09 : Haris

405 54 76
                                    

Para warga dan pedagang yang berada disekitar sana langsung menghampiri Haris yang sudah tidak sadarkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para warga dan pedagang yang berada disekitar sana langsung menghampiri Haris yang sudah tidak sadarkan diri. Seorang warga membuka helm Haris.

"Ada yang mengenalnya?" Tanya warga yang membuka helm.

Warga yang menghampiri menggelengkan kepalanya.

"Coba cari ponselnya." Mereka pun mencari ponsel Haris.

"Ponselnya pecah, sepertinya karena dia terpental."

***

"Sean, lo yakin nggak mau ikut?" Entah untuk ke berapa kali, Juwan mengatakan ini.

Juwan berniat akan pergi ke rumah Azka.

"Enggak Juwan, gue mau pulang." Jawab Sean.

"Udahlah, Wan. Ngapain di paksa? Sean nya aja nggak mau." Ucap Ricky.

"Yaudah deh. Rumah lo sama rumah Kak Azka searah, barengan aja." Ucap Juwan.

Mereka berdua mengangguk.

Mereka berjalan sambil sesekali tertawa karena candaan yang di buat Ricky.

Mereka sebenarnya bosan berada di rumah Ricky. Di rumah Ricky tidak ada siapapun. Saat ingin bermain PS, ternyata PS nya rusak. Mungkin kelakuan sepupu nya yang sering datang kerumahnya.

Saat mereka bingung ingin melakukan apa, Juwan melihat story Kakak nya, Reyhan. Isi story nya tentang Reyhan yang sedang mengerjakan tugas bersama Azka.

Mengapa mereka tahu Reyhan di rumah Azka? Karena Juwan tahu Reyhan tidak ada di rumahnya dan mustahil Reyhan dan Azka datang ke rumah Satya.

Rumah Ricky dan rumah Azka itu cukup jauh Jiak berjalan kaki. Mereka pun sampai di rumah Azka.

"Udah nyampe nih, lo beneran nggak mau ikut?" Tanya Juwan lagi.

"Enggak mau, Juwan perawan! Astaghfirullahalazim.."

"Hehe."

"Yaudah gue duluan ya, bye.." Pamit Sean.

Sean pun berjalan menuju rumahnya. Sesekali dia menghirup udara segar.

Masih ingat saat Juwan dan Sean bertemu Nayla? Saat ini Sean sedang berada di sana. Tempat yang Sean lewati ini cukup sepi.

"Biasanya ramai." Gumam Sean.

Sean pun mengangkat bahunya tidak perduli. Dia terus berjalan dan melewati pertigaan. Sean melihat orang-orang berkumpul di sana.

Awalnya Sean tidak peduli, tapi dia menjadi penasaran. Dia menanyakan kepada seseorang yang melewatinya.

"Permisi, Mbak? Saya boleh bertanya?" Ucap Sean sesopan mungkin.

"Iya, bertanya apa?" Tanya orang tersebut.

Kak Satya [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang