11: Kancut Putih

6.7K 266 42
                                    


Sebenarnya, itu hanya mitos.

Dulu aku pernah meriset jurnal ilmiah tentang rambut. Saat itu aku sedang keranjingan dengan bulu jembut, jadi aku banyak membaca kajian tentang pertumbuhan rambut di tubuh. Aku juga mencoba mencari penjelasan tentang apakah mencukur membuat rambut tubuh tumbuh lebih lebat dan tebal?

Jawabannya, tidak.

Nyatanya, rambut yang tumbuh dan mencuat dari permukaan kulit kita adalah sel rambut yang mati. Bagian sel rambut yang masih aktif sebenarnya ada di bawah permukaan kulit, di bagian folikel rambut, dilubrikasi oleh sebum agar tetap tumbuh. Ketika kita mencukur, kita hanya membuang sel rambut yang mati. Sementara bagian aktifnya masih ada di bawah permukaan kulit. Dan bagian ini akan menumbuhkan jenis rambut yang sama dengan sebelumnya.

Tidak lebih banyak. Tidak lebih tebal.

Namun masyarakat lebih percaya bahwa mencukur dapat membuat rambut tumbuh lebih cepat dan tebal. Lama-lama aku hidup berdampingan dengan mitos tersebut. Aku sih senang-senang saja dengan rambut tubuh. Apalagi kalau tumbuhnya di tubuh laki-laki.

Terlebih di tubuh Kail.

"Cu-cukur?" tanyaku gagap. Aku masih menganga saat Kail memamerkan kedua ketiaknya itu. Dipenuhi rambut-rambut halus yang tipis, yang mungkin akan terlihat botak kalau dilihat dari jauh.

"Aa bilang dicukur bisa lebih lebat, cenah?" Kail menoleh ke satu ketiaknya dan memainkannya dengan jari. "Pak Wahyu bilang gitu da tadi. Cenah mun mau banyak jenggotnya, sering-sering cukur terus olesin Wak Doyok. Atau minyak kemiri."

"Mitosnya sih gitu," kataku, masih terguncang. Aku belum mengedipkan mata dari pemandangan indah itu.

"Aa bisa bantu cukur enggak, A? Saya téh enggak pernah cukuran, euy. Takut salah."

"Bi-bisa."

Dan kebetulan, karena ini adalah hotel bintang lima, di kamar mandi tersedia alat cukur pria, lengkap dengan foam rasa lemon.

Apakah ini mimpi?

Serius, aku melakukan ini?

Sumpah nih aku bisa pegang keteknya Kail? Setelah kemarin disuruh pegang kontol Ido, sekarang bagian tubuh yang jadi fetish banyak homo ini bisa kupegang juga?

ASU!

Kurasa aku bisa kena kanker prostat dalam waktu dekat. Berkali-kali aku dibuat sange, tapi belum dapat pelampiasan juga.

Kail berjalan ke kamar mandi lebih dulu, lalu bercermin sambil mematut ketiaknya lagi. Dia juga menyusuri rambut-rambut itu dengan jemarinya, seperti sedang mengira-ngira style-nya mau dibagaimanakan. Lalu, Kail menarik pisau cukur hotel dan mengacungkannya, "Pake ini kan, A?"

"I-iya." Dengan gemetar, aku berjalan menyeberangi kamar menuju kamar mandi. Kail masih saja menyodorkan pisau cukur itu kepadaku, memintaku membantunya mencukur.

Aku enggak pernah paham dengan jalan pikiran Kail maupun Ido. Dengan mudahnya mereka menyerahkan tubuh mereka kepadaku. Kontol, lah. Ketek, lah. Lama-lama mereka nungging dan nyuruh aku ngentot juga.

Asu!

Jangan dibayangkan, Endra!

ARGH!

Enggak adakah sedikit pun rasa ngeri pada fakta bahwa aku laki-laki?

Cowok "normal" enggak bugil gitu aja di depan cowok lainnya—meski cowok lainnya normal juga. Sesama cowok tuh suka agak jaga diri, jangan sampe kontol kelihatan ama yang lain. Enggak kayak cewek yang bisa haha hihi sambil bugil dan nge-dribble toket naik turun pas lagi sleepover. Cowok mah boro-boro telanjang. Lagi tidur pun, kalau bisa kontol dilindungi berlapis-lapis kancut.

Dua Sopir GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang