39: Muka Kuda

3.4K 387 288
                                    


Ternyata enggak terpenuhi, ya syaratnya. Wkwkwk. Memang enggak laku ternyata ceritaku. Komentarnya aja enggak nyampe 500 sama sekali. Ya udah gapapa, sesuai janji, tetap aku terbitkan 14 Agustus.

Untuk unlock part terakhir season 2, yaitu Part 40, dibutuhkan 400 votes dan 600 komentar unik dalam jangka waktu 7 hari (sama kayak kemarin). Artinya, syarat itu harus terpenuhi pada tanggal 21 Agustus 2023. Kalau enggak terpenuhi, part terakhirnya baru terbit 28 Agustus 2023, ya. 

Jangan lupa juga, untuk membeli Extra Part terbaru, Cowok Pendiam di Sudut Kelas, ceritanya Keke Zimbabwe waktu dia masih SMA. Karena pembelian cerita di Karyakarsa juga bisa membantu mempercepat pembelian. Kalau dalam 7 hari ke depan goal-nya terpenuhi, maka Part 40 akan langsung ditayangkan di Wattpad. (Jadi pilihannya ada dua: antara kamu penuhi jumlah vote dan komentar di Wattpad ATAU penuhi goal di Karyakarsa.)

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!


============


Hal pertama yang ingin kulakukan adalah memeluk Kail. Namun aku tak bisa. Yusuf langsung menangkap tubuhku ketika aku mencoba berlari ke arah Kail.

"Jangan dibangunkan dulu," bisiknya.

Aku memberontak dan menggapai-gapai ke arah Kail. Kemudian, kusadari Kail sedang tertidur kelelahan. Tampak lelap. Jadi aku setuju untuk tidak mengganggunya. Aku melepaskan diri dari Yusuf, lalu berdiri di samping tempat tidur. Kutatap Kail sambil menyugar rambutku, menenangkan diri.

"Kalau mau tahu gimana saya ketemu dia," ungkap Yusuf dengan suara pelan, "kamu harus duduk dan tenangkan diri."

Aku mengangguk paham. Aku menarik napas panjang dan menahan diriku agar tidak bereaksi berlebihan. Setelah kejadian mistis di masjid, kini Kail mendadak ada di depanku. Wajar kalau emosiku seperti roller coaster.

Chairil menarikku dengan lembut untuk duduk di sofa samping jendela. Yusuf menarik satu kursi di depan meja kerja ke hadapanku, membaliknya ke belakang sehingga dadanya menempel ke sandaran kursi. Yusuf menenggak minumannya sampai habis, lalu meletakkannya ke atas meja. Dia mengambil napas panjang. Melirik ke Chairil yang berdiri waspada di dinding kamar mandi, lalu ke arahku yang tampak menunggu-nunggu.

"Kondisi Otot lumayan lemah."

"Ototnya lamah?" ulang Chairil sambil membelalak.

"Bu ... bukan!" sergahku dengan suara pelan. "Orang ini memang panggil Kail dengan nama Otot. Karena ..., berotot."

"Diam kamu, Padang," tegas Yusuf tanpa menoleh.

Chairil punya nama baru dari Yusuf sekarang.

"Sudah dibawa ke dokter?" tanyaku tak sabar.

Dua Sopir GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang