chapter 21

914 113 0
                                    

Happy Reading~!🌹


































“bagaimana? Apa kau puas dengan hasilnya?” tanya Damient sembari bersedekap dada. Menampilkan senyuman sombong yang menyakitkan mata.

“ya, terimakasih. Ini sangat indah” ucapku sekenanya, kemudian meraih jus pir kesukaan ku. Menikmati suasana di dalam rumah kaca yang baru saja di buat oleh Damient.

Jangan tertipu, sinar matahari itu hanyalah ilusi belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan tertipu, sinar matahari itu hanyalah ilusi belaka. Jika keluar dari rumah kaca ini, maka warna langit akan kembali berwarna orange. Ya, tak buruk juga. Setidaknya aku dapat melihat pemandangan yang sudah cukup lama tak ku pandang.

Entah bagaimana caranya Damient menciptakan rumah kaca ini hanya dalam kurun waktu 2 hari. Aku memang meminta nya membangun sebuah rumah kaca, hanya saja aku tak menyangka bahwa apa yang ku minta dapat selesai dalam 2 hari saja. walau tak terlalu mengherankan, karena pria itu menggunakan sihir.

Bukan tanpa alasan aku memintanya untuk membangun sebuah rumah kaca yang terketak di sebuah taman yang dekat dengan menara kamarku. Di istana ini semuanya terlihat sama, begitu suram dan membosankan, maka dari itu, aku ingin melihat pemandangan hijau dan warna-warni bunga.

Meski hanya ilusi belaka, aku cukup berterimaksih pada pria ini. Ia bahkan sama sekali tak menolak permintaanku. Hanya sebuah senyum manis serta anggukan patuh yang ku dapatkan setiap kali aku meminta suatu hal padanya. Hal itu berhasil membuatku terkecoh, bingung akan perangai asli pria ini. sebenarnya ia memang baik atau hanya berpura-pura saja? ha…ini membuat kepala ku sakit dan pusing.

“jika boleh tahu, apa hubungan mu dengan penyihir itu?” tanya Damient yang sontak membuat kedua alisku saling bertautan. Beberapa detik kemudian aku baru mengerti siapa yang di maksud pria ini.

“bukan sesuatu yang spesial. Ia adalah temanku dulunya ketika masih tinggal di dunia manusia” ucapku santai, kemudian menikmati camilan coklat kesukaanku. Tenang saja, aku cukup tahu malu untuk memberitahu bahwa dulu aku sempat menyukai penyihir yang Damient maksud----Reviano.

“benarkah?’ tanyanya dengan nada tak percaya. Aku melirik sekilas dengan malas sebelum menjawab,

“tentu saja” jawabku sesantai mungkin, berharap Damient akan percaya dengan ucapan ku. Pria itu mengelus dagunya, berhayal seakan dirinya memiliki janggut. Ia menatapku tak percaya.

“kelihatanya tak se-sederhana itu.  aku sempat menyaksikan ketika penyihir itu bertarung dengan Charles. Sebelum melarikan diri, ia menatapmu lembut. Ha!!...sudah jelas ia pasti menyukaimu” ucapnya  blak-blakkan yang membuatku tersedak camilan coklat yang baru saja masuk ke dalam mulutku.  Damient bodoh, membuatku terkejut saja. tak mungkin Reviano menyukaiku.

“uhuk-uhuk!!” dengan sigap pria itu menyodorkan jus pir yang terletak di atas meja. Tanpa basa-basi lagi, langsung saja ku teguk jus itu hingga tandas. Ku yakin wajahku memerah karenanya.

SCARLET ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang