13: ABG Citayam

4.7K 327 110
                                    


Hai, Gays! Mohon maaf saya menghilang selama berbulan-bulan. Sedang terjadi sesuatu ke kehidupan pribadi saya, yang membuat saya mesti istirahat dulu dari tulis-menulis. Inshaallah karena kemaren sudah makan daging kambing pas lebaran, saya merasa lebih baik lagi. Sehingga, saya memutuskan untuk meng-update Part ke-13 Dua Sopir Ganteng, dan menjual seri baru saya di Karyakarsa. 

Silakan support karya baru saya, seri GAIRAH ARYA. Kumpulan cerita sensual yang berbeda-beda, tetapi tokohnya tetap sama, yaitu Arya. 

Cerita 1: Abang Ojol Mampir ke Rumah. Sesuai judul, udah ketebak ya ceritanya kayak gimana? Harga 10K, total 52 halaman dan 6.850 kata, bentuk PDF. 

Cerita 2: Kangen Papa, tentang petualangan Arya bersama salah satu ayah tirinya. Harga 15K, total 65 halaman dan 8.980 kata, bentuk PDF. 

Ke depannya, saya bakal upload cerita-cerita lain dari Arya, karena untuk sekarang, cerita jenis Aryalah yang paling mungkin saya tulis. Why? Karena ceritanya berbeda-beda, dan saya akan mengadaptasi plot film "biru". Jadi saya enggak membutuhkan waktu lama menulisnya. 

Untuk cerita-cerita lain, saya masih simpan dan berharap bisa melanjutkan dalam waktu dekat. 

Silakan kunjungi laman saya di www dot karyakarsa dot com garis miring bocahtitipan dan temukan cerita GAIRAH ARYA bersama seluruh cerita lain saya.

Terima kasih banyak masih setia mendukung saya hingga hari ini! Untuk bonus karena saya menerbitkan dua cerita berbayar, silakan nikmati kelanjutan cerita DUA SOPIR GANTENG secara gratis di bawah ini. (Tetap dukung saya di Karyakarsa ya supaya saya bisa tetap menghasilkan karya gratis seperti ini.)

[ ... ]

Situasinya seperti ini:

Sebuah truk jenis kap terbuka, mengangkut beras berkarung-karung, melaju di depan kami. Jaraknya sekitar 30 meter. Kail menjaga jarak dengan kecepatan 40 km/jam saja, meski aku tahu truk ibuku bisa melaju lebih cepat dari ini. Di belakang truk beras itu, tiga unit motor membuntuti. Mereka menempel nyaris ke ekor truk, agar orang yang diboncengnya bisa memanjat ke atas truk untuk mengambil beras.

Pelaku yang berhasil memanjat, menyayat terpal agar tubuhnya bisa masuk, lalu dengan lihai mengambil karung beras dari dalamnya. Dengan sangat apik mereka mentransfer karung itu ke atas motor yang sedang melaju di belakangnya. Tak hanya memindahkan ke atas motor, satu pelaku bahkan melemparkan karung ke sebuah area sepi pinggir jalan, dibiarkan jatuh begitu saja di atas tanah, dan seseorang dengan motor berbeda akan mengumpulkannya secara terpisah.

Aku tahu ini bukan aksi pembunuhan, tetapi aku tetap merasa tegang. Kuperhatikan Kail mengedipkan lampu besar setiap jalur berbelok ke kanan dan posisi spion di samping supir truk depan menangkap pantulan truk kami.

"Dia lihat kagak?" tanya Ido.

"Lihat," balas Kail macho.

Lampu itu dikedipkan berkali-kali. Seperti kode morse.

Mendebarkan sekali.

"Tapi kita aman, kan?" tanyaku. "Truk kita enggak pake terpal."

Tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Kail masih sibuk mengamati situasi, kedua alisnya bertaut. Ido juga. Matanya awas menatap para bajing luncat di depan kami.

"Kita dikasih sinyal," gumam Kail tiba-tiba.

Aku dan Ido menoleh ke kaca spion samping Kail, sebuah truk di belakang kami juga memberikan kode lampu besar berkali-kali. Ketika kuamati, sebuah sepeda motor juga tampak mengekori truk kami.

Dua Sopir GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang