chapter 23

885 111 0
                                    


Happy Reading~!🌹















Kaget. Sangat kaget. Aku yakin dan sangat ingat bahwa kemarin aku tidur di kamarku sendiri, bukan di kamar orang lain apalagi kamarnya Charles. Tentu saja aku takut, takut pria itu akan kembali berbuat kurang ajar  padaku. ku singkirkan selimut berwarna hitam itu dari tubuhku,  Seketika aku menghela napas lega ketika melihat pakaian ku masih sama seperti yang terakhir kali ku kenakan. Tanpa kurang satu pun.

Jika seperti ini, aku sudah tak ingin berfikir lebih keras lagi. sudah jelas sekali siapa pelaku atau dalang dari semua ini. Charles---pasti pria itulah yang telah memindahkan ku.

mataku terbelalak kaget kala mendapati pria itu ternyata berada di sampingku. Berpose santai sembari menatap ku dengan senyum menjengkelkan nya itu. sial, rupanya sedari tadi pria ini mengamati gerak-gerik ku.

“mengapa kau memindahkan ku?” tanya ku berusaha menahan gejolak amarah.

“tak ada alasan khusus. Aku hanya bosan tidur sendiri” ujarnya yang seketika membuat kesabaran ku habis.

'Plak!'

Ya, aku baru saja menamparnya. Entah apa yang merasuki ku, rasanya benar-benar dongkol ketika mendengarnya berkata demikian. Jujur saja, rasanya harga diriku terus saja di injak-injak olehnya. Aku sempat berfikir, cukup di kehidupan sebelumnya aku kehilangan harga diri, tetapi tidak dengan kehidupan ini. tetapi, Charles terus saja membuat harga diriku terinjak-injak. ia seakan memperlakukan ku bagai wanita murahan yang bisa menghangatkan ranjang besarnya ini.

“apa maksudmu menamparku?” tanya nya dengan ekspresi datar. Tanpa sadar aku pun terkekeh sinis.

“bukankah kau sudah menerimaku? Lantas apa makna dari semua yang kau lakukan kemarin? Kau bersikap seakan kita adalah sepasang kekasih yang harmonis” lanjutnya lagi yang membuat ku muak. Aku memutar bola mata malas karena kebodohan pria ini yang sama sekali tak menyadari bahwa semua yang ku lakukan kemarin hanya sebuah drama.

“kau tak sadar? Aku hanya berakting. Agar dapat membuat teman tercintamu itu bungkam!” ucapku sarkas. Pria itu kemudian kembali menatapku dengan tatapan yang bahkan aku sendiri tak mengerti apa maknanya.

“kau pikir aku dapat memaafkan dan menerima mu semudah itu? ingatlah baik-baik kelakuan bejat mu yang telah menodaiku. Aku mungkin tak menghajar mu sampai mati, karena aku tahu kekuatan ku tak sebanding dengan mu” lanjutku sebelum beranjak pergi dari ruangan itu. ya, setidaknya sedikit hal yang mengganjal di hatiku ini tersampaikan juga. Sudah sangat lama aku menahan untuk tidak memakinya.

Jika ada yang mengatakan aku begitu murahan karena tak marah setelah di lecehkan, maka orang itu salah besar. Tentu saja aku marah. Bahkan sangat. Susah payah aku menjaganya untuk suami ku di masa depan, tetapi dengan biadap nya pria itu mencuri nya. aku ingin sekali membunuhnya, tetapi aku sadar bahwa mustahil bagiku untuk melakukanya.

Ia jelas memiliki kekuatan yang jauh lebih besar di bandingkan diriku. Belum lagi kenyataan bahwa ia adalah seorang pemimpin ras iblis ini. bahkan jika aku telah kembali menjadi iblis dan mendapatkan kekuatan ku kembali seperti ini, aku tahu bahwa perbandingan kekuatan kami masih sangatlah jauh. Ibarat langit dan bumi. Itulah kami.

Lantas aku harus apa? berlagak sok kuat dan melawan nya? itu sama saja dengan menyia-nyiakan nyawa. Tanpa sekutu yang kuat, aku tak akan pernah mampu untuk bisa membinasakannya. Tidak akan pernah.

Ah…omong-omong aku sama sekali tak berniat untuk kembali ke tempat tinggal ku sebelumnya---dunia manusia. Untuk apa aku kembali? Hal yang paling berharga di hidupku telah di rampas dengan cara yang paling memalukan, hingga aku telah kehilangan muka untuk berjumpa kembali dengan ayahku, keluarga ku satu-satunya.

Lagi pula, aku merasa janggal akan hal ini. karena itu, aku akan memastikanya sendiri 3 minggu lagi. saat acara perjamuan antar bangsawan iblis itu di laksanakan.

🌹🌹🌹

“oh, benarkah?” tanyaku tak percaya. Damient menganggukkan kepalanya bersemangat sebelum menjawab,

“tentu saja. kini telah menyebar rumor bahwa Charles lebih mengutamakan dirimu di banding wanita itu” ujarnya sembari tersenyum sinis. Kentara sekali bahwa ia sangat tak menyukai Esme.

Ya, Damient baru saja menceritakan bahwa kini di istana darkrose tengah gempar dengan berita hubungan ku dengan Charles yang begitu erat, harmonis dan juga romantis, hingga Esme yang selama ini begitu di manja oleh pria itu di abaikan karena Charles lebih memilihku.

Entahlah, aku yakin orang yang menyebarkan rumor tak bermutu itu adalah para pelayan yang berjaga di ruang makan kemarin malam. Fakta baru yang ku ketahui, bahwa seorang iblis juga suka bergosip dan menyebarkan rumor. Kenapa aku harus heran ya? Bukannya itu memang sifat asli seorang iblis? Ha...entahlah, ini membuatku pusing.

“jika kau telah kembali menjadi iblis, seharusnya kekuatan petir mu juga telah bangkit kembali bukan?” tanya Damient. aku menatapnya lamat sebelum mengangguk ragu.

“lalu, mengapa kau tak menggunakanya?” tanya nya yang sontak membuat otakku berfikir keras, memikirkan jawaban apa yang di rasa tepat untuk membuat pria ini bungkam.

Mungkin bagi mereka yang melihat kami sedang berbincang bersama seperti ini, itu terlihat akrab dan harmonis. Hanya saja, mungkin tak ada yang menyadari bahwa sebenarnya kami terus saja berwaspada satu sama lain.

aku hanya merasa bahwa aku tak boleh terlalu terbuka dengan pria ini. maka dari itu, aku tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya, bahwa aku tak akan sering-sering menggunakan kekuatanku karena tubuhku di kehidupan ini sangatlah lemah.

Bukan hanya diriku, tetapi Damient sebenarnya juga membatasi diri. Walau tak begitu terasa, tetapi aku tahu di balik senyum ramahnya, Damient adalah sosok misterius berbahaya. Ia mungkin memang mengaku-ngaku sebagai sahabat ku sedari dulu, sehingga ia bersikap baik padaku saat ini. tetapi aku tahu, bahwa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku dan hal itu ada kaitanya dengan ku.

“aku hanya malas” jawabku sembari menguap. Berpura-pura lelah dan membutuhkan istirahat, agar pria itu menyadari bahwa aku tak ingin melanjutkan percakapan.

“oh? Baiklah, selamat beristirahat” untungnya pria itu mengerti, kemudian menepuk pundak ku dua kali sebelum pergi meninggalkan gazebo ini.

SCARLET ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang