003

1K 239 206
                                    

• Audio milik Juna -003

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Audio milik Juna -003.
Arun ... awal pertemuan kita benar-benar indah. Kamu membuat luka ini agar aku bisa selalu mengingatmu.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰


"Namanya juga kecelakaan, Bunda. Sudah takdir ... lagi pula aku juga sudah berhati-hati."

"Iya tapi bunda gak ngerti kenapa bisa sampai sobek gini, ini seperti luka pisau atau kaca, Juna. Kalau kamu jatuh nabrak batu atau dinding paling lukanya membiru, bukan sayatan seperti ini."

"Buk--"

"Pesanan datang ... ini Bunda, plester dan kasa nya." Aljwi yang baru saja datang berhasil memotong Arjuna yang tengah berusaha meyakinkan Bundanya.

Sebenarnya saat Arun melemparkan vas bunga yang berhasil mendarat di kening Arjuna tadi, Saerin sudah mengobatinya di UKS. Tapi dengan inisiatif Wanda, juga agar luka Arjuna ini tidak semakin parah dan tetap steril. Paruh baya cantik ini memutuskan untuk mengganti kasa nya.

"Terima kasih, sayang."

"Gimana rasanya, Kak?" polos Aljwi.

"Tidak sakit." Mendengar jawaban sang Kakak entah kenapa membuat Aljwi ingin tertawa. Sayatan luka itu terlihat begitu mengerikan dan membuat Aljwi yang melihatnya saja bahkan ikut merasakan bagaimana perihnya.

Arjuna memang sudah gila.

"Ngomong-ngomong tadi di jalan aku bertemu dengan Ella"

"Benarkah?" -Arjuna.

"Iya ... aku baru tahu kalau ternyata Ella punya Kakak."

"Ella itu anak yang cantik tadi, kan?" Wanda bersuara di tengah-tengah kesibukannya mengobati sang putra.

"Sangat cantik ...."

"Dia punyaku!" Marah Aljwi, tidak terima dengan apa yang baru saja Kakaknya katakan.

"Tenang saja, aku hanya akan menyukai Ella versi dewasa." Arjuna diam-diam tersenyum, entah apa yang membuatnya terlihat seperti bahagia malam ini.

Tidak biasanya.

"Selesai ... sekarang kalian pergi tidur. Dan Juna, Bunda minta lain kali kamu hati-hati, kalau setidaknya ada suatu hal yang tidak mampu kamu lakukan, lebih baik kamu minta bantuan orang lain!"

"Iya Bundadari, maaf."

"Bunda gak mau kamu kenapa-kenapa."

"Baik Bundadari, tidak akan lagi."

Wanda menghela napas, kemudian tersenyum tipis kala melihat putranya yang begitu manis. Arjuna memang anak yang membanggakan, dan Wanda benar-benar bersyukur karena Tuhan telah mau menitipkan putra yang begitu spesial seperti Arjuna.

"Bagus! Kalau gitu sekarang kalian masuk ke kamar masing-masing!" titah Wanda, pada kedua putra kesayangannya.

Arjuna dan Aljwi hanya mengangguk pelan memberi jawaban. Membiarkan paruh baya cantik yang biasa mereka sebut sebagai Bundadari itu pergi ke kamarnya lebih dulu.

ARUNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang