027

428 134 41
                                    

• Audio milik Juna,-027Genggamlah tanganku bersamamuKau kan menentukan arahBersama diriku yang kan selaluMenjaga dirimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Audio milik Juna,-027
Genggamlah tanganku bersamamu
Kau kan menentukan arah
Bersama diriku yang kan selalu
Menjaga dirimu

Yakinkan hatimu temaniku
Di setiap langkah-langkah ku
Ku di sini di sampingmu
Ku kan selalu ada untukmu - Ada untukmu.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Brakk

"Akh … shh …." Gadis itu meringis kesakitan setelah kedua lututnya mencium aspal. Begitupun seorang lelaki yang juga terkapar bersama kuda besinya.

"Lo?!" ucap Arun setelah oknum yang baru saja hampir menabraknya itu bangun dan berjalan tertatih menghampiri untuk melihat kondisinya.

Terlihat jelas dia adalah Narthan, meski helm full face menutupi hampir seluruh wajahnya.

Arun menatap Narthan terkejut, pasalnya laki-laki itu memakai seragam sekolah lengkap padahal akhir-akhir ini Arun jarang bahkan tidak pernah melihatnya lagi.

Narthan kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Arun bangun. "Lo ngapain tiduran di jalan?" tanya Narthan polos, tanpa dosa.

"Heh buaya enak aja lo ngomong, ya! Lo hampir nabrak gue!" seru Arun, setelah menerima uluran tangannya. "Lo … lo, kan, gak sekolah? Lo bolos ya?" lanjutnya, terdengar mengintrogasi.

"Kok tau? Lo perhatiin, ya?"

"Cih geer banget jadi cowok … lagian gue tau dari Mila. Dia, kan, fans sejati lo!"

"Yaudah sini gue anterin lo balik," ujar Narthan memilih mengalihkan pembicaraan. Kemudian tak lupa membangunkan motornya juga.

"Gak mau."

"Sebagai permintaan maaf gue udah hampir nabrak lo."

"Pokoknya nggak!"

Grep!

Lagi-lagi Narthan memangku tubuh Arun dan kali ini mendudukkannya di jok belakang. Anak itu benar-benar memaksa tidak tahu malu.

"Sialan!" umpat Arun, begitu Narthan memakaikan helmnya.

Tak banyak bicara lagi, selama di perjalanan benar-benar hening. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Begitupun Narthan dengan perasaan senangnya.

Perihal tidak masuk sekolah atau bolos. Arun salah besar sudah menganggapnya seperti itu. Tapi syukurlah karena itu memang yang di harapkan Narthan. Padahal pada kenyataannya dia ada, tapi benar-benar bersikeras menghindari Arun.

Lelaki itu sadar akan perasaan suka-nya yang semakin menjadi. Maka dari itu, memilih menjauh dari Arun mungkin yang terbaik. Karena Narthan tahu pada akhirnya siapa yang akan menjadi pemenang di hati gadis itu.

"Narthan, kenalin ini temen papa," ucap papanya, memperkenalkan seseorang yang baru saja datang.

Narthan yang masih mengenakan seragamnya, dan tangan yang sibuk bermain game di ponselnya lantas bangun dari duduk untuk menyapa Sunho.

ARUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang