Part: 3

636 138 23
                                    

Hari ini Zahrah datang ke sekolah dengan empat L lemah, letih, lesu, lopeyou eh nggak wkwk. ia masih kepikiran tentang perjodohan nya. Bahkan pagi tadi lagi-lagi Zahrah didesak untuk menerima Perjodohan ini dengan bundanya.

Bunda Alexa merayu Zahrah dengan menggunakan Poppy eyes andalannya, hanya dengan tatapan itu Zahrah akan sedikit melunak dan sedikit demi sedikit ia pasti akan termakan oleh keinginan bundanya. itulah yang selalu berputar di pikirannya, bagaimana bundanya menginginkan perjodohan ini terlaksana.

Sebelum berangkat sekolah,,,

Pagi ini bunda dan ayah sibuk membicarakan lelaki yang akan di jodohkan dengan Zahrah, Zahrah tidak ambil pusing, ia hanya mendengarkan sambil memakan roti selai kacang kesukaannya.

Ayah dan bunda selalu memuji-muji laki-laki itu dihadapan Zahrah, bahkan mereka terlalu tinggi menyanjungnya, katanya ia gantenglah, baiklah, shaleh lah, pintarlah, dan masih banyak lagi.

Dan parahnya lagi bunda selalu menatap Zahrah dengan tatapan kesalnya, Zahrah semakin tidak enak hati karna telah membuatnya kecewa dan akhirnya ia menjadi kesal karena putrinya yang keras kepala.

"Kenapa bunda?" akhirnya Zahrah membuka suaranya, risih dilihat bunda dengan tatapan kesalnya.

"Gak papa,"

"Dih, kayak cewek aja bunda nih," cetus Zahrah yang mendapat plototan tajam dari bunda Alexa.

hubungan bunda Alexa dengan Zahrah sedikit istimewa, tidak seperti ibu dan akan kebanyakan. Mereka cenderung seperti teman bahkan sahabat, walau hubungan mereka seperti teman, Zahrah tidak pernah berprilaku tidak sopan pada bundanya.

Hubungan inilah yang dapat membuat keluarga tersa sangat hangat dan nyaman untuk anak bertumbuh kembang.

"Terima perjodohan ini ya sayang," bunda memohon dengan mimik wajah yang sudah berubah 180 Drajat. jika bundanya ikut kasting sinetron mungkin ia akan di terima.

"Zahrah berangkat ya, Assalamualaikum." lagi-lagi Zahrah hanya bisa lari dari kenyataan hidup yang membuatnya dilema.

"Wa'alaikumsalam," jawab bunda pasrah, menghela nafas.

🔹🔹🔹

"Ngapa lu ngab? Muka lo kusut kayak baju belum di setrika," tanya Gladlin menyenggol badan Zahrah yang tengah menopang wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lo sakit?" Sindy mengecek suhu badan Zahrah yang ternyata suhunya normal.

Zahrah melirik menatap kedua temannya yang khawatir dengannya karena tidak biasanya Zahrah lesu.

Zahrah menghela nafasnya, dan akhirnya angkat bicara, "Gue di jodohin"

"Hah!! Dijo-," teriak Gladlin yang langsung di bekap oleh Zahrah, "Sakit kunyk," Gladlin menghempas tangan Zahrah.

"Pelan dikit, tau gue lagi kesel," Jawabnya lesu, "Gue emang di jodohkan, tapi bunda bilang keputusan nya terserah gue."

"Zaman apa ini Zahrah? dikira masih zamannya Siti nur Jubaedah apa ya, lo masih di jodoh-jodohin?" bingung Sindy.

"Siti nur baya, Bambang. bukan Siti nur Jubaedah," Gladlin membenarkan.

"iyalah, itu maksudnya. masih nyerempet-nyerempet dikit ini," bela Sindy

"nyerempet gundulmu, yaudah kali tinggal lo tolak aja perjodohan itu, apa susahnya coba," timpal Gladlin.

"Masalahnya gue gak tega liat bunda kecewa, mana selama ini jadi beban," Zahrah membaringkan tubuhnya di atas meja.

"jangan dipikirkan Zah, nanti lo sakit," khawatir Sindy.

"Hahh ... terserah lah, eh iya, ngomong-ngomong ganteng gak calon lo? Kalo ganteng gak papa kali," tanya Gladlin yang semakin membuat Zahrah kesal.

Terpaut Takdir ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang