☠ {TIGA PULUH DUA}

18 1 5
                                    

“Hai, kita ketemu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hai, kita ketemu lagi.”
Yuri dan Freya seketika menoleh kebelakang dengan bersamaan. Betapa terkejutnya mereka saat tahu siapa yang baru saja menyapanya. Siapa lagi jika bukan Felan, kakaknya Eris yang dulu mereka puji karena ketampananya.

Sementara disana Felan hanya tersenyum, yang terlihat menakutkan. Kemudian Yuri dan Freya segera membuka pintu mobil untuk cepat-cepat keluar dari sana.

“Jangan berain untuk keluar, kalau tidak mau teman kalian kenapa-napa.”
Ucap Felan dengan cepat, sehingga membuat Yuri dan Freya yang hendak membuka pintu mobil itu terurungkan. Mereka berduapun kembali ke posisi duduk seperti semula.

“Apa yang lo mau dari kita?!”
Tanya Freya seraya menatap Felan nyalang. Dalam hati Felan berkata, ‘Cukup berani juga cewe ini.’ Sementara Yuri dengan cekatan langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Naya.

“Cukup turuti ucapan gue.”
Sungguh disayangkan, Ketika Yuri hendak menuliskan pesan untuk Naya, Felan melihatnya. Cowo itupun langsung merampas ponsel Yuri dengan cepat.

“Ehh, HP nya gue ambil dulu.”
Disana Yuri dan Freya langsung menatap penuh dengan kejengkelan kearah Felan.

“Kalau Naya sampai kenapa-napa, mati lo ditangan gue!”
Ucap Freya penuh dengan keberanian, membuat Felan menganggukan kepalanya.

“Oke, sekarang jalankan mobilnya.”
Setelah mendapatkan perintah dari Felan, Freya pun menurut dan segera menjalankan mobilnya.

☠☠☠

Kini Edam dan Naya sudah berada di apartemen, dan mereka tengah menunggu kedatangan abang kurir pengantar makanan. Karena Edam ingin makan burger dan pizza kali ini.

“Dam.”

“Hmm.”

“Kamu jangan kek tadi yaa.”
Ujar Naya dengan pandangan yang tak lepas dari Edam yang sedari tadi berkutik dengan ponselnya.

“Yang tadi yang mana?”
Jawab Edam tanpa menoleh sedikit pun kearah Naya.

“Yang tadi, aku aslinya pingin jalan bareng sama mereka, tapi kamunya malah kek tadi.”

“Kan sama aku bisa.”
Kali ini pandangan Edam sudah teralihkan, dari awalnya fokus ke ponsel menjadi memandang lurus mata Naya.

“Yaa kan beda…”

“Beda gimana? Kamu nggak mau jalan bareng sama aku?”

“Ck! Nggak gitu Dam, ih jangan kekanakan deh.”
Melihat gadisnya yang mulai jengkel itu membuatnya gemas. Karena tidak tahan ia pun mencium pipi Naya dengan cepat, sehingga membuat Naya melotot kaget.

EDAM (nyala api) [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang