Warning typo bertebaran 👀👀👀👀
Tubuhnya menggeliat di atas kasur, kelopak mata ia buka perlahan seraya tangan kanannya meraba sisi sebelahnya.
"Ngh..." Ia terbangun seutuhnya dan menyadari jika tiada orang lain di sisinya.
"Oppa? Kau sudah bangun?" Ucap Shin Hye mengangkat tubuhnya perlahan, menurunkan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Tungkai kakinya ia turunkan ke bawah, sembari menguap lebar ia berjalan di sekitar ruangan. Membuka bilik air tapi tiada terlihat sosok kekasihnya.
Shin Hye keluar dari kamar utama, berhadapan langsung dengan ruang tengah tampaknya tidak ada tanda apapun bahkan lampu ruang tengah belum dimatikan. Ia menuju ke dapur dan lagi lagi hanya kekosongan belaka.
"Astaga, kemana ia? Apa sudah pergi kerja? Tapi inikan masih jam...." Ia melirik jam dinding di atas tembok. Pukul 06.00 kst.
Shin Hye beralih kembali ke kamar utama untuk mengambil hp di tas kecil yang ia letak di atas nakas samping kasur.
Belum sempat ia hendak menelepon Lee Min Hoo, panggilan dari ibu tirinya terpampang di layar. Ia begitu malas untuk mengangkat namun sepertinya hal aneh jika ibu tirinya menelepon sepagi ini, tidak pernah sekalipun. Mengingat hubungan mereka juga tidak akrab.
Ia mengangkatnya dan hanya bergumam.
"Shinhye, kau dimana? Cepatlah kesini, ayahmu masuk rumah sakit. Tadi ia diserang oleh orang tak dikenal di depan gerbang rumah" ucap Kim Tae Hee di seberang telepon
Hal itu mengejutkan Shin Hye, ia bergegas menyusun barangnya dan mengganti kemeja kebesaran milik Lee Min Hoo yang ia pakai untuk piyama tidur tadi malam dengan pakaiannya sebelumnya.
Skip
Shin Hye menghentikan taksi yang lewat di depan gedung apartemen, mobil pribadinya ia tinggalkan di pelataran parkir kantor ayahnya kemarin malam ketika Lee Min Hoo mengajaknya jalan sore berakhir di apartemen pria tampan itu.
Ia mendesak supir taksi agar membawa kendaraan lebih cepat, ia memburu waktu mengingat sebentar lagi akan memasuki jam macet kendaraan di hari sibuk (hari jam kerja).
Sesampainya, ia berlari agak cepat memasuki rumah sakit, menaiki lift menuju ke lantai atas.
Ruang inap pasien 56B.
Ceklekk// Shin Hye membuka daun pintu. Hal pertama yang ia lihat adalah ayahnya yang terbaring di atas brankar dalam keadaan tertidur dan disisi kanan sosok ibu tirinya yang duduk di kursi sambil memegang telapak tangan ayahnya.
"Oh kau sudah datang?" Kim Tae Hee tampak sedikit berantakan, ia bahkan masih memakai baju piyama dan tanpa memoles make up di wajahnya. Apa yang terjadi sebenarnya? Pikir Shin Hye.
"Siapa yang melakukannya, dan apa yang terjadi pada ayahku!" Tanya Shin Hye cemas, ia mendekati brankar.
"Aku juga tidak tahu, tadi pagi saat ayahmu hendak jogging, dua orang yang mengendarai motor menghampirinya dan memukul keras bagian kepalanya dengan balok kayu"
"Mwo!! Lalu, apa kata dokter? Abeoji, aku disini...abeoji bangunlah" Shin Hye semakin cemas dan menangis terisak.
"Ayahmu sudah mendapatkan perawatan dari team dokter, mereka belum mengatakan hasil pemeriksaannya, menunggu hasil rontgen di laboratorium. Ayahmu belum sadarkan diri sejak tadi." Ucap Kim Tae Hee sedih, ia juga tak kuasa menahan air matanya.
"Hiks,...abeoji..." Shin Hye merasa bersalah tidak ada di rumah ketika hal itu terjadi.
"Tapi, tadi pagi ayahmu mendapatkan pesan dari nomor ini, ia tak mengatakan apapun hanya saja ia bilang itu dari orang iseng. Apa mungkin ada kaitannya?" Kim Tae Hee menyodorkan hp milik suaminya kepada Shin Hye.

KAMU SEDANG MEMBACA
D.I.D (Dissociative Identity Disorder) ((The end))
Narrativa generaleLee Min Hoo, seorang jurnalis di salah satu stasiun televisi swasta distrik Seoul, mengalami kejadian tidak terduga setelah kecelakaan di jalan raya dan mengakibatkan kematian seorang pemuda. Kehidupannya dan kisah cintanya mulai drastis berubah set...