20. MENJADI REBUTAN (Part 2)

16 5 5
                                    

Malam yang cerah ditemani kerlipan bintang di langit. Seolah menjadi ribuan lampu kecil yang menenangkan. Bulan sabit indah menyembul di tengah-tengah. Ombak pantai masih tenang, tak ada tanda bahaya.

Meja makan bertaplak putih polos dengan sebuah vas bunga berukuran sedang dengan tiga kursi terletak di depan pondok berisikan para koki handal. Sengaja di siapkan untuk acara makan-makan tiga remaja lelaki kaya raya dan satu gadis muda.

"An, makan dagingnya nih. Ntar lo kurang gizi lagi." Daging sapi yang diapit sumpit berbahan kayu di arahkan pada mulut Anastasia. Arka tersenyum kemenangan tatkala suapannya diterima dengan lahap.

"Dimana-mana itu,  jangan makan daging mulu. Makan sayur supaya sehat." Gabriel mengambil piring berisi salad yang didominasi warna hijau. Terlihat segar sekali. "Nih, An makan. Khusus buat lo."

Walaupun bingung, gadis bergaun pendek selutut tetap tersenyum. Tadi sebelum makan, dia sudah berganti baju.

Si keriting mendelik tajam. "Lo pikir Anastasia kambing? Disuguhi daun-daunan gini?" Arka berdiri penuh emosi, tangannya mengepal sembari menyungging seringai.

"Santai Ar! Jangan nge-gas mulu! Mau cosplay jadi preman, ya?" Gabriel terkekeh geli. Mencoba menantang lawannya. Arka maju menarik kerah si penyuka pidato.

Mereka berdua melototkan mata, nyaris baku hantam.

Anastasia berdecak. Dari tadi sudah mencoba sabar. "Kalian berdua bisa gak sih jangan berantem mulu?!" Dia memegangi kepala dengan tangan seolah dihantam batu membuat pusing. "Gue capek liat nya."

"Dia duluan!" Saling menunjuk kearah lawannya, Arka dan Gabriel nampak sama-sama kesal hingga saling menyalahkan.

"Gue ga perduli siapa yang duluan. Yang jelas, disini kita liburan bukan mau adu tinju!" sentak si penyuka cerita ber-genre romansa. Arka serta Gabriel mengangguk, tetap menunduk menyesal.

Arka yang pertama berbicara, "Maaf An, gue cuman mau lo makan yang banyak."

Gabriel menggaruk tengkuk. "Sorry Ana. Gue tadi agak ga bisa kontrol diri."

Si perempuan berdiri setelah menghembuskan nafas panjang, membuat semua mata terfokus. "Jangan diulang ya Ar, Gab. Gue mau ke kamar ya. Makasih buat makanannya, enak banget."

Baru dua kali melangkah, lengan Anastasia dicekal. Bobby menatap lembut. Arka serta Gabriel seperti membeku. Lidah mereka kelu tak percaya dengan apa yang dilihat mata.

"Aku antar ya, An. Villa nya kan lumayan jauh dari sini."

"Ah, iya Bob. Lo mau balik juga ya?" Si poni itu mengangguk. "Ayo! Biarin aja noh si Arka sama Gabriel debat lagi." Kali ini Bobby dibuat menahan nafas ketika Anastasia sendiri yang menggenggam tangan nya.

Sumpah, cowok berparas khas Asia itu tak pernah sebahagia ini. Sedangkan dua mahluk lain yang disindir Anastasia tadi, menatap Bobby seolah hama penyakit menyebalkan.

***

Ketukan langkah kaki di tanah menjadi melodi yang melengkapi suara jangkrik disekitarnya.

Dua orang insan berbeda gender itu tetap menautkan jari-jari, seolah perangko dan surat yang takkan pernah lepas walau sedetik. Bisa ditebak, jantung sang lelaki berdegup lebih kencang. Rasa-rasanya ingin sekali mengurung sang perempuan saat ini juga hingga tidak ada satupun yang bisa sekedar melihatnya.

Merasa bosan karena dari tadi hening. Anastasia membuka suara, "Gue ga habis pikir sama Arka dan Gabriel. Akhir-akhir ini ribut terus, bahkan sama lo aja tatapannya tajam banget kayak mau nelan hidup-hidup."

Jujur saja, Bobby tak suka jika gadis berambut sebahu itu membahas dua saingannya. Namun, dia memilih untuk memendam saja. "Arka, ya? Dia ... kayaknya memang kasar? Kalo si Gabriel mungkin masih mending."

"Oh, gitu ya? Arka kadang nyebelin sih. Kalo Gabriel gue kira gak segitunya, masih soft orangnya." Mendongak memperhatikan langit, Anastasia tidak sadar raut Bobby berubah masam.

"Kamu ... emang sedetail itu kah pas perhatiin Gabriel?" Tanpa sadar si pemilik freakless meremas tangan Anastasia hingga membuatnya menoleh.

"Enggak kok ... gue cuman heran kenapa gelagat kalian seolah memperebutkan sesuatu?"

Menunduk dalam. Sulung keluarga Cavero bergumam, "Kalau misalkan ... kita bertiga suka sama kamu gimana? Siapa yang bakal kamu pilih?" Bobby memilih to the point.

Menutup mulut dengan cekikikan, Anastasia tidak bisa menahannya. Dia tertawa, mentertawakan diri sendiri. "Kalian suka gue? Mana mungkin!"

Menenangkan diri, kehampaan jelas tertanam di setiap bait kata ketika ia menyambung kalimat, "Gue bahkan ga pantas buat di cintai. Cowok mana coba yang mau sama cewek pengecut, miskin, dan gak good looking macam gue?"

Melepaskan tautan tangan, Anastasia nyengir lebar. "Kalian baik sama gue juga mungkin karna kasian kan?"

Mereka sampai didepan villa, gadis rapuh itu dengan sendirinya masuk kedalam. Tanpa mendengarkan suara Bobby yang bergumam pelan, "Justru kamu lebih dari pantas buat dicintai, An. Terlalu menggoda untuk diabaikan."

Terkekeh menyeramkan, "Dan aku gak akan pernah lepasin kamu. Walau hanya satu kedipan mata."

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

ANASTASIA LYNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang