Nabil dan Nayla masih di tempatnya. Kini, mereka tengah menyantap mie instan dalam cup. Nabil dan Nayla awalnya hanya saling terdiam, keduanya hanya fokus pada makanannya.
Nabil baru ingat, dia ingin bercerita pada Nayla tadi... Mengapa dia melupakannya?
"Eh, Nay."
Sontak, Nayla terkejut dan tersedak mie pedas tersebut. Nabil langsung panik dan memberikan minuman miliknya, padahal minuman milik Nayla berada di samping minumannya.
"Aduh... Sorry, Nay. Udah mendingan?"
Nayla mengangguk, "Salah gue sih, kagetan."
"Kenapa, Bil?" Tanya Nayla.
"Anu, gue mau cerita deh."
Nayla langsung berhenti saat ingin menyeruput mie nya. Nayla menyimpan mie nya lalu meraih minumannya.
"Cerita apa?" Tanya Nayla.
"Gini, gue udah jauhin Sean kan? Sampe dia udah kayak lupain gue, tapi tadi dia ketemu gue dan gue takut gue malah jadi kangen lagi yang dulu-dulu."
"Saran gue sih, lo mending ceritain aja deh. Mungkin dengan cara itu, Sean bakalan ngerti dan lagi, lo bisa..."
"Bisa? Bisa apa?"
"Dapetin hari doi, AWOKAOWK."
***
Kringgg~
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid berburu buru untuk keluar kelas. Tetapi Satya, dia sama sekali tidak bergerak.
Reyhan dan Azka menoleh pada Satya. Mereka bertatapan lalu keduanya mengangguk.
Reyhan dan Azka menghampiri temannya itu. Reyhan menggoyangkan badan Satya.
"Satya." Panggil Reyhan.
Satya pun sadar. Dia menoleh kearah keduanya, "Kenapa?"
"LO TANYA KENAPA?! LO NGGAK MA-
Azka membungkam mulut Reyhan dengan sweater yang berada di tangan Reyhan.
"Semua udah pada pulang, Satya..." Ucap Azka.
Satya mengangguk lalu berdiri. Satya berdiri di samping Reyhan lalu mereka bertiga pergi dari kelas.
"Lo kenapa sih, Sat?" Tanya Reyhan.
Satya menoleh, "Gue nyerah gapapa?"
"Maksudnya?" Otak Azka yang pintar ini tidak mengerti dengan kata 'Nyerah'.
"Bundir?" Azka langsung memukul lengan Reyhan.
"Nyerah sama Sean, bego!" Kesal Satya.
Keduanya menganggukkan kepalanya.
"Kenapa lo nyerah? Bukannya lo mau semuanya kayak dulu lagi." Tanya Reyhan.
Satya mengangguk, "Iya, gue mau itu. Tapi masalahnya, Sean sama sekali nggak mau ngomong sama gue."
"Masa nyerah gitu aja? Cemen bat." Azka kembali memukul Reyhan.
Satya menundukkan kepalanya.
Di sisi lain, di kelas IPS 4 masih ada guru yang mengajar.
Ricky tiba-tiba salah fokus dengan bibir Sean. Bibir Sean begitu pucat.
"Sean, bibir lo pucat banget." Ucap Ricky pelan.
Sean memegang bibirnya, "Gue belum makan Rick."
Sean menepuk pundak siswi di depannya. Siswi itu menoleh.
"Lo punya lipbalm kagak?" Tanyanya.
"Lipbalm? Lipbalm apaan?" Tanya siswi itu.
"Salah tanya gue." Sean menepuk pundak siswi satunya lagi, "Lo punya lipbalm?"
Siswi itu mengangguk lalu menyodorkan lipbalm pada Sean. Sean menerimanya dan memakainya lalu mengembalikannya
"Thanks." Siswi itu mengangguk.
"Ini belum bel ya? Bel nya rusak?" Tanya guru tersebut.
"Udah, Pak. Ini udah 20 menit dari bel."
"Oh. Yasudah, saya permisi."
"LAH?!"
***
Sesuai dengan apa yang dia bilang pada Ibunya, Sean datang ke rumah sakit dengan penampilan rapi. Dirinya sudah membersihkan dirinya di rumah tadi.
Sean berjalan menuju ruangan Haris. Di sana, ada Haris yang sedang memakan apel.
"Hallow epriwan." Ucap Sean.
"Grammar lo." Celetuk Haris.
"Tahu apa lo soal grammar."
"Kagak ada sih..."
Sean pun duduk di samping brankar Haris. Sean mengambil apel dari tangan Haris lalu mengambil pisau dan memotong-motong apel tersebut.
Sean memberikan apel hasil potongannya pada Haris. Haris pun menerimanya sambil tersenyum ke arahnya, "Thanks." Sean mengangguk.
Mereka pun mengobrol bersama. Awalnya Haris memikirkan hal yang lain, tetapi saat Sean datang semuanya Haris lupakan. Baginya, kebahagiaan Sean lah yang terpenting.
Mereka asik bercanda ria sampai tidak memperdulikan sekitarnya. Contohnya orang yang sedang mengintip mereka di pintu.
"Bahkan lo lebih pedulikan Sean, Kak."
Di sini gaje, pendek lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Satya [ ✓ ]
Fiksi Remaja"Satya cuman mau, kata maaf dari Satya di terima Sean."