Part: 14

540 89 15
                                    

Happy reading

*
*
*

Akhirnya mereka beranjak dari tempat mereka dan berjalan menuju kantin.

Setelah sampai mereka memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan. Lalu menyantapnya saat makanannya sudah sampai.

"Oh iya Zah, kemaren lo di cariin tuh sama si Rehan, Arka , Galang, sama Gara dan lain sebagainya yang gue gak apal nama-namanya," ucap Gladlin menyebutkan satu persatu yang menanyai Zahrah sedangkan orang yang ditanyai hanya ber oh ria.

"Eh iya, Lo kemana kemaren kok izin? Tumben banget, biasannya juga lo cuma telat apa enggak bolos doang, gak pernah gak masuk," timpal Sindy.

"Nikah," jawab Zahrah santai sambil menyeruput es teh panas miliknya.😁

"WHAT!!" teriak Gladlin dan Sindy kompak.

"Apaan sih norak banget, pake teriak-teriak segala, sakit kuping gue nih," dengus Zahrah sambil mengelus kupingnya yang berdenyut sakit.

"Jadi beneran lo udah nikah?" tanya Sindy tak percaya.

"Iya udah, gue gak bisa nolak keputusan bunda," sahut Zahrah, ia mendengus kesal jika mengingat permintaannya untuk membatalkan pernikahannya dengan Maulana yang selalu di tolak mentah-mentah oleh bundannya.

"Siapa nama suami lo? Terus gimana malam pertama lo? Terus gimana suamilo? ganteng gak? Terus dia kdrt gak sama lo? Soalnya kan kalian nikah bukan berlandaskan cinta, gue takut lo kenapa-napa," tanya gladlin bertubi.

"Ck... kalo tanya tuh satu-satu," Dengus Zahrah semakin kesal.

"Ya udah sih tinggal jawab aja, namanya juga penisirin," ucap Gladlin.

"Iya Zahrah jawab," timpal Sindy dengan mata berbinar nya.

Zahrah hanya menghela nafas dengan pertanyaan dari kedua sahabatnya itu.

"Namanya Maulana. Gak usah mikirin yang aneh-aneh, malem pertama kita, dia imamin sholat isya berjamaah bareng gue, dia ganteng, ganteng banget malah, dia baik kok, tapi ya gitu nyebelin," jawab Zahrah terkekeh pelan dan temannya merasa iri dengan Zahrah yang mendapatkan imam seperti Maulana.

"Apa... Tadi pagi lo senyum-senyum sendiri tadi pagi tuh gara-gara dia ya?" tanya Sindy dengan tatapan penuh selidik.

"Eh iya juga ya, hebat banget si Maulana, bisa naklukin seorang primadona SMA Buditama sekaligus ketua dari Dream yang susahnya minta ampun buat ditaklukin," Ucap Gladlin semangat.

"Suttt!! Diem nanti ada yang denger bisa berabe urusannya," sahut Zahrah meletakkan jari telunjuk nya di bibir mungilnya lalu Gladlin membekap mulutnya sendiri karena tersadar dengan omongannya barusan.

🍁🍁🍁

Waktu telah menunjukkan pukul empat sore di mana ini waktunya untuk seluruh murid kembali ke habitatnya masing-masing.

Zahrah melangkah keluar gerbang menuju ke halte bus di sebrang sekolahnya. Lalu Zahrah mengeluarkan benda pipih dari dalam tas ranselnya dan membuka aplikasi we-chat mengirimkan pesan kepada seseorang di sebrang sana.

Me
Jemput, aku udah pulang.

A' lana
Gak bisa, masih di pondok.

Me
Lah terus aku pulang naik apa?

A'lana
Naik gofood 👍

Zahrah melongo dengan wajah cengo berusaha mencerna pesan yang dikirim Maulana.

"Dia pikir gue kambing guling kali ya? Ada-ada aja dapet suami modelan Kaya gini," batin Zahrah.

Zahrah mendengus kesal, baru saja tadi pagi Maulana tidak menyebalkan kenapa sorenya makin tidak karuan. Mau tak mau Zahrah pulang dengan memesan ojek online.

🍁🍁🍁

Sedangkan di pondok pesantren. Karena Maulana sudah di tarik temannya untuk melatih silat, ia langsung mengirimkan pesan itu. Sebenarnya sebelum mengirimkan pesan terakhirnya kepada Zahrah. Maulana mengetikkan kata gojek lalu saat di tambah emoji tulisannya berubah menjadi gofood. Dasar keyboard gak ada akhlak wkwk.

Selain menjadi seorang santri di ponpesnya tempat ia mengabdi Maulana juga melatih ilmu bela diri pada santri seusianya.

"Mentang-mentang sudah ada istri kau jadi melupakan saya," ucap Fahri satu-satunya teman yang sangat dekat dengan Maulana di ponpes.

"Mana bisa seperti itu, ya sudah mari lanjut latihannya," sahut Maulana menuju tempat berkumpul para santri yang akan latihan seni beladiri, Fahri hanya mengacungkan jempolnya.

Maulana melatih silat di lapangan belakang yang bersebelahan dengan gudang untuk menyimpan rebana, sapu, lap pel dan lain-lain. Latihan dilakukan hanya pada hari Senin dan Jumat membuat santriwati mencari alasan untuk kegudang dengan alasan ingin mengambil alat kebersihan.

Santriwati sempat curi-curi pandang melihat Maulana yang tengah fokus melatih seni beladiri, dengan keringat yang sudah membasahi seluruh tubuh membuat santriwati yang hendak menuju gudang menatap kagum pada Maulana.

Maulana menyudahi latihannya karena jam sudah menunjukkan pukul lima. Setelah selesai membersihkan dirinya iya melanjutkan tahfidz Al Qur'an sampai azan magrib lalu melanjutkan lagi sampai azan isya.



Gimana part ini?😁

Jangan lupa vote 👍

See you next part 👋

Terpaut Takdir ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang