07 : Menjadi jauh

490 63 64
                                    

Setelah pesanannya selesai, Sean mengambilnya lalu pergi ke meja kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pesanannya selesai, Sean mengambilnya lalu pergi ke meja kembali.

"Kenapa muka lo jelek banget?" Tanya Ricky.

Ricky terbilang cukup jahil di antara mereka bertiga, tak jarang Sean atau Juwan kesal dengan tingkah Ricky.

"Anjir lo. Gua baru aja dateng, udah di katain." Sean memberikan makanan dan minuman pesanan Juwan.

"Lah, punya gue mana?" Tanya Ricky.

"Lo udah ngatain gue, jadi makanannya buat gue aja."

"Gue laper..."

"Haha, bercanda," Sean memberikan makanan pesanan Ricky, "Lo jelek banget kayak gitu."

"Dih balik ngatain."

Mereka pun melahap makanan yang di pesan masing-masing.

"Eh lo tahu nggak?" Ucap Sean tiba-tiba.

Oke, pergosipan di mulai.

"Apa?" Tanya Juwan dan Ricky yang hanya menatap Sean.

"Tadi gue ketemu Nabil, dan dia ketus banget sama gua." Ucap Sean lalu memakan makanannya.

"Lah, emang si Nabil bodo amatan kan?" Ucap Ricky.

"Bener tuh kata Ricky."

"Emang lo pada nggak curiga gitu? Semenjak SMA, dia udah nggak pernah sama kita lagi, dia sama temen sekelas nya terus." Ucap Sean.

"Gue awalnya curiga, tapi sekarang nggak. Mungkin karena dia cewek, cewek kan harusnya main sama cewek lagi, bukan sama cowok." Ucap Juwan santai.

"Gue juga awalnya mikir gitu. Lo inget nggak, waktu terakhir kita main?" Tanya Sean.

"Oh! Yang dia di tarik bokap nya pulang?" Tanya Ricky memastikan.

"Iya! Coba deh lo ingat-ingat ekspresi bokap nya."

"Udah lama, Yan. Susah buat ngingetnya." Ucap Juwan.

"Gue inget. Mukanya tuh kayak marah banget. Terus waktu Nabil masuk sekolah, muka dia memar gitu." Ricky rupanya mengingatnya.

"Jidatnya juga sobek." Ucap Juwan.

Sean dan Ricky mengangguk.

Sean menggeser makanannya lalu meletakkan lipatan tangannya dan membelakangi makanannya.

Tiba tiba, matanya tidak sengaja melihat seorang siswi yang tadi mereka bicarakan.

Sean menegakkan tubuhnya. "Eh, itu Nabil! NABIL!" Teriak Sean.

Yang di teriakin merasa malu lalu menghampiri Sean dan memukul Sean.

"Jangan teriak-teriak! Yang malu nya gue!"

"Kenapa lo jadi jauh sama kita?" Tanya Juwan.

"Dih anjir lo nanya ini sama gue?" Tanya balik Nabil.

"Terus lo kira gue harus tanya sama siapa?" Tanya Juwan lagi.

"Hehe. Lain kali gue cerita deh, bye."

Mereka pun hanya fokus pada makanannya.

Beberapa menit kemudian, keributan terjadi. Sebagian murid mengumpul di meja dekat arah masuk kantin. Sean melihat kumpulan murid tersebut.

"Itu ada apaan ya?" Tanya Sean tanpa mengalihkan pandangannya.

"Mana gua tahu." Ucap Juwan yang masih memakan makanannya.

"Gue lihat deh."

Sean berjalan menghampiri murid yang mengelilingi dua orang murid yang sedang beradu mulut. Juwan dan Ricky mengikuti Sean.

"Ya gue nggak tahu lah! Lo tanya in sendiri, langsung sama orangnya."

"Dia ngehindar mulu dari gue!"

Itu ternyata Bagas dan Nabil.

Dengan cepat, Sean menghampiri mereka berdua dan memisahkan mereka.

"Ada apa??" Tanya Sean.

"Lo nggak usah ikut campur, Tuli!"

Sedikit sakit, tetapi tidak apa sudah terbiasa ini.

"Ini menyangkut Nabil, gue harus ikut campur."

"Emang apa urusannya?" Tanya Bagas.

"Lo mending diem, Bagas." Gilang datang dengan tangan yang dia masukkan ke dalam saku celananya.

Gilang berjalan menghampiri mereka berdua.

"Lo nggak berubah berubah juga ya? Lo nggak kapok sama hukuman kemaren?"

"Lang! Lo kok jadi gini sih?"

Gilang berdiri di samping Nabil.

"Sorry. Gue udah nggak minat ngebully lagi."

Galang yang berdiri di belakang Bagas pun menghampiri Gilang dan berdiri di samping Sean.

"Gue juga nggak minat temenan sama pembully."

Galang merangkul Sean." Sorry, Sean."

"Lo nggak salah, nggak usah minta maaf."

Bagas yang melihat itu semua langsung meninggalkan mereka begitu saja. Nabil pun menghembuskan nafasnya.

"Makasih, Kak." Ucap Nabil.

"Kak?" Gumam Sean.

"Makasih, Sean."

"O-ohh ya, sama sama."

Hendak Nabil melangkahkan kakinya, Sean memegang tangan Nabil.

"Kenapa lo panggil Gilang sama Galang dengan sebutan 'Kak' ?"

Nabil melepaskan tangan Sean kasar, "Mereka kakak gue."

Nabil pun berjalan meninggalkan mereka.

"Gue boleh tanya sesuatu nggak, Lang?" Tanya Sean pada Gilang dan Galang.

"Apa?" Ucap Gilang.

"Lo berdua beneran Kakak nya Nabil?"

Mereka berdua mengangguk.

"Lo berdua tahu, kenapa Nabil menjauh dari gue, Juwan dan Ricky?" Tanya Sean.

"Lo berdua tahu, kenapa Nabil menjauh dari gue, Juwan dan Ricky?" Tanya Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kak Satya [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang