Dua belas

7.8K 452 0
                                    

Bagian kedua belas.

Fandy melempar segala sesuatu yang ada di hadapan nya. Ia marah, ia kesal, ia sama sekali membenci gadis itu. Bukankah perjodohan itu akan batal tetapi mengapa kini masih saja berlanjut. Mata emangnya seakan tersimpan dendam. Sama sekali ia sangat mmbenci gadis itu. Gadis yang bernama Anatasya Alzea.

Seberapa kali ia menolak hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti apa-apa. Usaha ia selama ini hanya sia-sia. Ia harus bertemu dengan Alzea. Untuk meluruskan semuanya. Dengan mengendarai mobil berkecepatan tinggi, Fandy segera pergi untuk menemui Alzea.

"Temui gue di taman. Ada hal penting "kata Fandy yang berbicara melalui sambungan telepon.

Tidak lama fandy sudah berada di taman dekat dengan kampus. Matanya menyapu sekelilingnya mencari dimana keberadaan gadis pembawa sial itu. Ya siapa lagi kalau bukan Alzea. Sudah cukup ia merasakan tertekan jika harus bertemu dengan gadis itu. Fandy masih saja mencari dimana gadis itu. Bukankah seharusnya ia sudah ada disini.

Alzea datang dengan berlari kearah Fandy. Sebelumnya ia sudah mempersiapkan mental untuk menemui lelaki yang tidak punya hati itu. Dengan tergesa-gesa ia mulai mengatur nafasnya. Matanya menunduk mengarah ke lantai, karena ia tahu mata elang Fandy berubah seakan tajam sekali.

"Kemana aja? Kenapa baru dateng!"sahut Fandy dengan kasar dan dingin.

Alzea hanya diam saja dan menunduk. "Ada urusan sedikit di kampus. Kenapa? "

Fandy mengcengkram tangan mungil alzea. "Kenapa sih, nyokap gue bisa kenal sama lo! Gini deh, kita sepakat buat batalin pertunangan itu. Terus sekarang? Kenapa masih juga belom berhasil!"

Fandy masih mencengkram tangan Alzea. "Saya minta maaf. Saya benar -benar minta maaf, Fandy. " kata Alzea dengan lirih.

Fandy menatap matanya tajam seakan menusuk. "Dari kemarin cuman maaf aja yang bisa lo ucap. Tapiapa? Semuanya sia-sia. Gaada perubahan sama sekali. Seharusnya lo itu mikir! Gue punya kehidupan gue yang lain. Bukan cuman ngurusin perjodohan itu doang."

Alzea menunduk. "Kamu belum bisa jatuh hati sama aku juga? Fandy, semua itu udah takdir Tuhan. Kamu gabisa---"

"SAMPAI KAPANPUN GUE GA AKAN BISA JATUH HATI SAMA LO!" Katanya dengan kasar.

Alzea hanya terdiam. Ia merutuki dirinya sendiri. Bodoh sekali ia berkata seperti tadi. Bukan solusi yang baik disaat seperti ini. Tubuh Alzea gemetaran jika didekat Fandy. Pertemuan singkat itu berhasil membuat ia jatuh hati dengan Fandy.

Masih dengan pikiran mereka satu dengan yang lainnya. Mungkin semua orang berpikir, apakah mereka mungkin akan bersatu diantara perbedaan sikap itu? Sayangnya, kabut es yang mengelilingi Fandy sangat sulit untuk dicairkan.

"Sekarang gue gatau harus apa lagi! Mau gak mau kita harus cari cara lain. Lo ngerti? NGERTI GAK!" Bentak Fandy dengan kasar. Alzea hanya bisa tersenyum singkat.

'Inikah yang akan menjadi pemimpin ku kelak?'batin Alzea. Hatinya sungguh sangat tegar. Entah mengapa ia harus memiliki mental yang kuat.

Sementara itu dibelahan bumi lain, Zidan memandangi foto seseorang. Sudah lama ia menyimpan rasa itu sendiri. Masih ia ingat bagaimana tadi mengatakan hal itu kepada Alzea. Mungkin ia terlalu terburu-buru dalam mengungkapkan perasaannya. Pantas saja Alzea tidak mau menjawabnya.

Seorang wanita cantik duduk mendekati Zidan. Adiknya, ia mengambil beberapa lembar foto yang ada ditangan nya. Adiknya kemudian tertawa sekeras- keras nya. Melihat apa yang sedang dipikirkan kakaknya sangatlah tidak penting. Memikirkan gadis cupu dengan kacamata besar itu.

"Dari tadi kakak mikirin cewek cupu ini? Kakak, lo itu tampangnya agak lumayan an dikit. Banyak juga cewek yang deketin lo ka. Kenapa mau masa orang kayak gini" kata Reneta dengan tertawa.

Zidan hanya diam saja. "Dia itu berbeda sama cewek yang lain. Lagipula dia itu gak secupu yang lo pikirin. Dia itu cantik dan baik"balas zidan .

Reneta mengejek Zidan kembali. "Lagipula kayaknya lo sama itu gapantes. Dia itu gak cocok sama lo kak! Masa orang cakep mau sama cewek kayak gitu."

"Udahlah Reneta. Kamu gausah ikut-ikutan. Ini masalah hati gue. Oh iya, lo masih mau ngelanjutin misi lo itu? Jangan gegabah, kakak sayang sama kamu. Jangan lakukan hal yang bodoh!" Jelas Zidan dengan serius.

Reneta tertawa. "Tenang kak. Aku sedang menjalankan misi.terutama menghancurkan Keluarga Putradito. Aku mendekati salah satu keturunannya dan aku akan menghancurkan mereka"Jelas Reneta dengan licik.

Zidan menghela nafas sejenak. Ia sudah tidak tau harus bagaimana lagi memberitahu adiknya itu. "Semua terserah kamu, kakak hanya bisa apa. Lagi pula kamu ini sulit untuk diatur. "Katanya kembali.

◕✿◕✿◕✿

Alzea menghempaskan tubuhnya dengan lepas. Seluruh pikirannya penuh dengan berbagai masalah. Belum lagi soal masalah beasiswa miliknya yang ingin dicabut karena prestasinya akhir-akhir ini menurun. Masalah dengan keluarga Fandy sekaligus perjodohan tidak masuk akal itu. Alzea menghela nafas sejenak. Memikirkan cara bisa menyelesaikannya satu persatu.

Matanya melihat langit-langit kamar nya. Namun mengapa ia selalu saja memikirkan Fandy. Ia tidak boleh jatuh hati kepada lelaki itu karena resikonya sangat besar. Mungkin ia harus merelakan cintanya bertepuk sebelah tangan.

Masih terbayang bagaimana tadi Zidan berkata kalau ia menyukainya. Tidak ah itu salah? Mana mungkin dosen muda sepertinya jatuh cinta kepada Alzea. Kenapa hidupnya selalu saja rumit dan penuh masalah. Disaat ia menemukan seorang pengganti kak Tarra, orang itu malah menyukainya dan berharap perasaan lebih.

"Saya suka sama kamu, Alzea "singkat Zidan dengan cepat.

Dalam persekian detik Alzea hening. Ia berusaha mencerna perkataan orang yang ada di depan nya barusan. Jujur, baru pertama kali ada orang yang mengatakan itu. .Alzea menarik napas nya sejenak.

"Saya tidak tahu harus jawab apa. Saya hanya ingin berteman saja. Jika saya tidak ada rasa yang sama apakah kamu mau menjauhi saya?"jelas Alzea singkat.

Zidan termenung. "Tidak apa. Asalkan kita bisa dekat. Terserah kamu mau membalasnya atau tidak. Yang jelas saat ini saya sudah lega bisa menyatakannya. "

Alzea tersenyum tipis. "Terima kasih karena kamu sudah kagum terhadap saya, kita masih bisa berteman. Jika nantinya ada perasaan lebih, mungkin hanya rasa kakak terhadap adik!"kata Alzea dengan lembuh.

Sungguh, dunia ini penuh dengan teka-teki. Karena sejujurnya perasaan yang dimiliki Alzea sudah terisikan oleh orang lain. Orang yang belum tentu bisa membalas perasannya.

Perasaan yang Alzea miliki sangatlah tidak pantas. Semua yang ia rasakan salah. Karena sudah menyukai Fandy Putradito.





Difficult (dalam REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang