1: Numbuhin Bulu-Bulu

34.1K 507 25
                                    


Silakan support penulis dengan cara vote, komentar, atau beli karya berbayarnya di karyakarsa dot com garismiring bocahtitipan. Cerita ini pernah tayang, tetapi akun penulis dihapus, jadi cerita ini ikut kehapus. Kebetulan, cerita ini tidak dihapus secara personal oleh Wattpad. Jadi seharusnya aman, ya. Teruntuk orang Wattpad tukang hapus-hapusin cerita, silakan cek lagi, cerita ini kemarin tidak dihapus, ya. Berarti cerita ini tidak menyalahi aturan Wattpad. 

[ ... ]

Dua sopir ganteng itu adalah sepasang sahabat karib yang dipertemukan empat tahun lalu melalui lowongan pengemudi truk PT Kargo Titi Terpadu. Masing-masing datang berbekal ijazah SMA, SIM B2, dan curriculum vitae ala kadarnya. Keduanya punya pengalaman menyetir truk untuk perusahaan lain. Keduanya punya impian datang ke ibukota agar penghasilannya sebagai sopir truk bergaji lebih lumayan dibandingkan di daerah.

Dua sopir itu bertinggi badan setara. Menyukai otomotif. Mendukung vaksinasi. Memesan ayam goreng di warteg-nya Bu Eko karena murah dan enak. Pernah tertipu saat membeli iPhone—tergiur harga murah ternyata isinya hape Cina ber-casing iPhone X. Pernah kehilangan dompet di Stasiun Tanah Abang. Pernah menyukai gadis yang sama di kosan seberang. Dan pernah coli membayangkan Sonia, janda montok yang tinggal di belokan jalan depan gang.

Dua sopir muda itu sudah menjajal seluruh Sumatera, Jawa, Bali, dan sama-sama pernah dikirim ke Kalimantan. Di Kalimantan, pernah diserang preman lokal gara-gara kehabisan uang pegangan untuk diberikan ke para preman. Pernah mengalami ban pecah di antah berantah hutan Riau. Dan pernah terjebak di jalur-jalur tikus daerah Jawa Tengah. Pernah juga ditilang karena melanggar rambu lalu lintas. Bahkan pernah menabrak motor gara-gara si pengendara motor masuk titik buta sopir truk.

Dua sopir seksi itu berbagi banyak pengalaman yang sama. Yang beda mungkin usianya. Yang satu sudah 27 tahun, yang satu masih 24 tahun. Yang satu orang Sunda, yang satu orang Betawi. Yang satu takut laba-laba, yang satu takut kucing. Yang satu Islam, yang satu Kristen. Dan anehnya, keduanya, tak pernah satu tim dalam satu penugasan yang sama.

Mereka selalu ditugaskan ke daerah berbeda. Sekalinya konvoi dengan truk lain mengantarkan paket barang yang sama, mereka tetap menyetir di truk yang berbeda. Namun keduanya akan kembali ke kosan yang sama, kosan Bu Titi, karena mereka tinggal di kamar yang sama pula.

Masing-masing punya impian yang ingin dicapai melalui menabung. Jadi, daripada menyewa satu kamar kos untuk sendiri, mereka sepakat berbagi. Sewa kosan 700 ribu mereka bagi dua. Satu kasur tersedia digunakan oleh siapa pun yang menang suwit setiap malam. (Yang kalah akan tidur di kasur palembang yang mereka beli bersama juga.)

Satu botol sampo, sabun, dan pasta gigi, mereka bagi dua agar lebih hemat. Kalau masjid mengadakan kerja bakti, siapa pun yang sedang ada di kosan akan ikutan supaya dapat konsumsi. Kalau setelah pulang kerja bakti satu yang lain baru pulang dari tugas menyetir, konsumsi itu akan dibagi dua.

Keduanya anak kesayangan Bu Titi, yang punya kosan. Keduanya kompak dan tak terpisahkan. Keduanya tampan, baik, menyenangkan, dan saling membantu.

Aku tahu semua itu karena aku anaknya Bu Titi.

Dan Bu Titi adalah pemilik PT Kargo Titi Terpadu, di mana Bu Titi—atau Mama—membangun kos-kosan juga bagi sopir atau mahasiswa yang ingin punya tempat tinggal.

Aku tahu semua detail tentang dua sopir ganteng itu karena aku naksir mereka sejak empat tahun lalu. Sejak keduanya diterima kerja di perusahaan Mama, muncul di gerbang kosan kami sambil menggendong ransel di satu bahu. Sejak keduanya setuju tinggal bersama di satu-satunya kamar yang tersedia saat itu.

Dua Sopir GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang