[ A R A N D R A ]
"Dan di cerita mana pun, oleh penulis mana pun, kebenaran akan selalu menang. Ketulusan dan kasih sayang akan selalu mengalahkan kemunafikan." — ARANDRA
67. END
BUGH!
BUGH!!
"Argh! Mati lo!"
Suara tendangan dan umpatan terdengar bersahutan. Terdengar kejam dan ngilu sekali didengar. Orang-orang di pesta itu sangat tidak berperasaan. Mereka adalah orang-orang jahat yang tak punya tujuan hidup, yang hanya memikirkan kesenangan dunia.
"Jangan ngeyel lagi, Ra," ucap Candra sambil meringis menahan sakit. "Sekarang, lo peluk gue. Peluk gue sekuat yang lo bisa."
Kedua lengan Arana langsung melingkar di leher Candra, benar-benar memeluknya dengan erat sambil menangis. Ia tidak tahu lagi apa yang ia rasakan. Entah rasa takut, sedih, menyesal, atau terharu karena Candra melakukan hal ini padanya.
Candra Andala Ramadharma, Arana sampai hampir lupa nama panjang cowok itu. Saking banyaknya kebencian dan rasa sebal yang ia punya. Selama ini, kebencian-kebencian itulah yang membuat Arana tutup mata dengan kebaikan-kebaikan yang Candra lakukan. Padahal, setiap detik, menit, dan jam, bahkan bulan, yang Candra lakukan hanya menyayangi Arana dengan tulus.
Dimulai dari pertama kali Arana bertemu dengan Candra, harusnya ia tahu kalau seperti apapun ... Candra tetap lelaki yang akhirnya bisa meluluhkan hatinya. Lelaki yang membuatnya tertawa setiap hari dan memandangnya sebagai wanita yang berharga. Bahkan, saat Arana tahu kalau Candra adalah mata-mata dari SMA Gerhana, Arana juga harusnya sadar. Dibalik itu ... Candra adalah sahabat yang baik dan terhormat bagi sahabat-sahabatnya.
Seharusnya, seharusnya ... Arana lebih membuka mata dan hati dalam menerima kejujuran. Bahwa orang yang bersalah, tak akan selamanya bersalah dan tersesat. Mereka akan berubah jika selalu diberi kesempatan dan kepercayaan.
"Gue sayang sama lo, Ra," ucap Candra dengan suaranya yang melemah. "Lo harus tahu. Sejak kita ketemu pas malem-malem itu, waktu gue dengan sengaja nabrak lo, gue udah jatuh cinta sama lo. Apalagi waktu lo natap gue tanpa berkedip itu." Candra tertawa kecil, lalu terbatuk-batuk karena dadanya mulai sesak. "Lo pasti terpesona sama gue juga waktu itu."
Arana tersenyum kecil dalam tangisnya. "Iya, gue juga sayang banget sama lo. Tapi gue nggak tahu apa yang akan terjadi setelah ini."
Candra memejamkan matanya. Rasa sakit yang ada di seluruh tubuhnya semakin menjadi-jadi.
"STOP!!" Rhesa memberi aba-aba dengan berteriak keras. Rupanya orang itu sudah segar lagi sekarang.
"Lo minggir aja, Ndra. Kalo emang kita harus mati di sini, kita mati sama-sama. Jangan lo yang mati duluan. Jangan mati satu-satu karena gue bakal takut banget kalo sendirian," ucap Arana.
Tanpa melepaskan pelukannya ke leher Candra, ia bertukar posisi dengan cowok itu. Candra sampai tak bisa melawan dan berkata apa-apa lagi karena saking lemas dan sakitnya. Ia bersandar lemah di dinding, dengan Arana yang kini memeluk tangannya.
"Kita nggak akan mati," bisik Candra di telinga Arana.
Arana hanya menganggap itu sebagai kalimat penenang yang kosong. Nyatanya, keadaan saat ini sama sekali tidak baik-baik saja. Mereka berdua sudah babak belur, tidak akan mampu bertahan bahkan hanya 15 menit dengan dikeroyok.
Dengan lemah, Candra menatap ke langit yang penuh bintang. Indah, indah sekali di tengah-tengah pepohonan yang rimbun. Tolong beritahu Candra kalau saat ini sudah pukul tiga dini hari, agar ia bisa memperkirakan keadaan yang akan terjadi selanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/246061485-288-k842232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)
Random(Beberapa chapter diprivat acak, harap follow untuk kenyamanan membaca) Ini kisah tentang ARANA, salah seorang siswi SMA Berlian. Ia terkenal cuek, namun bisa menjadi gila jika tengah bersama para sahabatnya. Hatinya dingin dan tak tersentuh. Hingga...