035

402 137 40
                                    

•Audio milik Juna,-035

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Audio milik Juna,-035.
Perihal hari ini sulit ku deskripsikan. Singkatnya saja, aku beruntung memilikimu.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

"Kamu nemuin mereka?"

Arun yang hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya terhenti pagi ini. Gadis itu kemudian menatap Selly, berusaha mencari jawaban apa maksud dari yang di katakan olehnya.

"Maksud Mama?"

"Papa kamu udah ceritain semuanya sama Mama."

"Oh, soal itu Arun—"

Selly meringis tertawa, "kamu sangat pemberani" ujar paruh baya itu, memotong.

"Arun... jujur dulu sejak awal Mama tau tentang kebohongan Papa kamu, Mama gak pernah sampai labrak anaknya, atau Kakak dari mantan istri pertamanya itu. Bukan Mama takut sama mereka, Mama tuh cuma pengen denger langsung kebenarannya dari Papa kamu"

Selly menghela napasnya.

"Bodohnya Papa kamu, dia malah menghindari Mama dan memilih untuk terus menyembunyikannya. Tapi ya sudahlah, mungkin memang sudah harus jalannya seperti ini. Mama sekali lagi minta maaf sama kamu karena Mama juga merasa gagal menjadi seorang Ibu. Mama terlalu memikirkan luka Mama dan malah melampiaskan semuanya sama kamu dan Ella" pungkas paruh baya itu.

"Ma... Arun beneran udah maafin Mama. Kita lupain aja semua yang udah terjadi ya." Keduanya saling melemparkan senyum, seolah benar-benar ikhlas atas apa yang sudah terjadi.

Tak lama Bi Rina datang dengan mangkuk kecil berisi nasi dan sup di tangannya. Baby sitter berusia 30 tahunan itu sedang menyuapi Ella di halaman. "Bu, di depan ada yang cari... katanya pengacara ibu" ujarnya.

"Yaudah suruh masuk aja, Bi" titah Selly. Ia lalu pergi meninggalkan meja makan. Arun dengan rasa penasaran yang tinggi memilih diam-diam mengikuti Selly.

Di ruang tamu rumah ini, terlihat seorang pria berjas hitam rapih membawa tas berisi dokumen-dokumen penting di dalamnya.

Entah kenapa Arun merasa tidak asing melihat pria itu. Dia seperti pernah melihatnya. Kalau tidak salah, di cafe. Benar. Ketika Arun pergi bersama Wanda untuk membeli bahan-bahan kue waktu itu. Sudah lama sekali. Dan Arun baru tahu kalau ternyata pria itu adalah pengacara Mamanya.

Satu jam kemudian, ketika semuanya sudah siap. Sebelum berlalu pergi ke pengadilan pagi ini, Arun berjongkok menatap sang adik di ambang pintu.

"Semangat Kakak cantik" ucap Ella membuat Arun tersenyum.

"Kamu gak boleh nakal ya."

Seperti biasa, gadis kecil itu mengangguk paham. "Siap!"

Setelah berpamitan pada Ella. Arun kemudian masuk ke dalam mobil yang di dalamnya sudah ada Selly dan si pengacara itu, ketiganya lalu pergi dari pelataran rumah ini. Menyisakan gadis kecil seorang diri bersama baby sitter nya.

ARUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang