#Aksamerta
#Minggu, 6 Maret 2022
#Bab14_TukangKebun
#TereLiyeTia"BUND--HIDUP BERJALAN SEPERTI BAJINGAN!" Tia bersenandung sembari menirukan gaya penyanyi rocker. Adhira hanya tersenyum, lalu menggeleng melihat kelakuan anak kesayangannya itu. Ia melangkahkan kaki ke kamar anaknya, membuat Tia salah tingkah dan membenarkan posisi rambutnya ke belakang telinganya.
"Loh--loh--loh, langsung kayak manten, sih? Lanjut aja konsernya," ucap Adhira sembari menahan tawa.
"Mama-ih, Tia malu, tauk!" Tia menggeliat tak jelas sambil berjalan ke arah Adhira.
"Nih," ucap Adhira sembari memberikan amplop cokelat pada Tia.
"Ini apa, Ma?" tanya Adhira penasaran dan meremas-remas amplop cokelat itu.
"Itu uang UKT untuk semester ini, Tia. Mama baru inget kalau ada tabungan sedikit," jawab Adhira lalu mengelus kepala anaknya.
"Mama!" Tia merasa terharu dengan pengorbanan bundanya. Ia akhirnya bisa berkuliah semester ini.
"Mama ga bisa bayangin kalau anak kesayangan mama gagal jadi dokter gara-gara mama. Sekarang Tia mandi dan segera berangkat, ya!" titah Adhira lalu kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya.
"Yee, akhirnya!" Tia mencium amplop cokelat itu dan wajahnya terlihat bersyukur karena bisa berkuliah lagi.
Tangannya mulai mencari kontak Antara, "Beb, jemput aku, ya! Aku bisa kuliah hari ini," tulisnya pada kolom kontak WhatsApp yang ditunjukan pada Antara.
Antara tiba ke rumah Tia setengah jam sebelum masuk kuliah. Ia kaget, di dalam rumah Tia ada narapidana yang paling terkenal akhir-akhir ini, yaitu Raga. Tia juga panik saat Antara telah melihat ayahnya, segera larilah ia menghadap kekasihnya.
"Em, ayo berangkat!" ajak Tia lalu menarik tangan Raga.
"Kok dia ada di sini, Beb? Kamu ga takut?" tanya Antara sambil menatap Raga sinis, sementara Raga hanya gemetar di tempat mendengar ada seseorang yang menakutinya.
"Mamaku kan' terlalu baik sampai napi buta itu dijadiin tukang kebun baruku, hehe," jawab Tia terang-terangan, beruntung ibunya tak mendengar ucapannya. Sementara Raga semakin dibuat patah hati mendengar pernyataan anaknya.
"Kamu yang hati-hati, ya!" bisik Antara masih dengan tatapan sinis ke arah Raga.
"Iya, Sayang! Aku kan ... lakik!" Tia menunjukan otot kurusnya ke arah Antara, membuat Antara hanya menggeleng malu melihat kelakuan pacarnya.
Di tengah jalan, buku catatan Tia tak sengaja terjatuh sebelum memasuki mobil kekasihnya. Tapi dia sama sekali tidak menyadari jatuhnya buku itu. Padahal, buku itu sangat penting untuknya karena hari ini adalah mata kuliah dari dosen galaknya.
Raga pagi itu berniat untuk berjalan-jalan guna menghirup udara segar. Tentunya ia tidak sendiri, Adhira dengan sabar menemani setiap langkah suaminya. Kaki Raga terasa terjanggal karena ada sesuatu di bawahnya. Dengan gemetar ia berjongkok, dan mengambil buku di situ.
"Mas Raga, itu apa?" tanya Adhira sambil berjalan menghampiri Raga dan mengambil buku Tia itu.
"Ya ampun, teledor banget anak ini," gerutu Adhira lalu menggeleng keheranan.
"Itu apa, Dhira?" tanya Raga sambil berusaha meraba-raba buku Tia.
"Bukunya Tia, Mas ... mana dosennya killer lagi. Kudu dianterin, nih," ucap Adhira lalu menggandeng suaminya untuk mengantarnya masuk ke rumah.
"Aku ikut ya, Dhir. Pengen jalan-jalan, asik kayaknya," pinta Raga dengan mata berbinar-binar.
"Iya-iya, Mas. Biasa aja mukanya, kalik!" Adhira dengan gemas memainkan pipi Raga membuat Raga semakin mengembangkan senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere Liye Tia (END)
Romance"Gelapku akan lebih indah jika Tia dapat menangkap indahnya surya." Raga mengangkat pipi Adhira, menatap bola mata istrinya dengan dalam-dalam. "Gelap dalam dinginnya tembok sengsara?" tanya Adhira dengan penuh penegasan. "Sengsara untuk Tia? Tidak...