Sembilan

7.8K 461 0
                                    

Bagian kesembilan:

Alzea bergegas terbangun dari tidurnya. Mentari pagi mulai menyinari jendela kamar nya. Mata coklat nya yang tertutup itu perlahan terbuka. Sinar matahari yang membuatnya terbangun dari tidurnya. Alzea mulai duduk ditepi kasur. Nyawa nya belum terkumpul dengan sempurna.

Dilihatnya pakaian bekas semalam. Masih menggunakan dress serta kacamata miliknya yang kotor karena terjatuh semalam, bahkan kaca nya seperti retak sedikit. Akan ada pengeluaran untuk membeli kacamata ini.

Mata Alzea menangkap sebuah kertas kecil yang berada diatas nakas. Kertas itu berisikan tulisan seseorang yang tidak begitu jelas. Bahkan tulisannya sangat tidak bisa terbaca dengan baik. Alzea menerawang jauh, bukankah semalam ia berada ditengah jalan. Lalu kenapa bisa ia berada didalam kamarnya?

Seharusnya, kalo udah di tolong in orang itu bilang makasih! Dasar gadis kampung yang gatau ilmu kesopanan.

Alzea hanya menggerutu kesal. Ia tau siapa yang menuliskannya surat ini. Lelaki super dingin yang semalam sukses membuatnya tersudutkan. Bahkan hanya dengan sebuah kalimat itu bisa membuat Alzea menangis. Berasa tidak memiliki harga diri.

Alzea menghela nafas lirih. "Pantas saja Fandy bersikap seperti itu, Oma nya saja juga bersikap dingin. Seakan tidak memiliki hati."

Suara ketukan pintu terdengar. Seperti tiap paginya, Mama Sandra selalu saja membawa kan ku segelas susu hangat rasa Vanilla. Lengkap dengan senyumannya. Mama Sandra terlihat agak canggung menatap mata Alzea. Alzea yang melihatnya berusaha untuk mencairkan suasana.

"Kenapa mama menjadi lebih pendiam sejak semalam?" Tanya Alzea dengan tersenyum. "Alzea juga tidak marah, kok. Bagaimanapun juga, mama adalah hal terindah yang Alzea miliki. Karena dulu Alzea sama sekali tidak pernah merasakan m em miliki seorang ibu"

Sandra memeluk Alzea. "Mama tau kamu sangat kecewa semalam. Bagaimana cara makan malam tadi malam? Sukses?"tanya sandra kembali.

Alzea meneteskan airmata. "Mama kenal tante Rina dimana? Bukannya tante Rina yang mengharapkan agar aku bisa dekat dengan Fandy?" Tanya Alzea kembali.

"Tante Rina itu dulu teman mama sewaktu SMA. Memangnya kenapa? Ada masalah?" Tanya Sandra dengan heran.

"Zea ingin mundur saja, Ma. Zea tidak ingin dekat dengan Fandy. " lirihnya dengan sedih.

"Kenapa begitu sayang? Fandy memang bersikap ter tutup tetapi sebenarnya ia sangat baik. Mungkin kamu belum mengenalnya saja. Lagipula siapa yang bisa menilai seorang itu baik kalau bukan diri kita sendiri. Kami harus percaya pada diri kamu" Jelas Sandra dengan tersenyum.

"Seperti Mama berjuang terhadap Papa dulu? Lalu mengapa Papa sama sekali tidak memilih Mama Sandra? Dia malah memilih ibu. "

"Alasannya adalah takdir. Takdir Mama Sandra dan Papa tidak bisa bersatu. Meski kami dulu sempat bersama, namun Mama Sandra tau dihati Papamu hanya ada Ibu kandung kamu " katanya dengan lembut.

"Jika seperti itu, kenapa tidak Mama saja yang menjadi ibuku. "Ujar Alzea dengan kesal.

Sandra hanya tertawa. "Sekarang kamu kan anak mama. Lagi pula hanya kamu yang mama punya saat ini. Mama ingin kamu bahagia. "

‿◕✿✿✿

Alzea dan Gita tengah berada di kantin kampus. Tawa mereka mendominasi. Banyak hal yang sedari tadi mereka bicarakan. Tentang Gita yang naksir Zidan. Sungguh lucu sekali menang. Kedua sahabat itu jika bertemu selalu saja heboh.

Tidak lama, seseorang datang menghampiri mereka. Lelaki itu, masih memakai pakaian kerja nya lengkap dengan menggunakan Jas berwarna biru dongker. Sorot matanya seperti mencari sesuatu dan matanya bertemu dengan mata coklat Alzea.

Fandy duduk dengan angkuh disamping Alzea. Alzea yang menyadarinya hanya bisa terdiam saja. Ada rasa sakit dan takut jika ia bertemu dengan Fandy.

"Nyokap mau ketemu sama lo sekarang!" Katanya dengan langsung tanpa basa-basi.

Alzea masih saja terdiam. Ia tidak menjawab apapun. "Gue lagi ngomong sama lo! Nyokap mau ketemu sama lo! Lo denger ga sih?" Bentaknya kembali dengan dingin.

Gita yang melihat sahabatnya dibentak seperti itu langsung membalasnya. "Heh! Bisa kan bersikap baik sama Alzea? Siapa sih lo! Gayanya angkuh banget." Cibir Gita dengan kesal.

"Gue sama sekali gaada urusan sama lo!"Sahut Fandy yang menunjuk Gita dengan kasar. "Buruan! Gue tunggu lima menit di parkiran. " Katanya yang kemudian pergi begitu saja.

Alzea menatap Fandy yang mulai melangkah ke arah parkiran. Sungguh, mood Alzea sangat tidak baik hari ini. Ia sama sekali tidak mau datang kerumah itu lagi. Sudah cukup ia tersudutkan pada acara makan malam bersama itu.

"Siapa sih itu orang? Gayanya angkuh banget. "Gerutu Gita yang masih saja kesal.

Alzea hanya tertawa melihat sahabatnya kesal. "Banyak hal yang lo gatau, git. Jadi gue kayakdijodohin sama dia gitu. Tapi lo lihat sendiri kan? "Jelas Alzea.

Gita melongo. "Dijodohin sama lo? Seriusan? Sumpah itu orang gak banget."

Tiba-tiba saja Fandy sudah berada dibelakangnya dengan tatapan dingin. "Gue bilang kan cuma lima menit. Lo ngapain masih disini aja! Buruan. Gue gak punya banyak waktu" katanya dengan angkuh.

Dasar pemaksa!

Mobil yang dikendarai Fandy berjalan dengan cepat. Aroma dingin menghantui Alzea selama disana. Ia diharuskan satu mobil dengan orang yang super tidak punya hati. Alzea hanya diam saja menatap jalan raya yang lumayan cukup ramai ini. Handphone milik Fandy pun berbunyi.

"Halo!" Sahut Fandy memulai pembicaraan. "Iya, Ma. Ini Fandy lagi sama Alzea. Ini juga lagi dijalan macet parah didaerah Kuningan" kata Fandy dengan datar.

Alzea hanya mendengarkan saja, dan sambungan telepon terputus. "kenapa sih, gue harus berurusan sama orang kayak lo! Lo itu kayak parasit didalam kehidupan gue, semenjak kehadiran lo gue jadi ribet sendiri."

Fandy masih saja menggerutu tidak jelas. "Belum lagi masalah handphone gue yang lo rusakin gitu aja. Terus masalah jodoh-jodohan ini lah. Gue capek tau."

Alzea menghela nafas sejenak. "Aku memang parasit. Jika nanti nya hal yang kau takutkan terjadi. Kau bisa apa? " kata Alzea dengan lirih.

"Sama sekali gamau. Gue gamau sampe hal itu terjadi. Gila aja, gue harus nikah sama orang konyol kayak lo!" Katanya dengan dingin.

Alzea tersenyum. "Jika kita berjodoh kau bisa apa? "






Difficult (dalam REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang