| 27 | SI TAK TAU DIRI

42 3 0
                                    

[ A R A N D R A ]

"Dalam gelap ku bercakap, mengungkap rasa. Renjana yang kusimpan begitu kelam." Hanin Dhiya — Klandestin

27. SI TAK TAU DIRI

BRAK!!

Neisya membuka pintu utama rumahnya dengan kasar. Pintunya membentur dinding dengan keras. Membuat Anjani yang tengah berkutat di dapur menjadi terkejut. Untung jarinya tidak tergores pisau.

"SIALAN!!" teriak Neisya seraya melempar tas ranselnya ke sudut ruang tamu.

PRANG!

Hingga sebuah vas bunga besar rubuh. Pecah menjadi pecahan-pecahan yang tajam. Bunga palsu di dalamnya tergeletak tak berdaya. Tidak cantik lagi.

"Kenapa, sayang? Ada apa?" tanya Anjani yang segera menghampiri Neisya dengan tergesa-gesa.

"ARANA SIALAN! ANJING!" maki Neisya sambil memukul-mukuli kepalanya.

Anjani menahan kedua tangan Neisya. Menguncinya agar gadis itu tidak memukul dan menjambaki kepalanya sendiri secata terus-menerus.

"Heh! Nggak boleh ngomong kasar kayak gitu," tegur Anjani. "Duduk dulu, cerita sama Mama."

Neisya terdiam cukup lama. Napasnya ngos-ngosan. Tatapannya tajam ke depan tapi kosong.

"Ayo, duduk dulu," ajak Anjani. Ia menuntun Neisya untuk duduk di salah satu sofa empuk.

Gadis itu hanya menurut. Ia sudah lebih tenang dan mulai mengatur napasnya. Usapan lembut dari Mamanya sangat berpengaruh. Memiliki pengaruh besar bagi emosinya.

"Kenapa, hm?" tanya Anjani.

"Aku nggak suka Arana, Ma!" sentak Neisya. Kembali kesal. "Dia rebut cowok yang aku suka! Aku benci dia! Dia nggak boleh kayak gitu sama aku!"

"Rebut gimana? Pacar kamu? Direbut sama Arana, gitu?" tanya Anjani.

Neisya terdiam sebentar. Mau jawab apa? Kan Candra bukan pacarnya. "Ya pokoknya Arana udah rebut cowok yang aku suka! Aku benci sama dia! Mama harus marahin dia ya?!"

Anjani mengangguk sambil terus mengusap usap lengan Neisya.

"Mama harus marahin dia. Nanti Mama marahin dia! Iya kan, Ma? Bilang sama aku kalau nanti Mama bakal marahin si anak kurang ajar itu!" ujar Neisya penuh kebencian.

"Iya, nanti Mama marahin Arana. Kamu tenang aja yaa. Nanti Mama marahin," sahut Anjani.

Kemudian, Neisya malah menangis. Terisak. Seolah rasa marahnya menguap begitu saja. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan membasahinya dengan air mata.

"Jahat banget sih ...," ujar Neisya sambil menangis. "Dulu udah rebut pacar aku, sekarang mau rebut lagi."

***

Arana melepas helm di kepalanya. Ia langsung menyerahkannya pada Candra dengan raut datar. Setelah itu, ia meregangkan tubuhnya. Meliukkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri sampai berbunyi kretek-kretek.

"Uhh capek banget!" keluhnya.

Candra tersenyum di atas motornya. "Sana masuk, terus istirahat."

"Cih, jorok! Nggak mandi dulu gitu? Lengket banget nih badan gue," balas Arana.

"Ya mandi dulu lah, bego!" ujar Candra sambil tertawa kecil. "Pakai air anget aja tapi. Udah malem gini terus biar rileks juga badan lo."

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang