#Aksamerta
#Selasa, 1 Maret 2022
#Bab9_DiaDatang
#TereLiyeTiaDua minggu kemudian, di akhir bulan, Raga memutuskan mengajak keluarganya ke mall. Tentunya ini akan menjadi momen terindah mereka terutama Tia yang belum pernah sama sekali menapakkan kaki ke mall. Kini mereka sudah duduk di mobil merah Raga, lengkap dengan
"Mama, nanti Tia mau beli Berbie yang gede, ya!" pinta Tia penuh pengharapan.
"Nanti Papa mau beliin Tia boneka Barbie satu box, lengkap sama rumah Barbie dan Ken," janji Raga sambil memarkirkan mobilnya.
"Wah, gede banget!" Tia berdiri dari kursi mobilnya, sambil menggeleng kagum dengan megahnya mall yang akan ia buat bersenang-senang itu.
"Iya, dong! Papa pasti bakalan bawa Tia ke mall yang gede," ucap Raga lalu keluar mobil dan membukakan pintu mobil anak-bininya.
"Uh-tilak!" Raga mengangkat tubuh Tia, lalu mengulurkan tangannya untuk dijadikan pegangan bagi Adhira.
"Makasih ya, Mas," ucap Adhira lembut lalu menutup pintu mobil pelan-pelan.
Sementara di sebuah tempat yang cukup megah, namun temboknya sudah memucat warnanya, ada seorang perempuan yang terjebak di tempat itu bernama Larni. Ia kini terbaring, sementara perempuan dengan pakaian serba putih menyuntiknya.
Ruangan itu bernama, 'RSJ Pulih Mulia', tepat di mana orang-orang dengan gangguan kejiwaan menetap di sana. Salah satunya tentu Larni, yang memiliki ganggungan jiwa sampai tega membungkus anaknya sendiri dengan sebuah box televisi.
Setelah disuntik, Larni berpura-pura mengejamkan mata supaya suster tahu, bahwa dia sudah benar-benar istirahat dan tenang. Suster akhirnya memutuskan memeriksa pasien lain dan mulai meninggalkan Larni.
Larni membuka matanya, seketika nuraninya mulai bekerja. "Tia, kamu di mana, Nak?" gumamnya, lalu dilanjutkan dengan tawa mirisnya. Larni beranjak dari kasurnya, lalu dilihat semua keadaan sudah mulai sepi, saatnya tubuhnya pergi dan bebas dari tempat ini setelah lima tahun beribu upaya kabur gagal total karena ia mengalami kejang-kejang tak terduga.
Tangannya gemetar, lalu tanpa pikir panjang menarik paksa sprei kasurnya. Beruntungnya, Larni tidak mendapatkan kamar yang berada terlalu atas, sehingga sprei kasurnya berhasil mencapai ke tanah. Segera ia turunkan tubuhnya dengan bantuan sprei itu dan akhirnya upaya kaburnya berhasil.
Larni langsung mencari tempat yang ramai, dan tepat sekali, ia sukses mendapatkan mall sebagai tempat persembunyiaannya. Jangan salah, Larni juga membawa senjata api yang akan ia gunakan saat ia terancam nanti. Senjata api itu ia dapatkan dari rumah suaminya yang telah melakukan KDRT terhadapnya dan bayi kandungannya delapan tahun yang lalu.
Keluarga yang malang, baru dua minggu kebahagiaan mereka dapatkan, kali ini derita baru datang. Larni tanpa sengaja menemukan Tia bersama Raga yang sedang mencari boneka Barbie yang Tia harapkan.
"Anakku Tia?!" ucap Larni lemas lalu menitikan air matanya. Ia kaget, anak yang ia bungkus dengan box televisi itu telah sebesar sekarang. Mana tubuh Tia terlihat gemuk, pasti Raga telah membahagiakannya.
"Laki-laki telah menculik anakku!" pikirnya. Jiwanya yang memang telah terganggu dengan masa lalu yang buruk membuatnya cepat menuduh orang lain.
Adhira berjalan ke arah Raga dan Tia sambil membawa dua buah dress cantik impiannya. Ia mencolek bahu Raga, lalu memberikan dia bertanya, "Lebih cocok pakai yang mana, ya?"
Raga menghela napas, "Dua-duanya bagus, Dhira."
"Ih, salah satu, dong!" protes Adhira sambil mengangkat-angkat kakinya dengan depresi
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere Liye Tia (END)
Romance"Gelapku akan lebih indah jika Tia dapat menangkap indahnya surya." Raga mengangkat pipi Adhira, menatap bola mata istrinya dengan dalam-dalam. "Gelap dalam dinginnya tembok sengsara?" tanya Adhira dengan penuh penegasan. "Sengsara untuk Tia? Tidak...