Dia hanya berdiam diri, ditemani gemuruh hujan lebat yang mengguyur permukaan atap rumah. Berada dibawah selimut hangat adalah suatu kedamaian yang hebat bagi Anastasia. Namun, sering kali saat-saat seperti ini waktu yang bagus untuk mengingat kenangan buruk. Kemudian menangis tanpa harus malu jika kedengaran oleh orang lain.
Ya, mata datar juga sikap cenderung cuek bahkan terkadang bodoh didetik bersamaan itu bisa juga mengeluarkan kesedihan menyayat hati. Mampu menggetarkan orang-orang yang melihat. Tapi sekali lagi, Anastasia tak mau air matanya dilihat siapapun.
Bahkan untuk satu tetes saja akan ditahan sampai sesak sendiri. Jika diberi pilihan untuk mati tertikam hujatan juga dihajar para pembully atau menangis mengeluarkan sesak dihadapan mereka lalu melambaikan bendera putih tanda menyerah.
Pasti gadis sekuat karang, memilih opsi pertama.
Harga dirinya memang setinggi langit, sementara trauma nya, tragedi beberapa bulan lalu sebesar semesta. Hal yang sama sampai Rhea-sahabat Anasatasia melarang untuk mencampuri atau hanya sekedar menjadi orang yang memasang mata atas kebrutalan kaum elit SMK Gardenia.
Flasback On
Kamis lagi. Kelas sebelas A Perhotelan memulai hari dengan pelajaran Olahraga, semua berkumpul dilapangan. Baik laki-laki maupun perempuan membentuk barisan bersaf. Dibagian paling depan, Pak David-guru penjaskes berkepala plontos menginstrupsikan gerakan senam untuk para murid, angin semilir lembut beserta matahari yang sedikit tertutup awan menemani mereka semua. Keringat sedikit demi sedikit muncul dipermukaan area wajah, aroma pepohonan dipinggir lapangan mereka berada mulai terkikis oleh bau badan. Meski begitu, semua tampak lancar-lancar saja tanpa ada hambatan, kelas ini masing-masing penghuni mulai lumayan berbaur. Terbukti, disela-sela mereka beradu candaan. Berakhir terkekeh bersama. Khususnya para kaum Adam disana.
Gadis itu juga merasa lumayan baik. Tadinya sudah mendapat beberapa teman. Mereka ramah, bahkan salah satunya tergabung dalam eskul Pramuka yang sama dengan sang sahabat, Rhea.
"Oke, pemanasannya sudah. Berarti kita tinggal masuk ke materi pertama minggu ini yaitu bermain bola voli. Pertama-tama kalian buat dulu kelompok membentuk lingkaran kecil maksimal lima orang. Kita main lempar tangkap."
Bisa ditebak, detik berikut kelas damai tadi langsung heboh. Anastasia menengok kebelakang, jumlah orang dalam lingkup yang ia kenal tadi sudah cukup. Mereka berlima, tak mungin gadis berkuncir kuda menyerobot masuk kesana.
Menghela nafas lelah, memandangi sekitar. Menggaruk pipi berbekas jerawatnya tak gatal.
Hanya ada satu kelompok yang belum terisi penuh jumlah orang. Berisi empat gadis cantik-secara tak sengaja membuat Anastasia sedikit insecure.
Pertama si mata tajam, muka putih susu mulus, tinggi berkisar 160 cm, tubuh proposional, cantiknya natural dilengkapi bibir tipis warna pink. Namanya Marthina, sejak pertama menampakkan diri dikelas para lelaki langsung ketar-ketir ingin berkenalan.
Disamping sebelah kiri ada Emily. Si mungil nan ekstotis tapi manis seperti gula aren, wajah khas orang Timur Tengah adalah keunggulannya. Entah ada keturunan dari sana, Anastasia tidak tahu-menahu. Yang jelas hidung mancung seperti perosotan anak TK, mata bulat besar idaman wanita Indonesia menjadikan kesan imut selalu mengikuti, rambut hitam pendek diatas bahu tergerai indah. Yang khas dari gula aren SMK Gardenia itu tak lain memiliki sifat agak tomboy.
Belum cukup sampai sana, wujud Mayne si manusia beraura gadis Jepang tentu tak kalah membuat orang melongo. Mata sipit, hidung mancung juga mungil, bibir tipis pink, juga kulit putih pucat-dia yang paling putih diantara mereka. Lagi-lagi Tuhan seolah sedang menuangkan sebagian keindahan dunia pada Mayne waktu menciptakan.
Terakhir, tapi juga tidak boleh terlewat. Ada Della. Julukan oleh sembilan puluh sembilan persen kaum Adam pada gadis berpipi tirus ini adalah Kim Kardashian versi lokal. Ya, dia si paling seksi diantara semua, muka paling dewasa, mata tajam seperti elang, berkulit agak cokelat. Tubuhnya seperti gitar Spanyol. Membuat orang-orang insecure.
Anastasia meneguk ludah. Dahi mengeluarkan keringat dingin, kaki mulai melangkah kearah kumpulan 'Dewi' nya SMK. Tangan gemetar menepuk pundak Marthina sangat pelan. Hingga seperti tak terasa.
Dia mencicit, perhatian mereka terarah lurus padanya. Keempat perempuan paling diincar lelaki kelas A memandang sinis sekaligus heran. "Pe-permisi, gue boleh masuk kelompok kalian?"
Gumaman malas sekilas terdengar. Marthina selaku pemimpin geng menjawab, "Boleh tapi untuk kali ini aja."
Anastasia mengangguk, sudah syukur dia diterima. Kalau tidak, pilihan satu-satunya terpaksa berdiam diri dipinggir lapangan. Duduk menonton sembari berpangku tangan, kelihatan sekali kalau bernasib tragis membuat miris.
***
Bugh."Heh jelek, bola nya di lihatin. Meleng aja tuh mata! Sini biar kami aja, lo mending gausah main sekalian." Kening Marthina bertautan, teman-teman lain mentertawakan Anastasia yang tidak bisa menangkap bola Voli hingga mendarat di hidung sendiri. Meninggalkan cairan merah.
Gadis itu diam saja, menyapu bawah hidung dengan tisu yang tadi diambil dari kantong baju olahraga.
"Iya nih, kalo ga bisa jangan masuk ke kelompok kami. Beban aja lo ah." Mayne menyunggingkan seringai. Sementara Emily dan Della terus saja berbisik. Menggunjing betapa jeleknya muka Anastasia waktu mimisan.
Menetes.
Darah segar jatuh ke tanah. Kepalanya makin pusing. Terpaksa, gadis kuncir kuda kita meminta ijin pada Pak David untuk ke toilet. Guna membersihkan hidung.
Saat hendak pergi Anastasia berkata, ingin membalas Marthina juga geng nya. "Perkara yang barusan, gue juga gamau masuk kelompok lo. Jelek ataupun bebannya gue, kalian ga berhak nge-bacot sok iya kayak tadi."
Muka empat sekawan itu langsung kesal. Marthina yang pertama ingin membuka mulut, namun Anastasia sudah terlanjur pergi.
Tangan Marthina ditahan ketika ia hendak mengejar. Dibelakangnya, Emily berbisik. "Tenang. Besok aja kita lakuin pembalasan."
Mayne mengangguk, ikut berdiri disamping Marthina bersama Della. "Sekalian kita bikin bungkam. Gak ada yang mau belain."
"Bener, orang kayak gitu belum tahu siapa kita, sih." Della berkacak pinggang, mendengus.
"Iya, ide sangat bagus girl. Gue entar mau hancurkan mental dia hingga berkeping-keping. Mulai besok, gue pastiin hidup tuh orang enggak bakal tenang sampai lulus SMK." Sebelah tangan dia genggam, sorot kebencian dikeluarkan. Aura hitam melingkupi seluruh tubuh Marthina. Gadis itu sangat egois.
Bagi Marthina, apapun atau siapapun yang menentang sikapnya harus dibalas beribu kali lipat. Singkat saja, menderita.
"Mau kami bantu ga?"
Berbalik, keempat gadis paling cantik dikelas sontak tersenyum. Bala bantuan datang, seolah semesta memang memihak pada tokoh antagonis semacam mereka.
Aldri. Ketua tim futsal sekolahan, meraih berbagai macam piala dalam satu tahun ia disini. Ganteng, mapan, sekaligus bad boy. Sudah jelas emosian. Namun aneh, banyak perempuan mencalonkan diri menjadi pacar meski hanya sepersekian hari.
Dan tentu, dibelakang ada dua sahabat setia. Renzaki si tampan berkulit putih, tinggi, bibir pink. Dia memang biasa saja dalam bidang akademik seperti Matematika, tapi cukup mahir berbahasa Inggris diantara ketiganya. Renzaki itu si paling kaya raya, kemampuan untuk bermain biola juga boleh diadu sampai mancanegara. Singkat cerita, dia berbakat.
Terakhir, ada Dave. Lelaki humoris berambut lurus yang ditata sepeti bad boy ala drama Korea, agak mesum, tapi cukup mahir dalam membuat kata-kata puitis. Ya, dia agak romantis.
***
Catatan:
Bisa tolong vote nya gak?Tertanda,
Author Evanaa88.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASIA LYNA (END)
Romantizm"Hindari masalah dan cobalah pasrah. Tutup mata, tutup telinga." Dua kalimat yang selalu tertanam dalam pikiran. Dia, Anastasia Lyna. Korban bullying yang tak mampu melawan. Baginya semesta itu rumit, apalagi setelah muncul sosok tiga orang lelaki...