26: Gue Keluarin Sisa-Sisanya

4.2K 402 99
                                    


Apakah akhirnya aku mandi?

Tentu saja tidak.

Melihat kualitas sopir yang akan mandi, kurasa enggak worthy mengintip kontol mereka seperti apa. Akhirnya aku kembali ke truk kami dan memutuskan mengelap tubuhku di dalam kabin saja.

Aku tak melihat Kail di sekitaran truk. Sempat kulihat Kail mondar-mandir di tepian kering cuci truk genangan. Sambil menelepon panjang lebar dengan seseorang. Entah dengan siapa. Dia melihatku mengamatinya, melambaikan tangan, kemudian fokus menelepon lagi. Kail menghilang di balik rumah-rumah warga dan tak kulihat lagi hingga kami sarapan bareng di restoran.

Nah, yang menarik adalah apa yang terjadi antara kembali ke truk hingga sarapan bareng tersebut.

Ceritanya kan aku kembali ke truk karena kecewa atas kegagalan mengintip si sopir truk kelapa sawit yang ganteng tadi. Sosok ganteng itu pun mendadak hilang entah ke mana, tak kutemukan di area cuci truk ini.

Saat aku tiba di truk kami, truk itu sudah lumayan bersih dibandingkan sebelumnya. Setidaknya kotoran lumpur sudah tak ada di sana. Sebagian roda dan bagian bawah kontainer masih ada sabunnya, tetapi sudah kinclong digosok dan dimandikan. Area sekitaran landasan truk kami juga banjir oleh air.

Ido ceritanya ada di bagian lain truk, mungkin sedang menyemprot area sebelah sana. Aku berdiri saja di sisi kedatanganku, malas melewati genangan bekas semprotan air demi bisa masuk ke kabin.

Jadi kupanggil, "Bang Ido?!"

"Oy!" balas Ido dari sebelah.

"Belum selesai mandiin truknya?"

"Bentar lagi, Bang. Lagi disiram!"

Aku menunggu selama beberapa saat tanpa berpindah tempat. Kumainkan hape untuk membalas WA Mama, Keke, dan Sonia. Termasuk menggulir Instagram dan mengunggah lembayung senja yang sempat kufoto kemarin sore ke story-ku. Ketika aku mendongak, Ido sudah ada di sisi yang sama denganku, sedang melunturkan sabun-sabun yang masih menempel di permukaan truk, dengan cara menyemprotnya.

Namun yang membuat daguku jatuh ke atas tanah adalah ....

... Ido hanya pakai sempak doang.

Asu!

Dan sempaknya basah.

Belahan pantatnya tercetak jelas di situ!

FUCK!

"Abang udah mandi?" tanya Ido sambil mengelap beberapa bagian truk.

Aku tahu sopir-sopir kalau mandiin truk biasanya hanya sempakan doang. Tuh, yang lagi nyuci truk engsel di genangan air sana juga cuma pake sempak doang. Sempak merah. Longgar, berlubang. Dan nyaris merosot. Sayangnya dia tua dan setengah kepalanya botak—jadi sedari tadi aku enggak membahasnya ke kamu.

Tapi kalau yang sempakannya adalah makhluk sejenis Ido ... ini lain cerita!

Aku langsung sange, lah.

Kontolku kurang dari lima detik langsung ngaceng!

ASU KAMU IDO!

Mana seksi pula itu sopir. Sialan. Badannya enggak sekekar Kail, tapi siluetnya tetap aja maskulin dan gagah. Ditambah bulu keteknya banyak, lalu jembutnya juga mengintip sedikit dari sempaknya, kan bikin tubuhku panas dingin ya Wak. Mendadak saja bahu Ido lebih lebar dari biasanya. Dan punggungnya kokoh. Dadanya juga kelihatan keras dan bidang, padahal dia belum berprogres dari work out-nya.

Asu. Asu. Asu. Asu. ASu.

"Bang?" Ido menyemprotkan selang ke arahku. Tidak kena, karena dia hanya ingin membuyarkan lamunanku saja. "Udah mandi?"

Dua Sopir GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang