Scarlet Caroline----tak pernah menyangka dirinya merupakan reinkarnasi dari tunangan raja iblis.
Hidup yang awalnya tentram dan damai seketika hilang saat ia kembali bertemu dengan sekelibat masa lalunya.
Yuk, langsung baca aja. Jan malu-malu😉
Ga...
Suasana canggung sontak menghampiriku. Rasanya benar-benar kaget, tetapi juga terselip akan rasa senang dan bahagia karena dapat melihat kembali wajah yang sudah sangat lama tak ku lihat.
"Em..terimakasih atas bantuanmu waktu itu” sengaja ku gunakan bahasa informal karena mengikuti cara berbicara sang lawan. Wajahnya memang sangat mirip dengan ‘dia’. tetapi, ku rasa mereka bukanlah orang yang sama, mengingat ia menolongku di dunia yang tak kan dapat tergapai oleh seorang manusia biasa.
“perkenalkan, namaku Scarlet Caroline…aku tak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu. Tetapi, jika ada yang bisa ku bantu maka tolong katakan saja!” Tanpa sadar aku sedikit berteriak di akhir ucapanku, karena rasanya benar-benar gugup tak mendapati respon apapun dari pria yang ada di hadapanku ini. sebelumnya aku telah mengucapkan rasa terimakasih ku, tetapi ia hanya menatapku saja tanpa berniat untuk membalasnya.
“hampir lima tahun berlalu. Kini kau terlihat begitu berbeda" Sontak sebelah alisku terangkat ke atas karena bingung akan maksud pria ini. tetapi, sedetik kemudian wajahku terkejut bukan main karena menyadari sesuatu yang sangat sulit untuk ku percaya.
“kau…a—apakah?!” aku membekap mulut tak percaya, mata ku membola menatapnya. Rasanya sangat mustahil bahwa mereka adalah orang yang sama.
“ya, itu aku. Reviano Kenneth” ia memperkenalkan dirinya dengan nada santai. Seakan tak mempunyai beban, sama sekali tak memperdulikan ekspresi syok ku yang sangat jelek.
“ba---bagaimana bisa kau berada di dunia ibllis itu? apa kau pikir aku akan percaya begitu saja?!” tanpa sadar aku menggunakan nada tak bersahabat padanya. Tentu saja itu tak di sengaja, anggap saja sebagai efek dari keterkejutanku.
“kewajibanku untuk datang menyelamatkamu. Ingin di manapun itu lokasinya, jika berhubungan dengan ‘tunangan’ ku maka aku harus datang bukan?”
ia tersenyum hangat, senyum yang dulunya hanya dapat sekali atau dua kali ku lihat. Sebuah senyum yang sangat sukar ku dapatkan darinya. Jika sudah seperti ini aku harus bagaimana? Sulit rasanya ingin kembali membantah bahwa pria ini bukanlah orang yang dulunya ku ‘cinta’. Lebih tepatnya mungkin ‘cinta monyetku’ sewaktu smp.
“apa maksudmu dengan tunangan? Bisakah kau ulangi?” Pintaku padanya setelah tersadar akan lamunanku. Rasanya kinerja otak di kepalaku sangat lamban, entah karena apa dan itu sangat menyebalkan.
“ya, kau dan aku adalah tunangan” ia meraih salah satu telapak tanganku, kemudian mengecupnya dengan penuh kelembutan. Sial, aku yakin sekarang pipi ku memerah.
Apa memang benar mereka adalah orang yang sama? Apa benar ia adalah Reviano yang dulu ku kenal? Mengapa rasanya mereka sangat berbeda? Aku sangat mengingatnya, seorang Reviano tidaklah seramah ini. ia bukanlah sosok yang ramah dan murah senyum.
em…ini memang sangat memalukan untuk di kenang kembali, tetapi ku rasa ia memang sosok yang ramah dan baik hati. Tetapi, hal itu tak berlaku padaku yang merupakan ‘peneror’ baginya. Sifatku yang begitu agresif ketika menyukai seseorang begitu menyusahkan. Kini aku benar-benar merasakan efek memalukan dari perbuatanku di masa lampau.
Dulu, Tak henti-hentinya aku merecokinya di sekolah ketika ia berdekatan dengan gadis lain, aku juga selalu mengirimkan pesan bertubi-tubi padanya dan itu membuatnya berubah menjadi pribadi yang dingin terhadapku. Ya, ia hanya dingin, ketus dan jutek terhadap diriku saja, tidak dengan yang lainnya.
Tentu saja aku menyukainya bukan tanpa sebab, itu semua karena ia adalah seorang anak teladan di sekolah, tidak seperti anak lelaki lainya. itu semua berhasil membuatku tertarik kemudian jatuh hati padanya.
Setiap kali aku mendesaknya untuk menjalin hubungan yang lebih berkomitmen, ia selalu mengatakan bahwa ia tak ingin menjalin hubungan seperti itu ketika masih menjalani pendidikan. Ia mengatakan, mungkin ia akan menjalin hubungan ketika sudah lulus saja. tetapi, itu pun belum pasti dengan diriku. Mungkin saja ia akan menemukan seseorang yang ia cintai di masa depan. Karena itu, aku dengan percaya dirinya dulu mengatakan bahwa lima atau enam tahun yang akan mendatang aku akan kembali menghampirinya dan meminta hubungan yang lebih serius seperti ‘tunangan’.
Oke, sebenarnya waktu itu aku juga tak terlalu serius mengatakanya, tetapi…mengapa ia benar-benar datang dan mengaku-ngaku sebagai tunanganku?! Sial, rasanya benar-benar memalukan. Aku harus bagaimana?! Tolong! siapapun! kuburlah aku!!
“Reviano, aku sangat menyesali perbuatanku padamu dulu, ini sangat memalukan. Tetapi...kau tak perlu menganggap omong kosong ku di masa lalu"
Aku tersenyum canggung sembari berusaha menyakininya, tetapi yang ku dapati malah sebuah tatapan datar yang begitu mengerikan untuk di pandang. Apa-apaan ini?! dulu aku tak pernah merasa takut padanya, meski aku sudah menganggu nya hingga di cap sebagai peneror. Tetapi sekarang?!...Sangat mengerikan ketika mendapatkan tatapan datar darinya.
Lagi pula semua ini benar-benar terasa aneh dan mencurigakan. Reviano yang dulu sangat tak menyukaiku, bahkan setelah lulus dari sekolah kami sudah tak pernah bertemu. tetapi kini ia datang kembali dan mengatakan bahwa kami adalah sepasang tunangan. Bukankah itu sangat mencurigakan?
“kau tak ingin melihat pemandangan di luar?” Kecurigaan ku semakin bertambah kala ia mengalihkan pembicaraan. Bukanya menjelaskan sesuatu, ia malah menyuruhku keluar untuk melihat pemandangan.
Perubahan ekspresinya bahkan berubah dalam beberapa detik saja. ekspresi datar mengerikanya kini telah terganti dengan senyum tipisnya.
“eh?!”
Rasanya jantung ku ingin melompat dari sangkarnya ketika Reviano menggenggam lembut telapak tanganku, menuntunku keluar dari ruangan bercahaya indah ini.
“sebenarnya, di mana ini?”
Ku tatap sekelilingku dengan tatapan yang tak biasa. Pemandangan seperti ini adalah pemandangan yang sangat ku idam-idamkan untuk menjadi tempat tinggalku dulunya. Suasana yang sangat damai dan aku sangat menyukainya. Ini adalah pedesaan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“sebut saja sebagai tempat berkumpulnya para penyihir”
ia kembali menatap ku lembut. Sial, apa perasaan ku padanya tetap sama seperti dulu? Walau waktu telah berlalu lama, ku rasa perasaan ku untuknya tak pernah berubah. Melihatnya menatap diriku lembut seperti ini, membuatku lupa akan segalanya. Bahkan aku menghiraukan ucapanya sebelumnya dan beberapa saat kemudian aku baru menyadarinya.
“apa?!”
Ya, takdir sialan. Aku benar-benar di permainkan. Selalu saja Berpindah-pindah tempat. Sekalian saja, bawa diriku ke pluto. Akh!!! Sial!