| 26 | RAPAT WALI MURID

38 2 0
                                    

[ A R A N D R A ]

"Aku akan mencintaimu. Mencintaimu sampai dadaku terasa sakit. Mencintaimu sampai napasku terasa sesak." -Arana

26. RAPAT WALI MURID

Empat siswi dari ekstrakurikuler tari itu berada di tengah-tengah halaman. Di pinggir-pinggir, berbagai macam manusia menonton dengan berdesakan. Beberapa bagian yang malas berdesakan, memilih untuk menonton dari lantai atas.

Penontonnya bukan hanya siswa-siswi SMA Berlian. Tapi, ada juga wali murid dari kelas XII yang hadir di sana. Hari ini sekolah mengadakan rapat untuk membahas ujian dan kelulusan. Maka dari itu, sebelum rapat di mulai, SMA Berlian membuat pertunjukan sederhana di halaman sekolah untuk menyambut para wali murid.

Gerakan keempatnya sangat anggun, mantap, dan terlihat indah. Apalagi tari yang mereka berempat bawakan adalah Tari Geol. Tarian khas dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Tari ini diciptakan dengan banyak gerakan pinggul di dalamya. Sedangkan gerakan pinggul, dalam masyarakat Banjarnegara di kenal dengan istilah ''geol''. Karena itulah, tari identitas kabupaten Banjarnegara ini dinamakan Tari Geol.

"Busettt! Body-nya cuy!" ucap Jonathan tanpa berkedip memandangi salah satu penari.

"Gue bilangin Renata tahu rasa lo!" ancem Arana.

"Ya elah, Ra. Cuci mata doang. Lagian dia lagi di kantin sama Thalia," sahut Jonathan. Kemudian, ia melirik Arjun. "Liat tuh. Sepupu lo juga melotot terus kayak mau jatuh matanya."

Merasa tersindir dengan ucapan Jonathan, Arjun langsung menjitak kepala cowok itu. "Ini namanya seni. Gue nonton serius karena gue suka seni."

"Halahh, lambemu!" cibir Candra. "Bilang aja penarinya cantik, semok, putih, tinggi-tinggi, mulussss."

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Candra, Arana refleks melotot. Menatap cowok itu dengan tajam. "Dasar cowok. Liat yang bening dikit aja nggak bisa dikondisiin matanya. Gatel!" oloknya.

"Hayo loh Arana marah sama lo," ledek Arjun sambil menyenggol lengan Candra.

"Tutupin aja, Ra, matanya Candra. Emang mata keranjang dia," timpal Jonathan mengompor-ngompori.

"Heh, bangsul! Kalo gue yang kalem dan nggak punya mantan ini lo sebut mata keranjang, terus lo yang mantannya segudang mau disebut apa hah?!" sahut Candra tak terima.

"Udah udah, ribut mulu. Nonton aja, jangan brisik. Ganggu yang lain," ujar Grevan yang sejak tadi cuma main ponsel. Chatting dengan Thalia.

"Kalian suka dan kagum sama penarinya juga mereka nggak bakal mau sama kalian," tambah Regan yang langsung membuat mental Candra, Jonathan, dan Arjun langsung down.

Dan Arana hanya mentertawakan itu. "Denger tuh! Regan kalo ngomong emang selalu bener."

Pertunjukan dari ekstrakurikuler tari selesai dengan gerakan akhir yang menakjubkan. Suara riuh tepuk tangan penonton langsung terdengar bersahutan dari berbagai penjuru. Ramai sekali.

"Penari yang paling kanan tadi cantik deh, Ra," ujar Arjun.

"Namanya Siti," ucap Arana.

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang