Bagaimana Nasibnya?

39 2 2
                                    

#Aksamerta
#Kamis, 17 Februari 2022
#Bab1_BagaimanaNasibnya?
#TereLiyeTia

Raga segera kembali ke apertemen Adhira lengkap dengan seporsi raut malasnya. Ia menghela napas saat berhadapan dengan tangga yang sama seperti yang ia naiki lima belas menit yang lalu. Akhirnya mau tak mau ia harus naik. Sebab seperti kata atasan, penumpang atau clien adalah yang terutama dalam segala hal.

  Ia kini sudah berhadapan dengan pintu kamar Adhira, lalu mengetuk dengan malas. Adhira langsung beranjak dari rebahannya, lalu membuka pintu. Melihat lelaki yang sudah menghancurkan ekspetasinya menonton pertandingan bola, Adhira langsung menggeser bibir ke kanan dan ke kiri layaknya dua anak kecil yang bermusuhan. Matanya seketika menjadi segaris, bibirnya mengkerucut dan napasnya memburu.

"Kembalikan uang saya!" bentak Adhira, membuat Raga mengerenyitkan dahinya.

"Enak saja, itu uang pertama saya!" tolak Raga dengan tegas, lengkap dengan kedua telapak tangannya mencubit pinggangnya.

Adhira yang melihat Raga yang bertingkah tidak sopan langsung menarik kerah jaket Raga yang berwarna abu-abu itu. Raga secara reflek memundurkan kepala, sehingga double chin miliknya mulai terlihat. Raga benar-benar tidak bisa membela diri dan hatinya berdoa supaya dia tidak mati hari ini. Adhira dengan segala keemosiannya menarik Raga sampai masuk kamarnya. Kamar Adhira nampak sama, akan tetapi ada sedikit perbedaannya yakni pada karpet bunga-bunga Adhira terdapat seorang batita perempuan.

  Anak kecil itu berkulit kuning langsat, dengan rambut keriting dan pipi yang sedikit gembul. Ia masih tertidur nyenyak sehingga nampak bulu mata lentiknya menyelimuti cekungan mata. Raga terfokus pada anak itu, sampai ia tak sadar senyumnya terukir. Raga tidak pernah bertemu anak secantik itu.

"Itu anak siapa?" Pertanyaan Adhira membuat Raga tersentak. Lagi-lagi ekspresi keheranan ditampilkan oleh pria berusia hampir tiga puluh tahun itu.

"Ini kamar siapa?" tanya Raga.

"Kamar saya."

"Te-rus, kenapa anda menanyakan status anak ini kepada saya padahal jelas-jelas ini adalah kamar anda?!" bentak Raga, membuat Adhira semakin emosi.

"Oho, anda tidak merasa bersalah sama sekali, ya? Batita itu saya temukan di box ini!" Kondisinya semakin memanas saat Adhira menendang box kosong itu ke arah Raga.

"Wah--wah--wah, penipuan sih ini. Mbak, saya ini karyawan baru, loh. Kok bisa sih, Mbak sejahat ini sama saya?" Raga menatap Adhira dengan kecewa, matanya nampak berkaca-kaca.

'Cuih, banyak drama nih abu gosok," batin Adhira lalu menaikan bibir kanan dengan keheranan dan jijik.

  Ponsel Raga berdering, membuat Raga tersentak. Ia segera meraih ponsel di saku jaketnya dan menerima panggilan telepon tersebut.

"Hallo, saya Anggun, call center dari EagleTronik. Kami ingin menyampaikan bahwa anda salah mengirimkan paket televisi kepada clien kami atas nama Ibu Adhira Kamelagita. Terima kasih," jelas penelepon membuat Raga menepuk jidatnya sendiri. Karena ketakutan, Raga menelan ludahnya dan menggingit bibir bawahnya. Kakinya bergetar hebat, lalu memutar tubuhnya ke arah Adhira yang masih emosi luar biasa terhadapnya.

"Siapa yang penipu kalau sudah begini?" tanya Adhira lalu berjalan ke arah Raga. Kini jarak antar pemuda itu semakin dekat. Raga hanya meringis malu.

"Saya ambilin TV nya Mbak, ya. I-ni u-ang COD nya ta-di," ucap Raga gelagapan dan memberikan uang pertamanya pada Adhira. Dengan malas, Adhira mengambil beberapa uang dari tangan Raga.

"Ga usah, setengah aja."

  Raga terpesona seketika mendengar ucapan Adhira. Kalau dia yang di posisi Adhira, pastinya ia akan meminta dua kali lipat uang pembayaran tadi. Raga membalikan badan untuk kembali ke toko elektronik. Adhira memegang tangannya membuat Raga sedikit tersentak. Kali ini jantungnya sedikit berdebar. Tapi napasnya yang memahami dirinya itu perlahan mulai tenang.

Tere Liye Tia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang