Ricky melempar tubuhnya di sofa milik keluarga Pradika. Di sana tidak ada siapa-siapa, hanya ada barang-barang saja.
Ricky tidak masuk begitu saja, tadi ada seorang maid yang membukakan pintu.
Tak lama, Reyhan keluar dari kamarnya sambil memegang botol soda. Reyhan melewati sofa dan mundur kembali.
"Ricky? Ngapain lo disini?" Tanya Reyhan.
Ricky menoleh lalu mendudukkan dirinya.
"Juwan mana?"
Entah, Ricky malah menanyakan itu pada Reyhan. Padahal Ricky telah menyuruh maid untuk memanggil Juwan.
"Juwan di kamarnya, kenapa?"
Ricky berbeda saat ini. Wajahnya begitu datar seperti tidak memiliki semangat hidup. Pertanyaan Reyhan pun tidak di jawab oleh Ricky.
Tak lama, maid tadi datang menghampiri mereka dan menyimpan es jeruk di atas meja untuk Ricky.
"Maaf, Nak. Juwan nya tidur, saya tidak enak untuk membangunkannya." Ucap maid itu.
"Eh, tuan Rey. Ingin di buatkan sesuatu?" Tanya maid itu saat melihat Reyhan.
Reyhan menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, kali begitu saya permisi."
Maid itu pun pergi dari sana.
"Gue boleh bangunin Juwan?" Tanya Ricky.
Reyhan mengangguk, "Gue ikut."
Mereka berdua pun pergi ke lantai atas menuju kamar Juwan berada. Tanpa izin dari sang pemilik kamar, kedua nya masuk begitu saja lalu melompat ke atas kasur. Tidak, hanya Reyhan saja.
"Dek." Panggil Reyhan sambil menggoyangkan tubuh Juwan brutal.
"Akh! Sakit, Kak."
Dengan terpaksa, Juwan bangun dan duduk dengan keadaan masih mengantuk.
"Cuci muka sana."
Juwan mengangguk lalu pergi ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya tanpa melihat adanya Ricky di sana.
***
Juwan dan Reyhan dengan sangat teliti melihat kata demi kata yang ada di ponsel Ricky.
Juwan memberikan ponselnya, "Jadi, kanker darah?"
Reyhan mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraannya.
"Siapa sih ini? Gue kayak tukang keong aja hah hih hoh." Tanya Reyhan
Juwan mengambil ponsel Ricky lagi dan menunjukkan satu foto pada Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Satya [ ✓ ]
Teen Fiction"Satya cuman mau, kata maaf dari Satya di terima Sean."