| 45 | PACAR ATAU TEMAN?

43 2 0
                                    

[ A R A N D R A ]

"Kalau bisa, kita tidak usah memilih. Untuk kali ini saja, izinkan kita serakah untuk merasakan bahagia lebih lama lagi." — Arana & Candra.

45. PACAR ATAU TEMAN?

Sesuai dengan rencana, malam ini Arana dan Candra pergi ke Malioboro sebelum kembali ke Jakarta. Mereka keliling melihat berbagai pakaian, makanan, dan souvenir yang unik-unik. Di sana sangat ramai, banyak sekali orang yang berlalu-lalang. Berdesakan.

"Jangan jauh-jauh lo, ntar ilang," ucap Candra sambil memeluk pinggang Arana. Mengikis jarak.

Arana memutar matanya. "Lo kira gue anak kecil?"

"Iya, dong. Lo bisa jadi cewek dewasa dan sok kuat di depan orang-orang. Tapi di depan gue? No. Lo bisa jadi cewek manja yang bakal gue manjain seumur hidup gue dan juga jadi cewek rapuh yang bakal gue lindungin dengan nyawa gue. Lo nggak perlu pura-pura, nggak perlu gengsi," ucap Candra yang membuat hati Arana menjadi sejuk. Ia tak menyangka ucapan itu akan keluar dari mulut cowok yang pernah mencelakakannya.

"Hilih sok romantis," cibir Arana.

"Gue tinggal juga lo di sini, Ra. Biar pulang sendiri lo ke Jakarta," ancam Candra dengan wajah jengkel.

"Nggak deh nggak, jangan. Lo emang romantis kok, pacar terbaik di dunia," ucap Arana dengan senyum yang kurang ikhlas.

Candra pun mengacak-acak rambut Arana sampai berantakan dengan gemasnya. Arana cemberut, memukul lengan Candra sekuat tenaga.

"Lo mau beli apa lagi? Gue bayarin semuanyaa," tanya Candra.

Mata Arana langsung cerah. "Nah gitu, dong. Emang itu fungsinya pacar."

"Idihh matre lo," cibir Candra.

Arana tertawa renyah. "Salah satu tujuan gue kabur dari temen-temen gue dan nyamperin lo yaa ini. Biar dibayarin, kan gue jadi nggak keluar uang."

"Ih sumpah ya, cewek apaan kayak gitu." Candra semakin heran. Tapi, ia bukannya tidak terima atau semacamnya. Ia malah tertawa karena heran sekaligus senang karena Arana mau bicara blak-blakan. Entah itu alasan  Arana adalah jujur atau untuk lelucon saja.

"Loh gue bukannya matre," ucap Arana. "Tapi pinter!"

"Iya iyaa pinter. Gue sebagai cowok juga tahu kok kalo jalan sama cewek ya harus punya duit," balas Candra.

Arana mengacungkan dua jari jempolnya ke arah Candra. "Sip! Sekarang gue pengin bakpia isi kacang hijau, bakpia isi cokelat, bakpia isi keju, terus pengin wingko juga, terus pengin donat madu. Emm ... sama pengin baju batik juga deh. Batik yang khas Jogja buat kenang-kenangan. Sama souvenir kapal kapalan yang di dalem botol tadi kayaknya bagus juga buat pajangan."

Candra menatap Arana dengan wajah sendu, minta dikasihani. "Bangkrut gue, Ra ...."

"Eh iyaa pulangnya mau makan bakso yang di deket hotel ya! Kalo lewat baunya kecium, kayaknya enak banget," lanjut Arana.

Candra geleng-geleng kepala. "Nggak tahu diri."

Arana tertawa puas melihat wajah Candra yang sangat tertekan. Ia tidak tahu saja kalau Arana jajannya banyak.

"SIAPA YANG BUTUH PACAR? FREE ADOPSI NIHH!! MINUSNYA BANYAK JAJAN, SUKA NGABISIN DUITT!!" teriak Candra.

***

Malam itu juga, Arana dan Candra langsung pulang ke Jakarta. Buru-buru karena mereka menyesuaikan jadwal keberangkatan pesawat. Setelah mengemasi barang-barang bawaan yang ada di hotel, mereka menuju ke bandara menggunakan taksi.

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang