Part: 8

582 112 15
                                    

Selepas sekolah Zahrah langsung pulang, ia tidak ikut Sindy dan Gladlin yang akan ke markas untuk memberi kabar dan menyusun strategi untuk balap pada malam ini dengan anggota lain.

Karena hari masih sore, Zahrah memilih berleha-leha dikamarnya setelah menyiapkan pakaian yang akan ia gunakan untuk balap malam ini dengan geng yang paling ditakuti di kota, bukan di takuti sih namun lebih ke arah segan.

Jantung Zahrah tak henti-hentinya berdebar, tak sabar menunggu malam, hatinya berdesair hangat. Entah ada apa dengan nya hari ini, entah itu bahagia ia akan ikut balap motor malam ini atau bahagia karena hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang, yaitu menikah dengan kesasinya, pujaan hatinya, mas gantengnya, Maulana Arsha El Fathan milikinya.

Zahrah berguling-guling tidak jelas dengan senyum yang lebar saat terngiang-ngiang dengan ucapan Maulana saat ditaman waktu itu, ia sesekali duduk kemudian menghalu sebentar dan tertawa cekikikan sendiri karena pikirannya. Salah tingkah nya sungguh keterlaluan, atau Maulana telah menyihirnya hingga membuatnya menjadi seperti ini. Hahhh kasian ya pren, mana masih muda lagi.

Malam pun tiba. Di kamar, Zahrah tengah bersiap untuk balapan malam ini dengan anggota geng motor ANGGARA. Ia memakai dobelan baju agar badannya terlihat lebih berisi seperti laki-laki.

Ia menyamar untuk mengelabuhi dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang gadis ini juga printah dari sang Bunda entah ada maksud apa Bundanya menyuruhnya menyamar.

"Loh kamu mau kemana?" tanya Bunda yang melihat Zahrah sudah lengkap dengan jaket kulit kebanggaannya, yang bertuliskan kata DREAM di lengan kanannya dan membawa helm full face hitam yang menjadi jati dirinya di tangan kiri.

"Balapan Bunda," jawabnya jujur apa adanya dengan santai.

"Apa!? Gak, gak boleh, besok kamu mau menikah loh Zahrah," tolak Bunda.

"Tap-,"

"Bunda gak mau ya. Maulana jadi duda sebelum menikah," Bunda memotong ucapan Zahrah, sontak Zahrah membelalakkan matanya dong.

"Bunda kok gitu sih," geram Zahrah, menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.

"Yaudah makanya nurut jangan pergi, Maulana itu banyak loh yang ngelamar, tapi jodohnya nyantol di kamu."

Zahrah menghela nafas, "Zahrah janji ini yang terakhir Bunda dan Zahrah janji gak bakal kenapa-napa dan pulang dengan selamat, aman, damai dan sentoso, eh salah sentosa yang bener. Jadi izinin ya, plisss" Mohon Zahrah, "Setelah menikah Zahrah gak mungkin bisa ikut beginian lagi," Lanjutnya memohon dengan menggunakan jurus puppy eyes-nya.

"Bener ya ini yang terakhir," Pasti bunda yang diangguki mantap oleh Zahrah.

"Bener Bunda, gak bakal di bolehin juga sama dia. Dia struk gak ya kalo tau Zahrah pimpinan dari Dream?" tanya Zahrah cekikikan, membayangkan Maulana yang terkaget-kaget dengan seratus sang istri.

"Kamu yang bakal terkaget-kaget nanti," gumam bunda pelan.

"Apa Bunda?"

"Hah? nggak... Yaudah Bunda izinin tapi inget ini yang terakhir dan hati-hati besok mau nikah," lanjut Bunda dengan menghela nafas panjang dan diakhiri dengan senyum hangat menatap putrinya.

"Iya Bunda, Zahrah berangkat, Assalamu'alaikum," pamit Zahrah mencium punggung tangan Bundanya.

"Wa'alaikumsalam," sahut Bunda yang memandang punggung putrinya yang mulai menjauh.

Mungkin ini salah satu alasan mengapa Bunda memilih menikahkan putrinya di usia yang muda, karena ia khawatir Zahrah akan terluka dan Bundanya tidak mau Zahrah ikut terlibat dalam masalah geng ini.

Terpaut Takdir ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang