuah kol segar, beberapa butir telur ayam, nasi sisa pagi masih tersimpan juga. Disisi lain, ia sempat melihat bumbu kemasan nasi goreng rasa kecap digantung.
"Buat nasi goreng aja deh." Untung saja, bakat memasak melekat pada diri gadis berusia 17 tahun. Ibunya kerap mengajarkan memasak waktu bangku sekolah menengah pertama.

Mengambil wajan ukuran sedang, menghidupkan kompor. Anastasia memulai masak. Lihat saja, sepiring jumbo nasi goreng pelepas lapar akan tersaji begitu harum dan lezat. Ditambah kol dan telur mata sapi. Lengkap sudah. Si rambut kuncir kuda ini bahkan menitikkan air liur saat membayangkan.

Dasar jorok sekali.

***

Baru saja hendak menyuapkan sesendok penuh nasi goreng, suara ketukan pintu menghentikan aksinya. Mulut yang awal terbuka kembali menutup perlahan. Berdecak, Anastasia bergumam singkat, "Ganggu, gatau kalo orang lapar!"

Makin nyaring, dia agak berlari-lari. Berteriak lantang, "Iya bentar! Sabar dulu."

Anastasia tarik segala kalimat gumaman tadi ketika melihat siapa yang datang. Dia bungkam, seketika kikuk.

"Udah pulang juga?" Mama Anastasia langsung bertanya begitu menginjakkan kaki di ruang tamu. Beliau menenteng helm putih lalu meletakkan di sudut ruangan. Sang Anak menyambut uluran tangan sopan, bermaksud menyalimi.

Menggaruk pipi, Anastasia berkata usai terkekeh, "Harusnya aku yang tanya kayak tadi."

Mereka berjalan bersisian menuju ruang makan. "Terserah Mama lah." Hana tertegun, baru ingat sesuatu. "Eh, kamu masak nasi goreng? Minta ya?"

Rambutnya bergoyang-goyang mengikuti anggukan kepala. "Iya, ada lebihan kok."

"Bagus deh, kami minta juga ya." Seonggok suara muncul, pintu lagi-lagi dibuka. Ada pria berjambang tipis, perempuan berambut panjang lurus dengan bayi diperlukannya. Ya, itu Randy Kakak dari Anastasia. Baru kembali dari rumah Istrinya setelah menginap selama dua hari.

Ella sang Ipar Anastasia mengangguk. "Nah iya, Kakak juga kepo sama nasgor nya. Katanya enak banget ya?"

Mereka menyalimi tangan sang Ibu selaku orang paling tua dirumah. Sebab, Ayah Anastasia lebih dahulu meninggalkan dunia kurang lebih dua tahun. "Iya Ella, dia tuh jago sekali masak. Mama sih juga suka liatnya."

"I-iya Ma," sahut gadis penyuka ayam fried chicken, tak tahu lagi harus bagaimana.

Iya, sementara anggota keluarganya melayangkan air muka senang penuh kehangatan, Anastasia malah memucat. Hanya tersenyum kikuk, sesekali meneguk ludah.

Celaka. Nasi gorengnya cuman ada dua piring. Bagiamana dia menjelaskan, sementara tadi belum menanak nasi baru lagi.

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

ANASTASIA LYNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang