Saat hendak ingin menuju kantin Zahrah baru tersadar bahwa ini buka SMA Buditama dan ia lupa bertanya pada Bu Dini dan yang lain kantin ada di mana.
Karena kegiatan belajar mengajar sedang dilakukan, membuat keadaan sekolah menjadi sepi tidak ada seorangpun yang lewat.
Ya setelah pertandingan voli telah selesai semua murid diminta untuk kembali ke kelas masing-masing dan belajar seperti biasa, terkecuali bagi siswa yang dispen karena kegiatan tadi.
"Tanya Gladlin aja deh," monolog Zahrah pada diri sendiri kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celana olahraganya.
Saat Zahrah mau mengetikan sesuatu ia merasa dirinya di panggil oleh seseorang, ia menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya itu.
"Zahrah," panggil Nindita ia salah satu teman Nesya.
Zahrah mengernyitkan dahinya, kenapa nih nenek lampir menghampirinya. Zahrah tidak berniat untuk menjawabnya dan kembali fokus menatap layar ponselnya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Nindita SKSD.
"Gue mau tanya temen gue, kantin sekolah ini ada di mana," jawab Zahrah tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
"Buat apa, kan gue ada di sini, gue bisa antar lo kesana," sahut Nindita dengan wajah polos.
"Ugh aroma sahabat palsu yang pekat ini..." gumam Zahrah merasa jijik.
"Tapi kita lihat aja apa yang ingin ia lakukan," batin Zahrah.
"Gimana mau?" tanya Nindita.
"Oke, maaf ngerepotin lo," sahut Zahrah setelah berpikir beberapa saat.
"Tenang aja gak ngerepotin kok," seru Nindita.
"Hehe tadi lo berani mempermalukan kami di depan umum, gue gak akan ngebiarin lo begitu aja," batin Nindita.
Akhirnya mereka sampai di sebuah gedung dari luar seperti gedung-gedung pada umumnya terawat dan bersih. Namun, sebenarnya itu adalah gudang.
"Kita sudah sampai, masuklah terus lo belok kiri di sana kantinnya," ucap Nindita.
"Hmm... Lo gak ikut masuk?" tanya Zahrah.
"Nggk, gue udah di tungguin sama yang lain," sahut Nindita.
"Oh, yaudah makasih ya," ucap Zahrah kemudian berjalan masuk.
"Tidak perlu berterima kasih," ucap Nindita dengan senyum seringainya.
Saat Zahrah melangkah masuk mengikuti instruksi dari Nindita, ia sampai ke tempat di mana semua barang-barang SMA Makmur yang tidak terpakai lagi.
"Bener kan firasat gue," ucap Zahrah membalikan badan berniat untuk meninggalkan gudang.
Namun, saat ia berbalik pintu gudang sudah tertutup rapat. Zahrah berusaha tenang dan mencari saklar lampu untuk menerangi sedikit ruang yang cukup gelap ini.
"Ah ketemu!" seru Zahrah menemukan saklar lampu. Walau lampunya hanya mengeluarkan cahaya yang remang-remang setidaknya itu cukup berguna untuk mengurangi kegelapan di dalam gudang.
Zahrah mencoba membuka pintu. Namun, usahanya gagal sepertinya pintu gudang di kunci dari luar. Lalu Zahrah melihat ada jendela yang terbuka namun, letaknya sangat amat tinggi jauh dari jangkauannya.
Zahrah mengamati jendela itu, memikirkan kira-kira butuh berapa kursi untuk menjangkaunya. Saat Zahrah mengira-ngira, ia merasakan ada sesuatu yang merayap di atas sepatunya. Membuat Zahrah melihat, untuk memastikan apa yang ada di sepatunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut Takdir ||END✓
Romance[BUDIDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA🙂] Vote dan komen kalian adalah penyemangat ku Terinspirasi boleh, plagiat jangan❌ Zahrah Abrina Anaqah merupakan primadona SMA Buditama yang terkenal bukan hanya kecantikannya juga sifatnya yg bar bar...