010

634 180 61
                                    

• Audio milik Juna -010

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Audio milik Juna -010.
Aku percaya Tuhan menciptakan bahu yang sekuat baja pada gadis yang berpikir bahwa dirinya lemah.

Aku percaya Tuhan, menciptakan hatinya yang kuat bagai karang di terjang ombak.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

"Arun," panggil seseorang, tepat di depan rumahnya. Arun terdiam, menatap seorang laki-laki jangkung yang berdiri di samping motor besarnya. Sedetik kemudian, gadis itu mengalihkan tatapannya ke bawah. Menatap sang Adik yang masih setia menggandeng tangannya.

"Ella, kamu masuk duluan, ya."

Ella mengangguk, kemudian masuk ke dalam rumah.

"Itu siapa?"

"Anak gue, kenapa?"

"Gue serius."

"Ya serius itu anak gue."

Kini bergantian Narthan yang terdiam. Laki-laki itu memasang ekspresi datarnya.

"Lo pikir gue percaya?"

"Yaudah kalo gak percaya," jawab Arun tidak peduli. "Lo ngapain di sini?"

"Gue kangen."

"Lah?"

"Itu jidat lo kenapa? Kecelakaan? Jatuh?"

"Lo bisa gak sih pergi!"

"Enggak."

"Gak ada kerjaan banget ya lo!"

"Iya emang, makanya gue ke sini."

Arun menghela napas, ekspresi datar Narthan juga apa yang anak itu katakan benar-benar membuatnya tidak habis pikir. "Pergi sekarang!"

"Tapi gue khawatir, jidat lo kenapa?"

"Pergi. Dan gak perlu khawatirin gue!" tegas gadis itu, lalu pergi masuk ke dalam rumahnya.

"Semakin lo ngejauh, semakin gue tertantang Arun," batin Narthan, yang kemudian pergi dari halaman rumah Arun.

00.30
Malam semakin larut, setelah berhasil membuat Narthan pergi tadi, kini Arun berdiam diri di ruang tengah menunggu Selly yang tak kunjung pulang juga. Khawatir, begitupun perasaan lainnya dia rasakan di waktu bersamaan. Tidak biasanya Selly pulang selarut ini, atau jangan-jangan tidak akan pulang?

"Mama?" Begitu melihat sang empunya yang baru saja masuk dengan langkah lunglai tak berdaya, Arun bergegas menghampiri dan hendak membantunya.

"Lepas!" Wanita itu menepis kasar tangan Arun.

"Mama mabuk?"

"Ya ampun … Mama gak ma … buk! Mama lagi … bahagia!" Mendengar jawaban juga tingkah laku Selly dan mencium bau alkohol yang kuat dari tubuhnya, sudah cukup menjawab pertanyaan Arun. Sekalipun paruh baya itu tidak mengatakan'iya'.

ARUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang