Delapan

8.5K 499 0
                                    

Bagian kedelapan :

Kenyataan sesungguhnya.

Makan malam bersama.

Alzea diundang untuk makan malam bersama keluarga Fandy dirumah nya. Setidaknya ini bisa menjadi alasan Alzea untuk merebut serta mencairkan hati seorang Fandy. Memakai dress berwarna hitam dengan slingbag bergambar bunga matahari, Alzea dengan senyuman akan segera pergi ke sana.

Alzea menatap dirinya didepan cermin. Ia kembali mengoleskan lipstick di bibirnya dengan warna merah muda itu. Tak lupa ia memakai kacamata miliknya dan membawa obat kesehariannya.

Sejak semalam, nafasnya semakin tidak teratur. Jadi ia memutuskan untuk membawa obat itu. Mama Sandra memasuki kamar Alzea dan melihat bagaimana cara anak tiri nya itu berdandan.

"Gimana mah? Udah cantik kan?"tanya Alzea dengan senyuman.

Sandra kemudian mengancungkan jempolnya. "Anak mama memang cantik. kalo kamu gausah dandan juga udah cantik kok." sambungnya.

"Oh iya, Ma. Mama kenal dengan Papa ku? Jadi sebenarnya mama itu siapa sih? Alzea jadi bingung"tanya Alzea dengan serius.

"Papa kamu dan Mama dulu berteman baik. Mama dulu naksir dengan Papamu tapi sepertinya ia tidak memiliki perasaan yang sama. Dulu, Papamu sering kali menyakiti hati Mama Sandra. Mungkin karena Mama Sandra terlalu mengharapkan Papamu itu. " jelas Sandra dengan lirih.

"Menyakiti mama? Papa menyakiti Mama Sandra? "Tanya Alzea dengan heran.

"Karena dulu Papamu sempat dijodohkan dengan Mama Sandra. Namun sepertinya, Papamu hanya mencintai ibumu. "Lirihnya dengan mengeluarkan airmata.

"Apakah mama Sandra tau, tentang kematian ibu? " tanya Alzea dengan serius.

"I---ya. " jawab Sandra lirih.

"Ibu mati karena kecelakaan. Apakah mama Sandra tau siapa yang menyebabkannya?"

Isak Sandra semakin kencang. "Ini sudah seharusnya kau tau yang sebenarnya. Sudah lama Mama ingin mengatakannya namun menunggu waktu Yang tepat. Saya yang sudah menabrak ibu kamu. Saya yang melakukannya. "

"Mama Sandra? Mama -- mama yang melakukannya. Bagaimana bisa? Mama seorang pembunuh. Kamu seorang pembunuh. " teriak Alzea dengan keras.

"Saya memang pembunuh dulu. Tapi itu diluar kesadaran saya. Dan nyatanya saya malah mengangkat anak orang yang saya benci sebagai anak. Tidak ada logika memang. Jadi kau sudah tau semuanya. " sambungnya kembali.

"Anda pembunuh mama saya. Kakak saya depresi semenjak Mama saya meninggal. Dan dia bunuh diri didepan saya."

"Maafkan saya. Saya benar-benar hilang terkendali. Sekarang saya siap untuk menerima konsekuensinya. Saya siap untuk dibenci"

Alzea menangis. Ia tidak tahu harus bagaimana. Membenci tetapi tidak bisa. Menerima namun begitu sulit. Ia mengingat bagaimana ibu nya dulu menelantarkan nya begitu saja. Alzea sama sekali tidak bisa membayangkan itu semua.

"Saya memaafkan anda. Karena bagaimanapun anda sudah merawat saya sampai saat ini. "Kata Alzea yang langsung memeluk erat Mama Sandra.

Malam itu, semuanya terpecahkan. Rasa sedih bercampur haru semerbak bertebaran. Alzea sudah memaafkan segala kesalahan Mama Sandra. Luka lama itu sudah perlahan terkuak dan tidak ingin ia ungkit lagi.

Walaupun ibu Alzea tidak mau mengurusnya sejak dulu. Dan kemudian pergi meninggalkan nya karena kesalahan masa lalunya, Alzea tetap menyanyanginya. Bahkan kepergian ibunya membuat Alzea akhirnya bertemu dengan malaikat lain yang lebih baik. Yaitu mama Sandra.

Difficult (dalam REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang