"HA, HAHAHA... " Bunga di buat merinding dengan tawa yang Zahrah keluarkan, auranya sungguh berbeda."Sungguh ironis kan? Saat diberikan segalanya malah tidak bisa melakukan apapun," ucap Zahrah di sela tertawanya.
Bunga mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang baru saja Zahrah ucapkan.
Bugh!
Zahrah menyikut wajah Bunga yang berada tepat di belakangnya, membuat Bunga terhuyung kebelakang dan melepas kunciannya pada tubuh Zahrah, sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah kental dari sikutan Zahrah.
Bugh!
Brak!
Seketika tubuh Bunga oleng terjatuh ke tanah karena mendapatkan terjangan dari Zahrah. Bahkan pistol yang ada di tangannya terpental ke arah Zahrah.
DORR!
Suara tembakan pistol kembali terdengar, membuat seisi ruangan mencari sumber suara tembakan tersebut. Betapa terkejutnya mereka, mau anak Arashi ataupun anak Anggara saat melihat Zahrah yang menembakan peluru itu untuk memperingatkan mereka untuk berhenti.
Seorang gadis cantik nan manis mengangkat senjata setelah menghajar lawannya, benar-benar tidak terlintas di pikiran mereka.
"Berhenti! Atau gue bunuh kalian semua," pringat Zahrah dengan suara datar sambil mengedarkan pistol ke arah mereka.
"Buang senjata lo semua! Menjauh darinya!" printah Zahrah penuh intimidasi pada kelima orang yang memukuli Maulana dengan tongkat baseball.
Kelima orang itu menuruti perintah Zahrah karena ketakutan, aura yang di keluarkan Zahrah tak kalah mengerikannya dengan Maulana.
Krak!
"Pufft, uhuk... uhuk!" Bunga memuntahkan darah dari hidung dan mulutnya sampai terbatuk-batuk saat mendapatkan tendangan dari Zahrah di bagian wajahnya.
"Gue tarik lagi omongan gue boleh nggak? Istri si bos sadis banget, nggak ada manis-manisnya kayak tadi," bisik Arnan pada Marko.
"Yee, makanya jangan liat seseorang dari cover nya aja dan jangan mudah tertipu oleh penampilannya, ternyata ada singa di balik parasnya yang cantik bak bidadari," ucap Marko bijak.
"Momentum yang menakutkan, ini berbeda dengan yang gue pikirkan tadi," Bara yang ikut bergidik dengan perubahan sikap Zahrah yang berputar sembilan puluh derajat. Seperti dua orang yang berada.
Zahrah kembali menatap nyalang ke arah Bunga yang kini sudah tengkurap di atas tanah. Menatapnya dengan tatapan yang merendahkan. Zahrah mengangkat dagu Bunga dengan pistol yang ada di tangannya menampilkan senyum smirk devilnya.
"Aura kematian yang sangat pekat, bagaimana bisa? Bukan kah dia hanya seorang gadis biasa? mengapa seolah-olah seperti di intai oleh seekor binatang buas?" ucap Bunga dalam hati. Tubuhnya bergetar, ada rasa takut dalam pandangannya saat menatap mata elang Zahrah.
"Si- siapa lo?" suara Bunga bergetar karena tekanan yang di berikan oleh Zahrah.
"Heh! Gue?" tanyanya balik dengan salah satu kakinya yang menginjak kuat pada bahu Bunga sampai berbunyi.
Krak!
"AKHH!!" jerit Bunga saat merasakan ngilu di bagian bahunya yang di injak oleh Zahrah.
"ABRINA!!" pekik seseorang dari ambang pintu.
"Hmm?"
Zahrah berdehem panjang, menengok untuk melihat siapa yang menyebut namanya itu, ternyata Gladlin dan anak Dream sudah berada tepat di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut Takdir ||END✓
Romansa[BUDIDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA🙂] Vote dan komen kalian adalah penyemangat ku Terinspirasi boleh, plagiat jangan❌ Zahrah Abrina Anaqah merupakan primadona SMA Buditama yang terkenal bukan hanya kecantikannya juga sifatnya yg bar bar...