013

527 172 42
                                    

• Audio milik Juna,-013

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Audio milik Juna,-013.
Arun … satu-satunya keinginan terbesarku adalah bisa memelukmu saat kamu merasa takut, saat dunia ini menyiksamu, dan saat kamu merasa sendiri.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

"Gue mau ke toilet, lo bisa gak sih gak usah ngikutin gue?"

"Gapapa aku ikut aja, kan bisa nunggu di luar"

Arun mendengus pelan, dia benar-benar sudah pasrah akan sikap Mila. "Yaudah," jawab gadis itu pada akhirnya.

Setelah menyelesaikan aktivitasnya di toilet, Arun kembali keluar menghampiri Mila yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Ada apa si, kok rame?" tanya Arun begitu melihat beberapa anak di sekolahnya berlarian ke arah mading.

"Iya … katanya festival bulan depan tim basket sekolah kita bakal tanding basket gitu sama sekolah lain," jelas Mila.

"Gitu doang? Lebay amat!"

Mila meringis tertawa, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh teman sebayanya ini. "Yaudah, sekarang kita ke kantin aja, yuk?"

Sang empunya mengangguk setuju.

Ngomong-ngomong, perlahan Arun sudah mau menurunkan egonya, hatinya perlahan luluh dan mulai membiasakan diri akan kehadiran Mila dalam hidupnya sekarang.

Arun harus sadar kalau kehidupan ini tidak akan melulu soal sepi dan sendirian. Akan ada masanya dimana dia pasti memiliki seseorang yang membuatnya tidak akan pernah merasa kesepian.

Sesampainya di kantin, gadis itu mengambil posisi duduk di salah satu meja. Tentu saja bersama Mila. Setidaknya sekali ini bersama seseorang, tidak akan membuatnya terlihat buruk.

"Arun!!!"

Sang empunya terlonjak kaget, begitu mendengar seruan Mila.

"Narthan … ada Narthan," lanjut Mila, membuat Arun menoleh mengikuti arah pandangan gadis di hadapannya itu.

Arun hanya mendengus acuh, melihat Narthan yang berjalan santai ke arahnya. Sementara Mila, kedua matanya terbelalak, terpesona melihat Narthan sudah seperti melihat seorang idola saja. Malas sekali.

Padahal ada apanya laki-laki itu, hanya seorang ketua tim basket, muka pas-pasan, biasa saja. -Pikir Arun.

"Hey … gue cari-cari taunya di sini." Laki-laki itu mengambil posisi duduk di samping Arun.

"Narthan … ke mana aja?" Pertanyaan Mila berhasil menarik perhatian dua orang yang terduduk di depannya.

"Gue, kan, sibuk latihan, buat tanding nanti."

"Ya ampun … semangat, ya."

Yang diberi semangat hanya tersenyum bangga. Kemudian tatapannya beralih, menoleh pada Arun dengan ekspresi datarnya. "Lo gak akan semangatin gue?"

ARUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang