#Aksamerta
#Senin, 7 Maret 2022
#Bab15_Penyelamat
#TereLiyeTiaRekaman audio yang disebarkan Kelinda tersebar begitu cepat di jagad raya. Malam itu, Kelinda baru saja menyelasaikan tesis skripsinya untuk diujikan besok pagi. Segera ia regangkan badan lalu mengambil ponselnya untuk menyegarkan pikiran runyamnya. Ia membuka aplikasi Twitter dan kaget sekali pastinya saat namanya terpampang jelas di kolom 'trending topic.'
Kelinda yakin, pasti ini karena videonya. Ia lega, akhirnya kebenaran tersebar juga. Bagaikan kejatuhan meteor, Kelinda justru mendapatkan sejuta hujatan dari masyarakat.
"Pansos, bilang, Bos!"
"Wkwk, sudah dinyatakan salah kok diperjuangin."
"Kalau audio gini, mah ga bisa dipercaya, dong. Ada-ada aja orang, mah, ya."
"Oalah dia anak kampus Bakti Sumalaya, toh. Padahal alumni sana biasanya orang-orangnya keren, loh. Perusak kampus banget!"
"Gila, anak hukum? Parah, masa kelakuannya kayak gini!"
"Si yang paling kebenaran!"
"Salah kok dibelain!"
Kelinda tak menyangka jika niatnya malah menjadi mimpi buruknya. Dia menangis sedih dan malu. Tak sebaiknya ia melakukan penyebaran audio itu tanpa memikirkan apa yang terjadi nantinya.
"Harusnya gua lebih sabar untuk nyebarin audio ini," sesalnya lalu merebahkan diri dengan putus asa. Kelinda menangisi kesalahannya sampai tak sengaja tertidur bersama kaca mata yang belum lepas dari wajahnya.
Keesokan paginya, tentunya Kalinda terbangun karena benturan kaca mata dengan dahinya. Matanya serasa berat karena sedikit bengkak. Linda segera terbangun dengan malas dan mandi untuk mempersiapkan diri uji tesis pagi ini.
Ada kira-kira 8-10 mahasiswa tua yang sedang menunggu namanya dipanggil untuk uji tesis. Pada urutan ke sembilan, nama Linda dipanggil. Segera ia berdoa singkat, lalu memasuki ruangan dosen pengujinya.
"Haduh, kamu lagi--kamu lagi," ujar Pak Egik dengan nada bosan. Dia sudah muak meminta Linda untuk mengganti judul skripsinya, tapi Linda tetap kekeuh membahas Raga di dalam skripsinya.
"Hehe, iya, Pak." Linda duduk, lalu segera membuka laptop dan memutar laptopnya ke arah Pak Egik.
"Belum diganti?!" Pak Egik menghela napas malas lalu memegang tangan Linda dengan penuh harapan.
"Linda, dulu kamu mahasiswa kesayangan Bapak, loh. Kenapa kamu ga mau nurut sama Bapak, sih? Demi kebaikanmu, Bapak mohon kamu ganti judulnya. Bapak menyayangkan kepandaiamu selama tujuh semester ini, Nak. Bapak mohon!" pinta Pak Egik dengan bola mata yang membulat, seolah mengharapkan bahwa Linda menurunkan egonya demi dirinya.
"Kepandaian saya akan berguna jika saya berhasil membongkar kebenaran yang ada, Pak," ucap Linda dengan penuh keyakinan seolah beorasi di hadapan lelaki paruh baya di depannya itu.
"Kebenaran? Karena kebenaran kamu itu, kamu kemarin viral dan mengharuskan pihak rektorat meng-klarifikasi ke seluruh media di Indonesia. Ini tindakan yang merepotkan, Nak! Bahkan semalam saya memohon kepada rektor lewat via chat WhatsApp agar kamu tidak dikeluarkan karena memang saya benar-benar menyayangkan segala kecerdasan kamu, Linda. Linda, benar atau tidaknya Raga, masyarakat akan menganggapnya salah selamanya," cerocos Pak Egik membuat Linda tersentak. Bukan perkara susahnya mengerjakan tesis ulang atau meneliti ulang suatu kasus untuk kelulusannya, tapi ini tentang kebenaran. Linda melihat sendiri ketulusan seorang Raga yang memiliki alasan kuat menembak Larni lima belas tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere Liye Tia (END)
Romance"Gelapku akan lebih indah jika Tia dapat menangkap indahnya surya." Raga mengangkat pipi Adhira, menatap bola mata istrinya dengan dalam-dalam. "Gelap dalam dinginnya tembok sengsara?" tanya Adhira dengan penuh penegasan. "Sengsara untuk Tia? Tidak...