Sore hari cerah, hilir mudik kendaraan sepertinya ramai lancar dijalanan. Sebuah tempat minum kopi bertuliskan 'Cafe Dreams' dengan nuansa modern bercat krim cerah tengah lenggang pengunjung. Hanya ada satu dua orang didalamnya. Termasuk sosok lelaki berkulit putih pucat, bermata tajam dengan baju kotak-kotak beserta celana pendek hitam. Duduk di kursi bagian ujung dekat jendela besar, memandangi tanaman hias di luar sana.
Dua pasang ketukan langkah kaki menghampirinya. Si tampan tadi mendongak. Rupanya orang yang ditunggu sudah hadir.
"Ngapain lo ngajak-ngajak gue kesini? Pake bawa-bawa si culun ini lagi." Kening Arka jelas bertautan, jari telunjuknya mengarah ke sosok lelaki berponi yang berada disamping kiri. Mereka berdua datang ke cafe yang sudah buka sekitar tiga tahunan ini dengan waktu hampir berbarengan. Si eksotis itu kembali memfokuskan pandangan pada si baju kotak-kotak yang duduk tepat didepannya.
"Gue sengaja nyuruh lo berdua kesini. Lagian, kalian pasti juga tau kan kalau liburan bentar lagi mulai?" Tunggal Anderson mengecap kopi dimeja, disaat Arka beserta Boby mengangguk dia bicara lagi, "Nah, tadinya gue mau ngajak Anastasia liburan bareng ke pulau pribadi. Tapi dia nolak."
"Berani ya, lo ngajak Anastasia juga? Lo nyari mati, eh?"
"Kamu ditolak juga sama dia?"
Dua suara lelaki berkepribadian bertolak belakang itu lagi-lagi keluar pada detik yang sama. Mereka saling menoleh, Arka mendelik tajam dan Boby membuang muka pura-pura tak perduli. Sementara Gabriel menepuk tangan sekali, merasa kebetulan ini sungguh pas.
"Gue udah menduga ini semua. Jadi, sebagai orang-orang yang ada rasa sama Anastasia, lebih baik kita kerjasama secara sehat. Pastinya, ga melanggar aturan." Si rambut lurus tersenyum miring. Cukup mudah menebak jikalau mereka terlibat kilatan asmara yang sama pada satu gadis cantik. "So, silahkan duduk dulu tuan-tuan."
***
Flashback
Minggu pagi cerah, burung bercuit diatas pohon lebat ditaman asri bernama 'Dreams.' Seorang gadis duduk pada kursi kayu berwarna putih, tepat disamping tanaman hias yang berjarak satu langkah ada lampu taman berbentuk bola besar.
Tampak, si kuncir kuda sedang berusaha mengatur nafas ketika sisa-sisa keringat membanjiri leher putihnya. Tak seperti biasa, hari ini bahkan seorang Anastasia sekalipun mau menyegarkan diri. Sekedar menikmati udara sejuk pagi hari dan berlari-lari sedikit.
"Gerah ih, jadi pengen minum. Habis ini, udahan deh produktif nya. Lanjut rebahan lagi." Mengelap keringat menggunakan handuk kecil yang tersampir dibahu, Anastasia kembali bersandar malas.
"Gak bosen apa rebahan terus?"
Menoleh kesamping kiri, gadis berpakaian kaos hitam dan celana abu-abu pendek melebarkan mata saat sosok lelaki muncul. Duduk seenaknya pada bagian kursi yang kosong. Menyahuti kata-kata. Sejak kapan seorang menyebalkan ini datang?
Dasar, seperti hantu saja. "Ih, ngagetin gue aja lo Gab."Gabriel tertawa, meneguk air mineral botol ditangannya sembari mendongak. Jakun naik turun membuat Anastasia salah fokus, namun cepat-cepat menggeleng.
Menyadarkan diri dari pikiran negatif.
"Lo bengong terus, sih. Dari tadi diliatin gak sadar-sadar," si cowok dengan rambut basah itu bergumam. Tetap bisa didengar jangkauan telinga lawan bicaranya yang menjawab, 'iya-iya' asal-asalan.
Sejenak, keadaan hening. Mereka terlarut pemikiran masing-masing sebelum Gabriel bertanya, "Bye the way, An. Liburan kali ini lo kemana? Mau ikut gue gak ke pulau pribadi keluarga gue? Ada villa kosong soalnya, kali aja lo minat. Semua biaya gue tanggung kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASIA LYNA (END)
Roman d'amour"Hindari masalah dan cobalah pasrah. Tutup mata, tutup telinga." Dua kalimat yang selalu tertanam dalam pikiran. Dia, Anastasia Lyna. Korban bullying yang tak mampu melawan. Baginya semesta itu rumit, apalagi setelah muncul sosok tiga orang lelaki...