chapter 9

1.5K 171 1
                                    

Happy Reading~!🌹






























Apa aku mati?

Itulah pertanyaan pertama yang muncul di benakku saat membuka mata. Diriku terbangun di sebuah ruangan yang lantainya penuh akan  bunga cantik yang tak ku ketahui namanya. Saat terbangun aku sudah berada di atas ranjang berwarna putih yang lembut dan empuk.

Tak ada benda lain di ruangan ini selain ranjang yang ku tempati. cahaya yang masuk melalui jendela dan ventilasi ruangan ini begitu menyilaukan mata. Sangking terangnya aku sampai mengira bahwa aku sudah tak lagi di dunia.

Walau begitu, aku masih ingin berfikir positif. Jika aku benar-benar telah tiada, maka tak mungkin jantungku masih berdetik, Tak mungkin aku masih bernapas, dan tak mungkin tubuhku masih terasa hangat. Dengan semua kesimpulan itu, aku dapat mengetahui bahwa aku masih hidup. tetapi, aku tak tahu di mana letak pasti lokasinya.

Pakaian ku bahkan telah berganti, bukan lagi gaun berwarna hitam pekat yang ku kenakan ketika terakhir kali kesadaranku terjaga. Kini aku mengenakan sebuah gaun putih polos yang tampak cantik dan menawan. rasanya begitu dejavu saat membuka mata dan aku terbangun di ruangan yang tak ku ketahui di mana tempatnya.

Ku turunkan perlahan kaki telanjangku yang tak terbalut apapun. Kini sepasang kaki seputih saljuku ini sukses menyentuh tanaman-tanaman bunga yang tumbuh dengan cantiknya di sepenjuru ruangan.  sebisa mungkin aku berhati-hati agar tak menginjak bunga-bunga di bawahku. Rasanya tak tega untuk menginjak dan merusak mereka.

Ya, ternyata memang benar tempat ini bukanlah akhirat, berarti aku memang belum mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, ternyata memang benar tempat ini bukanlah akhirat, berarti aku memang belum mati. ingatan terakhir ku juga menggambarkan bahwa saat itu---saat diriku hampir saja menjadi santapan para iblis jelek, diriku di selamatkan oleh seseorang yang ku kenali.

Aku tak dapat mengingat persis bagaimana wajah ataupun perawakanya karena memang pada saat itu kesadaranku sangatlah tipis. Tetapi, satu hal pasti yang ku ketahui... Ia adalah seorang pria. Ya, hanya itu saja yang ku ketahui dan ku ingat. Tak lebih dan tak kurang.

Ku buka perlahan knock pintu berwarna emas dengan daun pintu berwarna putih bersih itu. sungguh, rasanya melihat pemandangan seperti ini membuat hatiku terasa tenang damai dan tentram. Secuil rasa senang pun turut menyelimuti hatiku.

'Ceklek!!'

Tanpa sadar aku memejamkan kedua mata dengan bibir yang terangkat ke atas. Tepat ketika pintu itu terbuka, angin sepoi-sepoi menghampiriku. Bahkan rambut panjang ku pun di buat terbang oleh angin-angin menyejukkan itu Sudah lama sekali rasanya aku tak merasakan perasaan seperti ini. sungguh, rasanya sangat menyenangkan.

Seakan tak cukup, ketika kedua mataku terbuka kembali rasanya benar-benar mengejutkan.
Tempat ini benar-benar indah. Aku ak tahu ini surga, rumah, kastil ataupun istana. Tetapi…bagaimana bisa  seindah ini?! rasanya aku benar-benar ingin meneteskan air mata.

Saat ini aku memang berada di sebuah ruangan, tetapi sama sekali tak terdapat barang atapun aksesoris lainya. benar-benar terisi penuh akan tumbuh-tumbuhan indah yang menyegarkan mata. Sinar matahari pun masuk dengan bebasnya, memberikan cahaya terang tak terhingga.

Aku yakin bahkan sangat yakin, bahwa pemilik tempat ini pasti sangatlah menyukai bunga dan tumbuhan indah lainya. karena di sini benar-benar penuh akan tumbuhan. Bahkan aku dapat mencium aroma segar khas hutan asri yang menyegarkan jiwa. Sangat tentram rasanya.

Aku mendongakkan kepala nelihat langit dari sebuah jendela yang berada tak jauh dari tempat ku berdiri, rasanya jantungku berdetak tak karuan ketika mendapati warna biru cerah indah terpatri di langit.

Aku tahu bahwa ketiks aku terdampar di dunia iblis belum terlalu lama, bahkan belum genap satu tahun ataupun 2 bulan, tetapi rasanya benar-benar bahagia dan terharu karena dapat melihat warna biru langit. Bukan berwarna orange kemerahan seperti yang sering ku saksikan ketika berada di istana iblis.
aku memang tak tahu saat ini aku sedang berada di mana, tetapi dengan melihat warna langit saja aku dapat menebak bahwa sekarang aku sudah tak berada di sana----dunia iblis.

Namun, bagaimana caranya aku dapat keluar? Atau orang yang menyelamatkanku lah yang membawa ku keluar dari tempat membosankan itu? entahlah, begitu banyak pertanyaan yang menyerang kepalaku. Kini tujuan ku hantu satu, yaitu mencari keberadaan sosok yang menyelamatkan ku saat itu. karena semua jawaban yang kini bersangkar di benakku hanya ia seorang yang dapat menjawabnya.

Dengan mengikuti dorongan hati nurani, kedua kakiku pun tertuntun menuju sebuah jalan kecil yang ada di ‘rumah’ ini. masih dengan suasana dan pemandnagan yang indah, tak henti-henti nya aku berdecak kagum ketika melewati jalan yang di sepanjangnya terdapat bunga-bunga cantik nan menawan.

Cukup lama aku berjalan mengikuti cahaya yang terlihat tak ada ujungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama aku berjalan mengikuti cahaya yang terlihat tak ada ujungnya. Rasanya cukup melelahkan, tetapi rasa lelah itu seketika menghilang ketika menemukan ‘akhir’ dari jalan yang ku jalani ini.

Rasanya sedikit ragu untuk melanjutkan langkah karena aku melihat seseorang sedang duduk dengan posisi membelakangiku. Dari segi postur tubuh, dapat ku simpulkan ia adalah seorang pria. Benar-benar gila---dunia ini memang tidak adil. dari belakang kepalanya saja, aku dapat memprediksikan bahwa pria itu adalah pria tampan. Aura seorang pria tampan memang sangat berbeda.

Sedikit lama aku berfikir antara Lanjut atau tidak? Itulah yang terus ku pertimbangkan. Tetapi, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkanya, karena aku sangat yakin bahwa orang yang sedang duduk membelakangiku itu adalah sosok yang menyelamatkanku kala itu.

aku sangat ingin berterima kasih padanya dan aku juga ingin menanyakan banyak hal. Ya, jika ia berkenan untuk menjawab, jika tak mau aku juga tak akan memaksa.

“em…permisi?”

Ku yakin itu adalah suara terlembut yang dapt ku hasilkan dari pita suaraku. Tentu saja, aku berusaha bersikap ramah dan lembut kepada sosok penyelamatku ini.

rasanya sedikit gugup karena tak juga kunjung mendapat balasan. Jangankan membalas ucapanku, bergerak saja tidak. Aku sempat berfikir mungkin orang ini sedang tidur. tetapi beberapa detik kemudian, ternyata aku tahu bahwa dugaan ku salah. Karena pria itu sama sekali tak tidur. Mengapa demikian? Karena saat ini ia sudah membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku.

“oh...kau sudah siuman?"

Suara bas yang terdengar familiar ini---entah mengapa terasa tak asing ketika masuk ke indra pendengaranku. Rasanya aku pernah mendengar suara ini. tetapi aku tak dapat mengingat siapa pemiliknya.

ku pejamkan mataku beberapa saat karena cahaya yang terlalu terang menusuk retina mataku.
Cukup lama aku memejamkan mata, hingga akhirnya kembali membukanya. Dan saat itu juga rasanya jantungku berhenti berdetak. Wajah ini….wajah yang sangat ku rindukan. Apa benar orang yang sedang duduk di kursi dengan santainya ini adalah ‘dia’? Apakah mereka adalah 'sosok' yang sama?

SCARLET ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang