Part: 30

369 55 7
                                    

"Tetap cengar-cengir walau hati ketar-ketir"

_Gladlin

ʕっ•ᴥ•ʔっ

"AAARRRGGGHHH!!!! ZAHRAH GILA LO YA," pekik Gladlin begitu kencang, akibat Zahrah membawa motor sport tersebut seperti ingin mengajaknya mati.

"Nggak usah teriak-teriak woy, malu-maluin aja. Di jalan ini bukan di hutan," Zahrah semakin menambahkan kecepatan motor yang mereka tumpangi.

"GILA LO YA, PELAN DIKIT SETAN!" pekik Gladlin semakin menjadi, mereka menjadi pusat perhatian pengendara lain.

"Ck berisik lo, biar cepat sampe Din," ucap Zahrah dibuat kesal oleh Gladlin.

"IYA CEPET, CEPET SAMPE KE RAHMATULLAH YANG ADA. KALAU MAU MATIK JANGAN AJAK-AJAK. GUE BELUM KAWIN WOY," pekiknya seperti orang yang kerasukan.

Zahrah terkekeh mendengar celotehan dari temannya itu, "Gue udah lama nggak bawa motor Din, mumpung ada kesempatan. Gue nikmati bentar kali," sahutnya santai.

Zahrah memelankan laju kendaraannya saat matanya tak sengaja melihat sekilas seseorang yang ia kenali.

"Kenapa Zah?" tanya Gladlin heran saat Zahrah tiba-tiba memelankan laju motornya tersebut.

"Gue kayak liat a' lana deh di kafe tadi. Tapi kok sama cewek ya," sahut Zahrah gelisah.

"Salah liat kali lo, lo kan pernah bilang kalau suami lo itu santri. Setau gue ya, jam segini pasti masih ada di pondok pesantrennya lah," jelas Gladlin yang di setujui oleh Zahrah.

"Bener juga kata lo, tumben omongan lo bener," ejek Zahrah.

"Yee, gini-gini. Gu-," Gladlin tidak melanjutkan ucapannya saat Zahrah menacap kan gas nya kembali.

"ZAHRAHHHHH!"

🍁🍁🍁

Setelah mengantarkan Gladlin pulang, Zahrah di antar pulang oleh supir keluarga Gladlin. Setelah turun dari mobil Zahrah langsung menuju pintu utama lalu masuk rumah nya yang nyaman itu untuk beristirahat begitulah pikirannya.

Saat ingin masuk Zahrah melihat sesuatu di kota surat.

"Paket?" tanyanya pada dirinya sendiri, " Buat gue?" imbuhnya saat melihat nama penerima yang terdapat namanya. Ia tak ambil pusing lalu membawa masuk bingkisan tersebut kedalam rumah.

Tanpa basa-basi lagi, Zahrah langsung membuka kotak tersebut dan betapa terkejutnya ia saat melihat foto dan sebuah surat di dalamnya. Zahrah membuka surat itu lalu membacanya.

Hai Zahrah, lo tiga hari yang lalu ultah ya?. Happy birthday ya. Oh iya ini kado ultah dari gue buat Lo, ya walaupun ngasihnya telat sih. Semoga suka ya. eh enggak, semoga cepat sadar ya kalo lo itu cuma di jadiin pelampiasan sama Maulana.

Gue cinta pertamanya, dan lo tau. Gue tadi siang ketemuan sama dia untuk saling melepas rindu. Bagi pria, jika tidak bisa mendapatkan wanita tercintanya, jadi mereka akan mencari pengganti yang sedikit mirip. Miris ya jadi lo, kasian deh, baybay Zahrah sayang.


_Bunga Kamelia.

Begitulah isi surat yang dikirim dengan foto Maulana dan bunga saat bersama. Mata Zahrah memanas, ia mulai terisak kemudian memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

"Sakit, dada Zahrah sesak ya Allah, kenapa rasanya seperih ini," Zahrah semakin terisak tak dapat menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk matanya lagi.

Terpaut Takdir ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang