| 6 | BERSAMAMU

98 5 0
                                    

Pencet bintang (🌟)

...

[ A R A N D R A ]

"Tidak ada yang tahu isi hati orang lain. Benci dan cinta, hanya diri sendirilah yang merasakannya."—Candra

3. BERSAMAMU

Langkah gadis itu dengan mantap menuju ke mading sekolah. Beberapa pasang mata memperhatikannya, namun tidak ia hiraukan tatapan-tatapan tak mengenakkan itu. Tatapan tak mengenakkan yang selalu diberikan oleh para siswi-siswi SMA Berlian.

"Hei, Ra! Mau ke mana?" sapa seorang lelaki itu ketika tak sengaja berpapasan dengan Arana di ujung koridor.

"Mading," jawab Arana singkat. Arana orang yang cuek di hadapan banyak orang, namun ia adalah sosok hangat dan cerewet jika bersama orang-orang terdekatnya.

"Nanti nongkrong nggak? Kayak biasa," ucap lelaki itu lagi.

"Nongkrong tinggal nongkrong aja, warung Bu Riah buat umum," jawab Arana.

Banyak lelaki yang memperlakukan Arana selayaknya 'ratu' atau 'bos', seperti sangat menghargai dan menghormati Arana. Banyak lelaki yang suka menyapanya, mengenalnya, selalu ada untuknya sebagai sahabat.

Namun, Arana merasa biasa saja. Ia sama seperti teman-temannya yang lain. Arana tak mau dianggap spesial atau di-'ratu'-kan hanya karena ia seorang perempuan. Padahal, maksud teman-temannya bukan itu. Mereka sangat menghormati Arana karena gadis itu dikenal baik. Suka menolong dan tak pernah itung-itungan. Tak jarang Arana mentraktir teman-temannya di warung Bu Riah.

Karena itulah ia sangat dihargai. Banyak yang menyukai sifat kekawanan yang kental dalam diri Arana.

"Ya udah, gue ke kelas dulu," ucap lelaki itu kemudian. Arana hanya membalas dengan anggukan singkat.

Arana kembali melanjutkan langkahnya menuju mading. Sebuah kertas HVS warna biru sudah ada di tangannya. Isinya sebuah sajak-sajak sederhana dengan tulisan tangannya yang cantik. Di tangannya juga ada double tip dan juga gunting kecil.

Dengan telaten, Arana menggunting double tip menjadi bagian yang cukup kecil. Ia tempelkan di bagian belakang kertas HVS birunya, kemudian langsung menempelkannya di mading sekolah. Selain kertasnya, ada beberapa pajangan-pajangan lain juga yang serupa dengan miliknya.

Tak Seindah Semestaku
Oleh: Ara

Semesta ini indah, dari seluruh langit sampai tanah.
Saat wajahku menengadah, terlihat bintang-bintang tak berjumlah.
Aku ... terpesona.
Alam yang keindahannya tak dapat didusta.

Tak seindah semestaku.
Tempat di mana yang ku bisa hanya bisu.
Diam dengan isi kepala yang berlagu pilu.
Diam atas pesakitan yang biasa bagiku.

Sakit, semestaku menyakitkan.
Di tempatku dibesarkan, tak pernah ku temui keindahan.
Banyak cercaan, hinaan, penyiksaan.
Sampai kapan?

Tuhan, adilkan semesta yang ku punya.
Beri aku keindahan seumpama langit dengan bintang-bintangnya.
Beri aku ketenangan seumpama laut dengan ombak segarnya.
Beri aku kebahagiaan meski sementara.

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang