Part: 6

643 131 25
                                    

Zahrah menuju parkiran, dengan setengah jiwa yang enggan pulang, Zahrah pulang dengan perasaan berat. Bagaimana tidak? ia gagal mengajak mas ganteng ikut pulang bersamanya yang artinya ia harus mengikuti keinginan bundanya untuk menemui pria yang akan di jodohkan dengan dirinya. Toh, udah dari awal kesepakatan sudah terbuat di antara kedua perempuan itu. Zahrah hanya bisa pasrah.

Rumah...

"Zahrah kamu siap-siap sana mereka mengubah tempat untuk bertemu," suruh Bunda, "Pakai pakaian tertutup jangan pakai baju yang belum selesai di jahit dan kekurangan bahan kita mau ketemu calon suami kamu sama keluarganya," lanjut sang Bunda, sibuk dengan barang bawaannya.

Zahrah menghela nafasnya berat, sudah berbagai cara Zahrah lakukan untuk membujuk bundanya dengan cara menangis, merengek, memohon, merayu bundanya agar membatalkan perjodohan ini namun nihil bunda tetap kekeh pada pendiriannya dan Zahrah hanya bisa pasrah.

"Iya Bunda," balasnya singkat lalu pergi bersiap di kamarnya.

Zahrah mengambil paper bag yg berisi berbagai jilbab dengan berbagai warna yg ia beli di mall saat bersama teman-temannya waktu itu.

Flashback on

"Temenin gue ke toko itu yok mau beli," tunjuk Zahrah pada toko yang menjual berbagai macam jilbab. Mata Gladlin dan Sindy membulat sempurna.

"Serius?" tanya keduanya kompak yang diangguki Zahrah.

Masih dengan wajah cengonya yang dibuat bingung dengan sikap Zahrah yang antusias memilih beberapa jilbab. Gladlin dan Sindy terus memperhatikan Zahrah, kesambet apa batin mereka.

"Biasa aja kali tuh muka, gue tertarik sama mas ganteng tadi. Jadi gue memutuskan beli jilbab ini buat ngejer cintanya, gue bakal cari tau semua tentang dia setelah nanti sampai rumah," ujar Zahrah.

"Udah yok pulang," Ucap Zahrah yg membuyarkan mereka dari pikirannya masing-masing. Akhirnya mereka pulang ke habitatnya masing-masing.

Flashback off

Zahrah sudah siap dengan gamis berwarna maroon dan hijab coksu yang menambah kesan menawan dan anggun di tubuh gadis cantik itu.

"Mas ganteng lihat Zahrah, ini pertama kali Zahrah pakai hijab cocok gak menurut mas ganteng?" tanyanya lirih sambil menatap cermin serta ponsel yang berada di depan cermin menampilkan foto seorang pria tampan.

"Kenapa lo ngilang gitu aja sih?! Sebegitu gak berjodohnya kita? selamat tinggal mas ganteng, terima kasih telah singgah," lirih Zahrah.

"Mari hidup bersama di kehidupan selanjutnya, gue mau gorok leher elo," ucap Zahrah kesal, menunjuk ponsel dengan sebuah foto terpampang di layarnya.

"Zahrah udah selesai belum?" teriak sang Bunda dari bawah.

"Sudah harus berpisah ya? Bahkan hubungan ini belum di mulai, tapi sudah harus berakhir dengan teragis," monolog Zahrah pada dirinya sendiri, menghapus sudut matanya yang berair.

"Iya Bunda udah selesai kok," Zahrah turun menghampiri kedua orang tuanya.

"Masyaallah anaknya ayah cantik sekali pake hijab," Ayah tersenyum menatap putrinya.

"Iya Bunda aja sampe pangling," Bunda memeluk putrinya dengan sayang.

"Udah pelukannya ayok berangkat," ajak Ayah.

Terpaut Takdir ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang