11. LUNCH BOX

24 8 7
                                    

Menuruni tangga warna hitam ukuran sedang menuju lantai satu dengan menunduk kepala, berhenti tepat dipinggir lapangan futsal. Gadis berambut sebahu dengan bando hitam tersentak kaget, menutup mulut yang menganga. Hampir saja tadi ia tergelincir kebelakang.

Anastasia menunjuk, beberapa langkah didepan ada sosok lelaki memiliki raut muka polos menatapnya. "Lo ... ngapain disini? Nanti ketahuan Wafa sama geng nya gimana?!" bisik si gadis pendiam sembari celingukan.

Bobby menggaruk tengkuk, nyengir sesaat. Baru ingat jika dia diperingatkan untuk berinteraksi diam-diam oleh Ana. Tanpa sepengetahuan orang-orang. "Eh, enggak kok, mereka tadi ke kantin."

Berdecak, si kulit penyuka ketenangan menarik lengan Bobby menjauh dari lapangan. Mencari tempat aman nan nyaman.

***

Aroma sedap makanan rumahan keluar begitu jelas seiring dibukanya kotak bekal nuansa tradisional yang berbahan utama kayu. Anastasia menatap penuh binar berkilauan. Ayam berbumbu pedas manis, dua sosis sapi, brokoli hijau yang menyegarkan, serta tomat kecil dan kol iris dipinggir.

Bobby tersenyum membuat mata sendu berubah jadi bulan sabit lucu, satu kotak bekal ia serahkan pada Anastasia. "Buatan Mamah ku. Dimakan ya." Walau masih enggan, si gadis penikmat musik pop mengangguk saja.
"Beliau senang sekali pas tahu aku punya temen cewek yang baik banget," tambah Bobby tanpa harus ditanya.

Mengambil satu sendok nasi beserta lauk, menyuap. Mengunyah sebentar. Anastasia terkekeh. Bumbu ayam nya sukses besar. Perpaduan gurih dan manis, seimbang dan kaya rasa rempah. "Bilang sama Nyokap lo, makasih banyak. Masakan nya enak."

Meremas jari-jari,mengulum bibir. Si lelaki kulit putih pucat dengan beberapa freckles meminum jus buahnya.   "Aneh gak sih, kalo bilang sosis nya aku yang iris gitu?"

Tertegun, refleks memegang bahu orang disamping. "Heh, jadi lo bisa juga bantu-bantu Nyokap di dapur?"  Bobby mengangguk, Anastasia bertepuk tangan sekali. "Widih, hebat. Jarang-jarang ada cowok terampil kayak lo."

Diluar dugaan Bobby, cewek beriris cokelat ini malah memuji. Ketika orang-orang diluar sana ambil peran mencari-cari kekurangannya. "Makasih, kamu temen sekolah pertama yang bilang aku hebat. Ka-kalau mau tiap hari aku bakal bikinin bekal?"

Anastasia terenyuh sesaat, mungkin kebaikan lelaki ini lah yang membuat dia terjebak. Terlampau polos. Di manfaatkan oleh manusia-manusia berhati busuk. "Eh? Ga usah repot-repot, nanti lo capek tiap pagi mesti sibuk bikin. Gue barang dikasih sesuap aja udah cukup."

"Oh, ta-tapi gimana kalau seminggu sekali?"  tanya pemilik rambut hitam tak menyerah.

"Jangan, gue masih punya uang jajan Bob."

Iris Bobby sendu lagi. "Tapi ...."

"Gak ada tapi-tapian, titik!" kekeh Anastasia pada akhirnya. Ternyata Bobby selain lucu, agak merepotkan juga.

Menghela nafas berat, bayangan sosok lelaki dibelakang tembok berangsur menjauh.

BUGH

Kepalan tangan kiri dihantamkan pada tembok warna biru. Darah segar mengalir dari tangan. Arka mendongak memperhatikan langit-langit. Si hitam manis tertawa misterius. "Idiot sialan!"

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

ANASTASIA LYNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang