19. KIDNAPPED (Part 1)

14 5 11
                                    

Apa yang lebih melelahkan dibanding menjalani keseharian? Ketika menatap wajah-wajah munafik orang-orang disekitar mu, lalu pura-pura tertawa saat mereka melontarkan candaan yang tak lucu? Bahkan seringkali menyinggung.

Di paksa menopang beban berat berkedok harus mandiri dan bekerja mempertaruhkan mental yang semakin hancur?

Memaksa kuat ditengah lingkungan toxic itu sangatlah sulit, menjadi dewasa tak seperti yang ada dipikiran seorang anak kecil dengan mata berbinar nan polos yang menginginkan kebebasan. Memang, apanya yang bebas? Bukankah semakin dikekang oleh dunia?

Melakukan hal diatas tekanan itu bukan apa yang disebut orang-orang dengan kata bebas.

Semua pemikiran itu berkecamuk dalam diri Anastasia. Ini hari libur pertama sekolahnya, tapi kesibukannya sama sekali tak ada kata libur.

Menghela nafas lelah, dia berjalan menyusuri trotroar. Ingin singgah sebentar di mini market, melepas dahaga nya yang membuncah usai menyelesaikan shift pagi sampai sore pukul tiga ini.

Mendongak, matahari terlalu semangat memunculkan sinar. Dilangit tanpa awan itu semua terpampang jelas betapa hawa menyengat masih saja betah dilingkungan sekitar. Keringatnya Anastasia pun jelas sudah keluar membasahi dahi hingga leher. Bercampur bau tidak sedap dari tubuh, maka lengkaplah sudah penderitaan.

Suara cekitan mobil menghalangi jalannya, Anastasia terkejut. Nyaris berteriak emosi karena sang pengendara tak hati-hati. Namun terlalu malas, ia memilih berlalu saja. Baru selangkah, cekalan tangan keras dia dapati karena satu orang pria bertopeng putih polos dengan celana pendek juga baju kaos oblong turun dari mobil hitam mengkilap, bergerak gesit lalu menariknya masuk kedalam secara paksa.

Celaka, gadis biasa sepertinya pun tak luput juga dari aksi penculikan.

Memberontak, memukul-mukul sekitar secara sembarang. "Lepasin gue! Gue gak punya uang kalo lo nyari itu! Gue cuman cewek kucel yang abis pulang kerja! Woi lepas atau gue gigit nih-" Tak sempat menyelesaikan kalimat. Mata Anastasia melotot marah bercampur takut tadi perlahan terpejam, tubuhnya lemas seperti mengantuk ketika sapu tangan putih berukiran segitiga dipaksa menutup hidungnya. Dia dibius karena menghirup cairan khusus.

Pria tadi membuka topengnya, mengeleng-geleng takjub. Dia lelah sekali menahan rontaan gadis berambut sebahu ini. "Gue gak nyangka, si Anastasia bringas juga. Untung nih orang gue sayang." Sosok ini tidak lain adalah Gabriel Anderson.

Terdengar kekehan pelan dari jok depan, dia melihat kebelakang melalui cermin. "Iya tapi dia lucu juga. Makanya kita bertiga sampai rebutan." Sedetik, Bobby menjalankan mobil nya. Begini-begini dia juga bisa mengemudi. Dan jujur, ketika berbicara dengan Gabriel tak se-menyeramkan Arka baginya. Cowok berpredikat populer itu cenderung ramah.

Mengangguk menyetujui, Gabriel memperbaiki posisi Anastasia supaya tidak pegal-pegal nantinya. Lalu dengan seenaknya mengelus kepala cewek itu. "Yaudah, ayo cepetan ke bandara sebelum si buluk itu ngomel-ngomel lagi. Telinga gue panas dengernya."

***

"An, bangun. Kita harus turun sekarang. Pesawat kita udah take off, sweety." Arka berulangkali menepuk pipi pujaan hatinya pelan. Di kamar dalam pesawat berinterior mewah ini Anastasia dibaringkan. Bisa ditebak, gadis itu masih saja betah tertidur padahal Arka mengira ia sudah bangun.

Si cowok menggaruk kepala tak gatal. "Apa boleh buat lah, gue gendong aja ya. Gue gak suka lo disentuh orang lain sih. Apalagi dua cecunguk itu."

Meletakkan tangan di tungkai kaki Anastasia dan pada punggungnya, si eksotis dengan sigap menggendong dengan ala bridal style. Membuat maskulinitas nya meningkat berpuluh-puluh persen.

"Lah, Ar jangan seenaknya gendong dia gitu, oi!" protes Gabriel langsung tak terima. langkah kaki dipercepat. Sialan, dia kehilangan kesempatan besar!

Sementara Bobby diam-diam menggeram tertahan. Tampak sangat kesal.

***

"Gais, kalian beneran ngajak gue kesini?" Binar penuh kesenangan itu tak bisa dibohongi. Mata Anastasia bahkan seolah memanas karna terharu.

Menunduk. Ombak pantai menyentuh kakinya, memberi rasa menyegarkan. Aroma lautan menerpa hidung, protagonis utama kita memejamkan mata seraya menghirup udara dalam-dalam. Mengisi rongga paru-paru yang selama ini hanya diisi oleh polusi kendaraan. Memandang senang kearah kumpulan burung yang menghiasi langit jingga didepan sana.

Tiga orang lelaki menyusul punggung Anastasia, mensejajarkan tubuh disamping kanan-kiri nya.

Arka menepuk pundak gadis yang seolah membuatnya gila akan mencinta, ikut senang karena kejutannya berhasil. "Iya, gimana? Senang ya?" Menyadari Ana mengangguk, si lelaki eksotis memberi tatapan lembut, menyungging senyuman.

Disamping kanan Ana, Gabriel tak mau kalah. "Btw, yang nyaranin semua ide untuk liburan ini gue loh An. Pulau ini juga milik keluarga gue, lo tau kan? Bagus ya pemandangannya?"

"Bagus banget Gab, lo emang paling bisa bikin gue seneng ya. Makasih loh." Tertegun sejenak, si ketua OSIS merasakan hatinya menghangat sendiri. Anastasia memujinya.

Bobby meremas jari-jari, diantara mereka beertiga hanya dia yang paling sedikit kontribusinya. "Maaf An, aku ga bisa berbuat apa-apa. Cuman bisa pinjamin mobil buat jemput kamu di deket tempat kerja mu."

"Eh, gapapa kok Bob. Segitu aja gue udah seneng, lo ga boleh ngerasa sedih lagi." Anastasia meraih tangan Bobby susah payah, walaupun dua pasang tatapan tajam mengarah pada lelaki korban bully itu.

Memiringkan kepala, menatap satu-persatu wajah-wajah kelewat tampan disekitarnya. "Cuman yang gue bingung, gimana caranya kalian ngatasin masalah gue ditempat kerja sama minta ijin ke Kakak gue?"

Lagi-lagi Arka dan Gabriel tersenyum. Membuat Anastasia bertanya-tanya meminta mereka menjelaskan.

Gabriel yang pertama membuka suara, tangannya mengusap kepala Anastasia. "Kalo soal Kakak lo sih, gampang. Sebagai ketos, gue bisa dengan mudah bicara sama dia. Walau harus penuhin beberapa syarat, salah satunya lo harus ngabarin dia minimal tiga kali sehari selama disini." Si rambut sebahu mengangguk-angguk, berarti setelah ini dia harus menelpon sang Kakak.

"Kalo lo Ar? Lo bagian yang ngatasin Boss gue kan?"

"Iya, bener manis. Gue tinggal nyediain semua orang suruhan buat bantu-bantu di toko. Kalo Boss lo ga setuju sih, paling gue beli tuh toko," jawab Arka membuat tercengang.

"Wadaw, orang kaya emang beda ya kayaknya." Mereka semua tertawa, selanjutnya Gabriel pun menggiring Ana dan yang lainnya untuk makan malam disebuah pondok yang sudah ada beberapa koki andalan dan meja bundar yang ditata mewah. Sembari menikmati kembang api.

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

ANASTASIA LYNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang