Part: 26

394 60 28
                                    

Hai assalamu'alaikum gayss.

Maaf ya sebelumnya, di sini aku ganti cover sama judulnya soalnya kurang pas aja gitu. Apa lagi penyebutannya yang susah untuk di ingat, beda kaya dia yang selalu teringat wkwk🤣🤣

Demikian dari aku, sekian terima hati yang tersakiti👋🤣🤣

"Nilai seorang laki-laki itu bukan terletak pada parasnya yang menawan, Tapi bagaimana cara dia menjaga dan menghormati wanita"
_Maulana Arsha El Fathan

Happy reading(つ≧▽≦)つ

Di ruang BK sudah ada Bu Ririn, Bunga dan juga Rehan. Mereka menatap Zahrah dengan berbagai tatapan.

"Sini kamu," printah Bu Ririn menunjuk kursi di depan mejanya.

"Iya Bu, ada apa?" tanya Zahrah sok polos hehe.

"ADA APA AD-!!! Lo tau kan semua ini gara-gara ulah lo, tangan gue sampe di cakar kucing liar," bentak Bunga berubah menjadi suara yang ia lembut kan sambil menunjuk tangannya yang sudah terbalut dengan perban.

"Kalo iya kenapa? Lo nggak suka? Sama kali gue juga nggak suka," ketus Zahrah yang sudah merasa muak dengan drama ini, lagipula ia bukanlah tipe orang yang tidak mengakui apa yang telah ia lakukan.

"Sudah cukup. Ibu kecewa sama kamu Zahrah, baru beberapa menit lalu kamu ibu nasehati. Kenapa kamu sudah berulah lagi," ucap Bu Ririn yang ikutan kesal akan tingkah murid perempuannya itu.

"Siapa yang berulah sih ibu, mungkin tuh kucing muak liat muka munafik dia,  jadi dia cakar aja biar topengnya lepas," sahut Zahrah mengada-ada cerita.

Zahrah melirik Bunga kemudian ia tersenyum datar saat melihat wajah kesal Bunga. Kemudian ia beralih menatap Rehan. Rehan menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Ibu nggak akan toleransi perbuatan kamu yang satu ini. Sekarang kamu telpon wali kamu, suruh ia datang menghadap saya, saat pulang sekolah nanti," printah Bu Ririn.

Zahrah di buat mendelik dengan penuturan dari Bu Ririn. Ia panik sekaligus bingung bagaimana jika bundanya tau tentang masalah ini, ia harus menjawab apa nantinya. Bisa-bisa ia akan di ceramahi tujuh hari, tujuh malam hingga tujuh turunan, tujuh tanjakan.

"Tapi bu-," ucapan Zahrah terpotong oleh angkatan tangan dari Bu Ririn. Sedangkan Zahrah hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Bunga menatap Zahrah dengan tatapan menghina akhirnya ia melihat wajah putus asa seorang Zahrah. Zahrah memilih keluar untuk menghubungi walinya.

"Gue kecewa sama lo Zah," ucap Rehan sebelum Zahrah melewatinya dan keluar dari ruang BK.

🍁🍁🍁

"Duh,, gimana nih?" Zahrah mondar-mandir memikirkan siapa yang akan ia telpon dan datang untuk jadi walinya.

"Masa telpon bunda, yang ada malah makin ruwet nanti," ucapnya pada diri sendiri.

"Telpon ayah aja kali ya?" tanyanya pada dirinya, "Tapi ayah kan lagi keluar kota," Zahrah mengusap wajahnya saat teringat bahwa ayahnya sedang di luar kota.

"Nggak mungkin kan gue telpon umi, yang bener aja sih," ucap Zahrah semakin frustasi.

"Ah!..kan ada dia, suruh a' lana aja deh buat jadi wali gue," akhirnya Zahrah menelpon Maulana untuk datang dan menjadi walinya.

Terpaut Takdir ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang